BOGOR-RADAR BOGOR, Buku Golok Antara Pesona dan Legenda akhirnya resmi diluncurkan ke publik, Senin (21/8). Karya penulis Gatut Susanta itu diperkenalkan di Auditorium Perpustakaan Kota Bogor.
Gatut mengatakan, Buku tersebut menggenapkan koleksi buku ke-40 yang ditulisnya. Buku itu sendiri memiliki 180 halaman yang berisikan terkait literasi golok yang ada di nusantara.
Baca Juga: Pesta Rakyat Berjalan Meriah, Bima Arya “Digebuki” Warga
Dalam menulis Buku Golok Antara Pesona dan Legenda, Gatut mengaku paling tidak membutuhkan waktu selama satu tahun. Pasalnya, ia butuh waktu karena masih minimnya literasi tentang golok, kendala teknis, hingga hal-hal klenik.
“Sehingga harus keliling untuk menulis buku ini. Banyak kendala terutama di bidang IT, laptop rusak, gambar hilang, dan ini kami alami dan luar biasa juga seperti hari ini file pdf tidak bisa dibuka,” papar dia.
Gatut tak jarang harus keluar kota untuk sekedar mendapatkan informasi tentang golok baik di seluruh Jawa Barat, DKI Jakarta, beberapa daerah di Pulau Jawa. Kemudian, Banten, Sumatera, hingga harus mendatangi salah satu daerah di Kalimantan.
“Mereka yang didatangi ada pelestari, pembuat golok atau pandai, dan ada juga keturunan bahkan saat ini sudah garis ke 7 di Cibatu dan Ciomas,” ucap dia.
“Dan itu dirangkum dalam sebuah buku (Golok Antara Pesona dan Legenda), mereka menjadi narasumber, karena buku tidak ada literasinya, dalam satu bilah golok itu pasti terdapat perbedaan pendapat, ini bilang a, b, dan C, itulah kami perlu narasumber untuk merumuskan,” sambung dia.
Gatut berharap, Buku Golok Antara Pesona dan Legenda dapat menjadi pegangan masyarakat. Cetakan pertama dikeluarkan sebanyak 3.000 buku.
Secara umum, Buku Golok Antara Pesona dan Legenda membahas mulai dari cara menempa, bahan-bahan dan jenis besi bilahnya.
Kemudian, bahan-bahan kayu warangka dan gagangnya serta jenis-jenis golok Pasundan, Golok Jawa, Pedang Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, NTT hingga NTB.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengapresiasi penulisan buku tersebut. Menurutnya, hal itu bisa menjadi bahan yang memicu hal serupa.
“Bagaimana bukan hanya golok tetapi juga mungkin ada benda-benda pusaka Indonesia lain yang bisa diangkat dalam bentuk buku, sebagai literasi budaya seni Indonesia,” ucap dia.
Ke depan, Dedie juga mendorong ada buku-buku lain tentang budaya Sunda seperti Kujang, arsitektur Sunda, hingga pakaian adat Sunda.
Baca Juga: Perpustakaan Kota Bogor Bakal Punya Galeri Baru, Dinamai Bumi Parawira
“Mudah-mudahan dengan ada buku terkait dengan golok, akan diikuti oleh karya-karya budayawan lain,” imbuh dia.
Tokoh Kota Bogor, Hazairin Sitepu menambahkan, kehidupan bermasyarakat seperti suku Baduy, Kampung Adat Ciptagelar, hingga masyarakat Bugis Makassar tak terlepas dari golok.
“Kehidupan saya ketika di kampung ke mana saja parang itu selalu bawa memanjat pohon, memanjat kelapa, ke laut, ke kebun, dan masyarakat di kampung kehidupan golok, apa saja melakukan pakai golok. Orang Bugis Makassar punya adat dulu ketika pemuda, remaja, hingga pemudi saat hendak merantau bekalnya badik,” tukas dia.(*)
Reporter: Dede Supriadi
Editor: Imam Rahmanto