CILEUNGSI-RADAR BOGOR, Sungai Cileungsi terus mengalami pencemaran. Dari hasil penelusuran Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), pencemaran sudah terjadi sejak lima tahun terakhir.
Kondisi ini diamini Plt Bupati Bogor, Iwan Setiawan. Menurutnya, pencemaran sungai di Kabupaten Bogor rutin terjadi bilamana di musim kemarau.
Baca Juga: Sungai Cileungsi Tercemar Lagi, Polisi Cari Pabrik Pembuang Limbah
“Dari dulu kita berupaya bagaimana menindak perusahaan-perusahaan yang melakukan pencemaran di Kali Cileungsi. Makanya, saya minta ketegasan dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup),” tegasnya.
Tindakan tegas itu dengan menutup jalur pembuangan limbah dari pabrik-pabrik yang mengarah ke sungai.
Belum lama ini, pihaknya mengaku telah menindak kurang lebih tiga perusahaan. Namun rupanya pencemaran di sungai tersebut terus terjadi.
“Sekarang tidak bisa secara seremonial, harus kucing-kucingan dengan cara mengintip pabrik yang membuang limbahnya pada malam hari melalui palaron ke sungai,” tutur Iwan.
Dia kembali meminta DLH untuk segera mengambil tindakan tegas atas kondisi tercemarnya Sungai Cileungsi.
“Harus, ini kan ada aturannya pencemaran lingkungan tindakan kejahatan tapi ramenya kalau musim kering lah, mungkin nanti DLH yang melihat,” tukasnya.
Di sisi lain, Ketua KP2C, Puarman menuturkan, pada saat Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan ke-78, ternyata sungai Cileungsi dan Kali Bekasi belum merdeka dari limbah.
Selama Agustus 2023, ribuan warga yang bermukim di sekitar kedua sungai tersebut mengeluhkan air sungai yang berwarna hitam dan bau menyengat. Pihaknya pun kembali melakukan penelusuran untuk mencari sumber pencemaran.
“Kami kembali melakukan penelusuran sungai Cileungsi mulai dari hilir hingga ke hulu,” ujarnya.
Penelusuran dilakukan dari hilir hingga hulu, diawali dari P2C (Pertemuan Cileungsi Cikeas) yang merupakan titik nol kali Bekasi.
Pada titik ini terlihat jelas perbedaan warna air sungai Cikeas dan Cileungsi. Air sungai Cikeas berwarna coklat normal sedangkan air sungai Cileungsi hitam pekat serta bau.
Terlihat gradasi warna mencolok serta ikan-ikan yang menggelepar di pertemuan dua sungai tersebut. Setelah pertemuan sungai Cikeas dan Cileungsi namanya menjadi Kali Bekasi.
Menurut Puarman, pencemaran sungai Cileungsi ini sudah berlangsung lama, bahkan lebih dari 5 tahun. Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, ternyata tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang.
“Kini saatnya melakukan penindakan yang tegas, tutup pabriknya dan pidanakan pelakunya, agar ada efek jera,” tegas Puarman.
Baca Juga: Lurah Cikaret Hingga Pelajar Kerja Bakti Angkut Sampah di Sungai Cimanglid
Menurutnya, masyarakat sudah terlalu menderita dan dirugikan. Pasokan bahan baku air minum untuk ribuan warga kota Bekasi terganggu karena air Kali Bekasi yang merupakan hilirnya sungai Cileungsi terimbas kiriman limbah dari hulu.
Begitu pun masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai Cileungsi dan Kali Bekasi merasakan bau menyengat dan terganggu kesehatannya.
“Semoga pihak terkait yang diberikan kewenangan terhadap pencemaran sungai Cileungsi, bisa segera bertindak tegas,” harap Puarman.(*)
Reporter: Septi Nulawam
Editor: Imam Rahmanto