JAKARTA-RADAR BOGOR, Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia atau Aspadin menolak rancangan peraturan (Raper) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). RaperBPOM ini mengatur tentang kewajiban air minuman dalam kemasan (AMDK) mencantumkan keterangan BPA (Bisfenol A) pada kemasan berbahan polikarbonat.
Baca Juga : BPOM Temukan 13 Kosmetik Mengandung Merkuri, Memicu Risiko Kanker
Berdasarkan rilis yang diterima redaksi Radar Bogor, tertanggal Kamis (17/8/2023), jajaran Aspadin sudah melakukan audiensi ke BPOM pada Kamis (3/8/2023) lalu, namun belum mendapat jawaban pasti dari BPOM.
“Ketua DPD ASPADIN telah menyampaikan keresahan yang dialami oleh para pelaku usaha AMDK Galon Guna Ulang Polikarbonat (GGU PC) atas rancangan peraturan BPOM yang dianggap akan dapat mengancam keberlanjutan usaha mereka di daerahnya masing-masing. Atas keresahan itu, DPD Aspadin menyampaikan surat Pernyataan Sikap Anggota yang disampaikan kepada BPOM,” kata Sekjen Pengurus Pusat Aspadin. Hj. Yusni Elma dalam rilisnya.
Surat pernyataan sikap anggota Aspadin yang diwakili DPD Aspadin itu menolak untuk ditetapkan sebagai peraturan atas Rancangan Perubahan PERBPOM 31/2018 dan PERBPOM No. 20/2021 yang berisi pelabelan ”berpotensi mengandung BPA” pada galon guna ulang Policarbonate (GGU PC) dan/atau ”BPA Free” pada kemasan non Policarbonate, karena diskriminatif, mengancam kelangsungan hidup usaha kami tetapi menguntungkan usaha pihak lain yang menggunakan galon non Polikarbonat (galon non PC).
Anggota Aspadin menolak untuk ditetapkan sebagai peraturan atas Rancangan Perubahan PERBPOM No. 20 tahun 2019, yang berisi perubahan ekstrem level standar migrasi BPA (dari 0,6 bpj menjadi 0,05 bpj) karena masih sesuai dengan standar yang berlaku di beberapa negara lain seperti : Jepang (2,5 bpj), Korea Selatan (0,6 bpj), RRC (0,6 bpj) serta fakta bahwa selama 40 tahun keberadaan galon guna ulang PC (GGU PC) di Indonesia tidak pernah ada kasus kesehatan apapun.
Menolak juga untuk ditetapkan sebagai peraturan atas Rancangan Perubahan PerBPOM nomor 20 tahun 2019, yang berisi pelarangan BPA untuk pembuatan botol dan artikel kontak pangan polikarbonat lainnya untuk produk yang diperuntukkan untuk bayi dan anak kurang dari tiga tahun karena tidak sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan No.HK.02.03/I/769/2014 tentang Pedoman Pelayanan Izin Edar Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.yang hanya melarang untuk botol susu bayi bukan untuk semua kemasan pangan.
Anggota Aspadin meminta BPOM untuk menghentikan dan menindak iklan ”BPA Free” pada galon sekali pakai dan/atau galon PET serta kampanye yang mendiskreditkan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) GGU PC seperti yang dilakukan oleh dua pemain industri AMDK pengguna galon PET, karena : a. bertentangan dengan PERBPOM No. 6 Tahun 2021 tentang Pengawasan Periklanan Pangan Olahan khususnya beberapa poin sebagaimana dimaksud pada pasal 14 Ayat (1), sebagai berikut: Ayat (1) Setiap Orang Dilarang Mengiklankan Pangan Olahan Dengan: j. Memuat pernyataan perbandingan produk, kecuali apabila perbandingan dilakukan dengan pangan olahan sejenis yang diproduksi oleh perusahaan yang sama dan telah beredar.
qq. Memuat pernyataan yang melecehkan, mendiskreditkan, atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain; b. Bertentangan dengan PERBPOM No. 20/2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan pasal 67 ayat 2 huruf g: ”dilarang mencantumkan pernyataan yang memuat ketiadaan suatu komponen yang secara alami tidak ada dalam Pangan Olahan, kecuali diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan”, c. Menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat yaitu mematikan satu pihak serta menguntungkan pihak lain.
Menurut Pernyataan Sikap Anggota Aspadin ini, kedua Rancangan PERBPOM tersebut sangat diskriminatif karena mematikan usaha AMDK Galon Guna Ulang Polikarbonat (GGU PC) dengan alasan mengandung BPA, tetapi di saat yang sama menguntungkan AMDK Galon PET.
Fakta yang ada menunjukkan, menurut PERBPOM No. 20/2019 bahan PET mengandung senyawa kimia berbahaya Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG) dan Asetaldehida yang sangat beracun dan berbahaya. Paparan EG dan DEG menurut pemberitaan di dunia internasional dan Indonesia baru-baru ini telah menjadi penyebab kematian ratusan anak-anak di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Baca Juga : Taipei Tarik Produk Indomie dari Pasaran, BPOM Pastikan Tidak Berbahaya
Fakta juga menunjukkan, belum pernah ada pemberitaan gangguan kesehatan pada anak-anak maupun dewasa akibat terpapar BPA apalagi kematian.
“Aspadin berharap agar BPOM RI mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi para anggota ASPADIN ini demi kemaslahatan industri, investasi, dunia usaha, masyarakat dan Negara Republik Indonesia,” kata Sekjen PP ASPADIN Dra. Hj. Yusni Elma. (*/unt)
Editor : Yosep