radar bogor

Jualan di Lawang Salapan, Pedagang Bensin Eceran Banyak Bantu Pengendara yang Terjebak Macet

Pedagang bensin eceran meraup untung dengan mangkal di pinggir Jalan Otista. (Radar Bogor/Reka Farturachman)

BOGOR-RADAR BOGOR, Revitalisasi Jembatan Otista membawa dampak pada hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Kota Bogor. Bukan hanya lalu lintas yang macet, namun juga berimbas pada tersendatnya perekonomian masyarakat.

Salah satunya dirasakan Iwan Sunardi, pedagang bensin eceran di pinggir Jalan Otista. Penjualannya betul-betul mati karena tak ada lagi kendaraan yang melintas di jalan tersebut.

Baca Juga: Omzet Turun Drastis Dampak Proyek Otista, Pengusaha Terpaksa Jemput Bola

Iwan sempat memindahkan lokasi kios bensin sederhananya ke Jalan Sukasari. Namun, itu tak berlangsung lama.

Minimnya pembeli akhirnya memaksa Iwan mencari lokasi lain yang lebih strategis.

“Setelah itu saya pindah jualan di Jalan Pajajaran. Tapi memilih waktunya di malam hari. Namun, karena fisik saya tidak kuat, akhirnya berhenti dan mencoba berjualan di sini (pinggir Tepas Lawang Salapan),” tuturnya saat ditemui Radar Bogor.

Keputusannya itu ternyata pilihan yang tepat. Bensin dagangannya laris manis diserbu para pengendara yang melintas di bundaran Tugu Kujang. Kondisi jalan yang macet ditambah jauhnya SPBU jadi penyebabnya.

Bensin eceran yang dijajakan Iwan akhirnya banyak membantu para pengendara yang hampir kehabisan bensin di situasi genting tersebut.

“Kebanyakan sopir angkot atau ojek online. Tapi tidak jarang juga mobil pribadi. Bahkan, ada yang pernah membeli sampai 12 liter. Mereka merasa terbantu karena khawatir bensinnya habis di tengah macet. Apalagi SPBU-nya masih jauh dan antre panjang,” tuturnya.

Iwan berjualan sejak pagi hingga pukul 5 sore. Dalam sehari ia bisa menjual 30-50 botol bensin jenis Pertalite. Satu liter bensin ecerannya dijual dengan harga Rp13 ribu.

Baca Juga: Kejar Bore Pile Jembatan Otista, Targetkan Rampung 1,5 Bulan

Meski begitu Iwan kerap tak tenang saat berjualan karena dihantui teguran dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang kerap melarangnya untuk berjualan.

“Harapan saya, Pemerintah Kota mengerti kondisi kami di sini. Kami ingin langkah kami berjualan di pinggir jalan diwajarkan dulu selama Jembatan Otista ditutup. Kami harap ada kebijaksanaan. Karena kami cari uang untuk anak dan istri,” harapnya.(*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto