radar bogor

Mahasiswa KKN UPI Berbagi Ilmu Pembuatan Ecobrick di SDN Bojong Rangkas 03

Mahasiswa
Mahasiswa KKN UPI di SDN Bojong Rangkas 03.

BOGOR-RADAR BOGOR, Sampah merupakan salah satu faktor terbesar masalah lingkungan yang sering
dihadapi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan artikel detikjabar, “Timbunan Sampah Jabar 2020-2021, Terbanyak di Bogor dan Bandung”.

Kabupaten Bogor jadi penyumbang timbunan sampah terbanyak di Jawa Barat. Pada tahun 2020, Kabupaten Bogor menghasilkan sampah 2.977 ton per hari. Begitu juga dengan permasalahan yang ada di Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Sebagai mahasiswa KKN UPI yang ditugaskan di desa tersebut, mahasiswa KKN UPI merasa perlu untuk memberikan edukasi pengolahan sampah kepada warga setempat, terutama pada generasi muda.

Kelompok KKN ini dibimbing oleh dosen pembimbing lapangan, yaitu Ibu Sri Rahayu S.Pd., M.Pd. Kelompok KKN ini memiliki jumlah anggota sebanyak 10 orang yaitu, Annisaa Hardiyanti, Dinda Fachria Dwi Safitri, Jenita Soraya Aviva, Muhamad Fikri Nur Bakhtiar, Muhammad Randy Wijaya, Nabila Az-zahra, Rara Djati Anggraeni, Revan Dwi Kurniawan, Tuti Ramdiani, dan Ujang Rizqi Alfiansyah.

Edukasi pengolahan sampah ini juga sejalan dengan salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) poin 12, yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.

“Sebagaimana yang disebutkan dalam poin tersebut mengajak kita untuk menggunakan sumber daya alam secara efisien, mengurangi limbah dan polusi, serta meningkatkan daur ulang dan pengelolaan sampah,” ujar Annisaa Hardiyanti.

Salah satu edukasi yang diberikan adalah tentang pembuatan ecobrick. Hal ini juga mencakup penjelasan mengenai jenis sampah. Ecobrick adalah botol plastik bekas yang diisi dengan sampah plastik lainnya yang telah dipotong-potong kecil.

Ecobrick dapat digunakan sebagai bahan bangunan alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Ecobrick juga dapat mengurangi volume sampah plastik yang sulit terurai di alam.

“Kami mengajarkan cara membuat ecobrick kepada peserta didik di SDN Bojongrangkas 03, mulai dari pemilihan botol plastik yang bersih dan kering, pencucian sampah plastik yang kotor, pemotongan sampah plastik menjadi ukuran kecil, pengisian botol plastik dengan sampah plastik menggunakan kayu atau bambu, hingga pengecekan berat dan kepadatan ecobrick,” paparnya.

Para mahasiswa juga memberikan contoh produk-produk yang dapat dibuat dari ecobrick, seperti kursi, meja, taman vertikal, hingga rumah.

Dalam proses pembuatan ecobrick, pengumpulan sampah plastik dilakukan dengan cara operasi semut dalam jangka waktu dua minggu. Pengumpulan sampah plastik dilakukan tidak hanya di SDN Bojongrangkas 03, tetapi juga diberbagai titik tempat Desa Bojongrangkas.

Hasil dari pengumpulan sampah tersebut kemudian diolah mulai dari pencucian sampah, pengguntingan, dan memasukkan potongan sampah ke dalam botol menjadi ecobrick.

Total ecobrick yang kami buat bersama peserta didik SDN Bojongrangkas 03 berjumlah 48 botol dengan berat kurang lebih 10kg, hasil akhir ecobrick yang kami susun dibuat menjadi kursi.

Peserta didik menyambut baik edukasi pembuatan ecobrick ini. Mereka mengaku bahwa sebelumnya mereka tidak mengetahui bahwa sampah terbagi atas sampah organik dan non organik.

Kebanyakan kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya pada mereka juga rendah. Perlu ada aturan dan hukuman terlebih dahulu agar mereka menurut.

Oleh karena itu, dengan adanya edukasi pembuatan ecobrick ini, mereka merasa mendapatkan manfaat ganda, yaitu dapat mengurangi sampah plastik di lingkungan sekaligus mendapatkan bahan bangunan yang bermanfaat.

Kepala SDN Bojong Rangkas 03 Darta Isdarta, menyampaikan terima kasih atas edukasi yang telah diberikan kepada anak-anak. “Dengan adanya Edukasi Pembuatan Ecobrick ini menjadikan kami mengetahui ternyata sampah plastik bisa dijadikan sebuah barang yang berguna kembali daripada dibuang atau dibakar saja. Semoga apa yang diberikan kakak-kakak mahasiswa menjadi bermanfaat bagi anak-anak,” ungkapnya. (*)

Editor : Yosep