radar bogor

Tahun Politik, Ekonomi Indonesia Stabil Meski Investor Cenderung Wait and See

Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Koalisi Kawal Pemilu Berintegritas berunjuk rasa di depan kantor KPU, Jakarta, Minggu (28/5/2023). Dalam aksinya mereka memprotes PKPU Nomor 10 Tahun 2023. (Fedrik Tarigan/Jawapos)
Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Koalisi Kawal Pemilu Berintegritas berunjuk rasa di depan kantor KPU, Jakarta, Minggu (28/5/2023). Dalam aksinya mereka memprotes PKPU Nomor 10 Tahun 2023. (Fedrik Tarigan/Jawapos)

BOGOR-RADAR BOGOR, Memasuki tahun politik, DBS Macro Research memperkirakan ekonomi Indonesia stabil, meski investor cenderung wait and see.

Mereka juga memperkirakan inflasi akan terus turun selama 3-4 bulan ke depan. Bahkan bisa di bawah 3 persen pada sekitar akhir triwulan III 2023. Hal itu membuat kebijakan Bank Indonesia (BI) berlawanan dengan bank sentral global utama yang cenderung ketat.

Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menuturkan, inflasi Juni 2023 tercatat 3,5 persen secara tahunan. Menurun dari bulan sebelumnya di level 4 persen year-on-year (YoY). Sedangkan secara bulanan, tekanan harga naik tipis 0,1 persen.

Penurunan paling tajam terjadi di sektor makanan dan minuman serta transportasi. Sementara sebagian besar segmen lain tidak mengalami perubahan.

Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, barang yang mengalami kenaikan harga seperti daging ayam broiler, bawang putih, rokok kretek filter, sewa rumah, dan tarif angkutan udara. Meski demikian, BI harus tetap bersikap waspada terkait pertumbuhan global, menggarisbawahi risiko yang bisa berdampak negatif terhadap perkiraannya.

“Sentimen BI terhadap prospek domestik relatif lebih optimistis dengan perkiraan pertumbuhan (ekonomi) 4,5 persen sampai 5,3 persen pada 2023. DBS forecast sebesar 5 persen,” jelas Radhika.

Indonesia sedang memasuki tahun politik jelang pemilu 2024. Radhika menilai geliat ekonomi masih akan stabil hingga akhir tahun, meski bakal ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, sebagian investor yang cenderung wait and see.

“Mereka melihat apa yang akan terjadi dari hasil pemilu,” imbuhnya.

Menurut dia, stabilitas politik pada masa pemilu merupakan hal yang krusial. Investor memilih untuk menahan investasi sambil melihat program kerja pemerintahan berikutnya dari para calon presiden. Ada yang berubah atau ada yang menarik.

“Ini menjadi penting biasanya dalam 3 sampai 4 bulan terakhir katalis apa program kandidat yang menarik bagi mereka,” terangnya.

Head of Emerging Business Banking CIMB Niaga Tony Tardjo menyatakan, menjelang pemilu biasanya kegiatan ekonomi lebih menggeliat. Terutama ketika sudah memasuki masa kampanye. Perekonomian segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan lebih bergairah.

“Perdagangan, manufacturing kecil, dan distribusi consumer goods menjadi tipe-tipe sektor UMKM yang kami dukung untuk pembiayaannya,” ucap Tony dalam diskusi Kejar Mimpi Lokal Berdaya, kemarin (7/10).

Dia berharap pertumbuhan kredit UMKM bisa mencapai 15-20 persen secara year-on-year tahun ini. Makanya bank mesti lebih agresif lagi untuk menyalurkan kredit. Meski, CIMB Niaga juga tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Tony menuturkan, UMKM memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Baik dari sisi kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) maupun dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Selain itu, potensi pengembangan UMKM di Indonesia juga masih sangat terbuka. Terlebih saat ini semangat kewirausahaan masyarakat juga terus meningkat. (*/ran)