25 radar bogor

Literasi Sains di Era Digital Sangat Penting, Ini Alasannya

literasi
Para pemateri seminar internasional tentang literasi sains di era digital yang berlangsung di Auditorium Perpusnas Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat, Selasa (20/6). (Perpusnas RI)

JAKARTA–RADAR BOGOR, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bekerjasama dengan Inter Academy Partnership (IAP), Association of Academies & Societies of Sciences in Asia (AASSA), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), dan Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar seminar internasional, Selasa (20/6).

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari The Conversation serta AASSA Special Committee on SHARE (Science, Health, Agriculture, Risk, Environment) Communication. Adapun seminar ini memiliki tema tentang “Literasi Sains di Era Digital” yang berlangsung di Auditorium Perpusnas Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat.

Tema ini penting untuk kawasan Asia karena strategi komunikasi yang efektif saat ini, dan isu-isu terkait yang memiliki signifikansi global. Pendekatan keterlibatan publik harus memotivasi dan menginspirasi masyarakat untuk terlibat dengan literasi digital SHARE dan isu-isu terkait.

Dalam era pembangunan dan pengembangan pengetahuan teknologi, serta kebudayaan pada saat ini, budaya literasi sangat dibutuhkan.

Baca Juga : Makin Cakap dan Bijak Digital, Personel Lanud Ats ikuti Literasi Digital

Hal ini berkaitan erat dengan terciptanya masyarakat yang memiliki kemampuan berinovasi dan kreatif, untuk menciptakan suatu produk dalam menghadapi persaingan global.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, mengatakan jika untuk menyukseskan pembangunan nasional, budaya membaca memiliki peranan penting dan mendasar.

”Memiliki daya membaca, bukan hanya punya kemampuan dan minat baca saja. Tapi juga mampu menangkap isi bacaan, menganalisa, memahami intisari serta membandingkan dengan referensi lain. Bahkan memproduksi barang,” ujarnya.

Lebih jauh lagi, Syarif membeberkan tujuan membaca adalah untuk menciptakan masyarakat literasi, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang tertuang dalam rencana pembangunan jarak menengah nasional (RPJMN) 2022-2024. Agar bangsa Indonesia mengikuti persaingan ketat di era globalisasi.

”Dengan literasi, bangsa yang miskin sumber daya alam (SDA), tetapi mampu menciptakan teknologi, produk maupun layanan jasa. Bisa meningkatkan pendapatan bangsa. Sebaliknya, negara yang kaya dengan alam tapi gak punya sumber daya manusia (SDM) berkualitas, dapat menurunkan income perkapita,” tutur Kepala Perpusnas.

Perpusnas memberikan rumusan literasi ke dalam pengetahuan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tertentu. Yang diimplementasikan dengan inovasi serta kreativitas tinggi membentuk barang dan saja berkualitas. ”Utamanya dapat dipakai untuk memenangkan persaingan global,” ucap Syarif.

Adapun Perpunas memiliki lima tingkatan literasi dalam kelompok masyarakat, yang bertujuan menumbuhkembangkan kebudayaan membaca. Antara lain kemampuan baca tulis hitung (calistung) dan pembentukan karakter (sejak usia dini). Kedua, pada tingkat menengah harus punya akses pengetahuan melalui bahan bacaan terjangkau, akurat, terkini dan terpercaya.

”Yang ketiga memiliki kemampuan memahami apa yang tersirat daripada tersurat. Keempat perlu inovasi dan kreativitas untuk antisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kelima memproduksi barang dan jasa berkualitas yang memenangi persaingan global,.” tuturnya.

Baca Juga : Peringati HUT ke-43, Perpusnas Luncurkan Buku Literasi Kunci Negara Produsen

Perpusnas saat ini telah melaunching 14 juta buku digital, sejak bertransformasi ke dalam bentuk digitalisasi pada Maret 2023. ”Kami juga memproduksi 14 juta konten yang dapat diakses dengan mudah melalui ponsel,” ucapnya.

Sementara itu, Chair of SHARE Communication of ASSA, Finarya Legoh, mengatakan tujuan dari seminar adalah bagaimana mengembangkan, menyebarkan dan memberikan literasi ilmu digital yang kredibel kepada publik secara efektif.

“Yang tidak kalah penting yakni mengidentifikasi tantangan kini dan masa depan. Mencoba menghadirkan strategi dan mekanisme inovatif untuk memberdayakan keterlibatan publik dalam mengatasi tantangan,” ujarnya.

Literasi digital, sambungnya, dapat didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi, yang diinginkan untuk kesejahteraan individu, komunitas, dan masyarakat.

Seminar internasional yang diselenggarakan selama dua hari, Selasa dan Rabu (20-21/6) ini, menghadirkan para peserta dan pembicara dari pemerintah, asosiasi internasional, peneliti, pendidik, dan masyarakat.

Antara lain Direktur Literasi Digital Kominfo Boni Pujianto, Presiden AIPI Satryo Soemantri, Presiden ASSA Ahmet Nuri Yurdusev serta keynote speaker secara daring Kavita M Berger, peneliti dari National Academy of Science Engineering and Medicine (NASEM) Amerika Serikat, dan Shiang Ping Wu dari World Organization for Literacy, Chinese Academy of Sciences. (rur)

Editor : Ruri Ariatullah