JAKARTA-RADAR BOGOR, Demo buruh akbar yang berlangsung di Kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat pada Kamis (10/9) kian memanas.
Selepas salat Magrib giliran peserta demo dari kalangan mahasiswa maju dan mulai menerobos beton dan kawat berduri yang disiapkan pihak kepolisian.
Baca Juga: Makin Panas, Peserta Demo Buruh Siap Geruduk Istana Merdeka dan Bakar Ban
Mereka melakukan perusakan pada beton dan kawat duri pembatas tersebut. Tak berhenti di situ para mahasiswa juga mengambil dan menggunakan water barrier sebagai pijakan. Beberapa lemparan kayu dan botol juga mewarnai aksi ini.
Sementara itu pihak kepolisian berusaha meredam emosi para peserta aksi dengan melantunkan adzan Isya, selawat, hingga asmaul husna.
Hal itu pun tidak diindahkan peserta aksi yang ngotot ingin bertemu dengan Presiden Jokowi. Mereka kemudian kembali melakukan aksi pembakaran pada water barrier.
Koordinator AASB, Moh Jumhur Hidayat mengatakan, demo akbar tersebut digelar dengan tujuan utama menuntut Presiden Jokowi agar mencabut UU Omnibuslaw Cipta Kerja dan mencetuskan diwujudkannya Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat.
Menurut Jumhur, selayaknya yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945, jamjnan sosial seharusnya ada sejak seseorang dalam kandungan hingg meninggal dunia.
“Selama ini kita tidak punya sistem itu. Buruh memang punya BPJS tapi segelintir saja, itu pun banyak yang dilanggar. Harusnya perusahaan mendaftarkan karyawan ini malah tidak. Jadi masih jauh dari sempurna,” ujarnya.
Ia juga menyoroti perilaku perusahaan yang meninggalkan para pekerjanya di kondisi sakit sehingga biaya pengobatannya tidak fasilitasi. Menurutnya dalam kondisi itu perusahaan harus membantu para buruh dengan membiayai pengobatannya.
Baca Juga: Unjuk Rasa di Jakarta, Massa Buruh Bawa Patung Tikus Raksasa
Jumhur mengungkapkan aksi demo akbar yang digelar para buruh tak sepenuhnya berjalan lancar. Sebab banyak massa yang diblokade oleh pihak kepolisian saat menuju titik unjuk rasa.
“Kami kecewa polisi tidak fair, bilangnya mau memfasilitasi tapi tiba-tiba diblokir dimana-mana. Massa kami jadi terhambat dan kocar-kacir. Harusnya difasilitasi duduk baik-baik,” keluhnya.(*)
Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto