BOGOR-RADAR BOGOR, Wali Kota Bogor Bima Arya memberikan update terbaru terkait carut marut penerimaan peserta didik baru (PPDB) sistem zonasi di Kota Bogor.
Berdasarkan hasil temuan tim khusus, ada 913 pendaftar yang terindikasi bermasalah. Diantaranya, 155 calon siswa menggunakan data fiktif.
Baca Juga: Terima 4 Aduan PPDB, Polisi : Jika Ada Tindak Pidana, Akan Ditindaklanjuti
“Saat ini sudah dilakukan verifikasi faktual (sebanyak) 763 dan on progres sebanyak 150 orang,” kata Bima Arya saat memberikan keterangan pers di Plaza Balai Kota, Minggu (9/7).
Hasil verifikasi faktual menunjukkan tidak ada nama pendaftar di lokasi yang didaftarkan.
“(Verifikasi Faktual) Ini kita lanjutkan sampai hari terakhir, (karena pengumuman) diundur sampai Selasa. Nah, ada dua hari untuk melanjutkan,” papar Bima Arya.
Untuk itu, nama-nama pendaftar yang memang terbukti menggunakan data fiktif maka akan dikeluarkan dari sistem PPDB. Secara otomatis, nama yang berada di bawahnya akan naik ke atas yang akan diumumkan secara resmi pada Selasa (11/7) mendatang.
Oleh karenanya, bagi siswa yang nantinya telah didiskualifikasi karena pendaftaran PPDB terbukti bermasalah, maka secara otomatis harus mendaftar ke sekolah swasta.
Di sisi lain, terkait laporan aduan PPDB jenjang SMA, indikasi kecurangan akan diteruskan pada Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah II Jawa Barat.
“Kalau tidak memungkinkan dalam waktu dekat melakukan verifikasi seperti SMP, maka akan sangat terbuka proses diskualifikasi berdasarkan data-data yang ada. Pak Irwan (Ketua Tim Khusus) akan terus bekerja untuk terus merespons aduan warga,” tegas Bima.
Baca Juga: Soal Manipulasi KK di PPDB Zonasi, Kadisdukcapil : di Luar Kendali Kami
Bima Arya juga menambahkan, data yang diverifikasi faktual belum secara menyeluruh. Bukan tidak mungkin jumlah yang bermasalah dalam PPDB bisa melampaui 913 pendartar.
“Kami membuka kesempatan dari warga untuk memberikan masukan. Kalau kemudian lolos jadi siswa siswi diterima, nama-nama yang dicurigai bermasalah akan ditindaklanjuti dan sangat mungkin didiskualifikasi untuk tingkat SMP,” tukas dia.(*)
Reporter: Dede Supriadi
Editor: Imam Rahmanto