25 radar bogor

Menakar Efektivitas Kepemimpinan Indonesia

RADAR BOGOR, Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan pengaruh dan memotivasi individu untuk mencapai tujuan organisasi. Pimpinan organisasi dapat mempengaruhi perilaku dengan cara menciptakan sistem dan proses organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, kebutuhan kelompok maupun kebutuhan organisasi. Menurut Hogan et al, dikutip oleh Yvete kepemimpinan itu dalam rangka meyakinkan orang lain sehingga ia fokus dan berupaya mencapai tujuan organisasi. Kehebatan pimpinan juga kemudian dihubungkan dengan kehebatan anggotanya. Kepemimpinan kemudian juga merupakan interaksi setiap anggota dalam sebuah kelompok. Pimpinan juga merupakan seorang agen perubahan, di mana tindakan seseorang akan mempengaruhi orang lain. Kemudian bahwa kepemimpinan kemudian juga melibatkan pencapaian tujuan. Seorang pimpinan yang efektif tentunya adalah manakala mampu mensinergikan tujuan individu, kelompok dan organisasi.

Baca Juga : Rektor UIKA: Ramadaan Momentum Teguhkan Komitmen Persatuan Indonesia di Tahun Politik

Kepemimpinan efektif berkaitan dengan masalah pimpinan dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para anggota dalam situasi kondusif. Perilaku pimpinan harus dapat mendorong kinerja para anggota dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap anggota, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam rangka mencapai tujuan Institusi. Setiap orang mempunyai sekedar pengaruh atas yang lain, dengan praktek. Pengaruh ini jadi tumbuh, sebagian orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain, dan sebagaian kondisi lebih banyak dapat digunakan untuk mempengaruhi. Kita dapat memandang kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang atau pemimpin untuk mempengaruhi prilaku orang lain menurut keinginan-keinginan dalam suatu keadaan tertentu.

Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun dan dari kata “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang yang membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan sendiri yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan. Menurut James L. Gibson dalam Pasolog (2010:110), Kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Menurut Ralph M. Stogdill dalam Ambar Teguh Sulistyani (2008:13), Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan. Menurut Joseph C. Rost dalam Ambar Teguh Sulistyani (2008:13), Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.

Malayu Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia menyatakan kepemimpinan adalah “Cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi” (Hasibuan, 2007:170). Pendapat Hasibuan menyatakan bahwa seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para bawahannya, dengan berbagai cara yang dimiliki, agar para bawahannya dapat bekerja secara bersama untuk melakukan dan melaksanankan apa yangPemimpin harus dapat memberikan sanksi terhadap bawahannya yang melanggar aturan yang telah ditetapkan, demi merubah kebiasaan, kondisi dan situasi yang terjadi didalam organisasi ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

Kepemipinan di Indonesia

Gaya kepemimpinan Soekarno

Soekarno adalah seorang pemimpin besar Indonesia yang memainkan peran penting dalam memimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda pada tahun 1945. Gaya kepemimpinan Soekarno sangat khas dan diakui sebagai salah satu alasan mengapa dia menjadi pemimpin yang efektif dan karismatik.

Beberapa ciri khas dari gaya kepemimpinan Soekarno antara lain:

Karismatik: Soekarno memiliki daya tarik yang besar pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Dia memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mengikuti visinya dan tindakan.

Visioner: Soekarno memiliki pandangan yang jelas dan ambisius tentang masa depan Indonesia. Dia menetapkan tujuan yang tinggi dan menginspirasi orang-orang untuk mencapai tujuan tersebut.

Nasionalis: Soekarno sangat bangga dengan Indonesia dan memiliki tekad untuk membebaskan negaranya dari penjajahan asing. Dia memperjuangkan kepentingan Indonesia di tingkat internasional dan mempromosikan kebangsaan dan kebudayaan Indonesia.

Kepemimpinan otoriter: Meskipun demokrasi penting bagi Soekarno, namun pada masa pemerintahannya terdapat kecenderungan ke arah kekuasaan yang otoriter. Dia sering mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan orang lain dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin tunggal.

Orator ulung: Soekarno dikenal sebagai seorang orator ulung yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang melalui pidatonya yang sangat menginspirasi. Dia juga memiliki kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide kompleks dengan bahasa yang mudah dipahami oleh rakyat.

Dalam keseluruhan, Soekarno adalah seorang pemimpin yang sangat karismatik dan visioner, namun juga cenderung ke arah kepemimpinan otoriter. Gaya kepemimpinannya yang unik dan kuat telah membantu memimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia dan membangun fondasi bagi negara yang merdeka dan berkembang.

Gaya kepemimpinan Soeharto

Soeharto adalah mantan Presiden Indonesia yang menjabat selama lebih dari 30 tahun, dari tahun 1967 hingga 1998. Gaya kepemimpinan Soeharto memiliki beberapa ciri khas, antara lain:

Otoriter: Soeharto memiliki kepemimpinan yang cenderung otoriter. Dia sering mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan orang lain dan mengontrol jalannya pemerintahan dengan tangan besi.

Sentralistik: Soeharto memiliki kecenderungan untuk mengumpulkan kekuasaan di tangan sentral pemerintahannya, sehingga banyak keputusan diambil di tingkat pusat.

Visioner: Soeharto memiliki pandangan jangka panjang tentang masa depan Indonesia. Dia menetapkan tujuan-tujuan yang ambisius untuk memajukan Indonesia dan membuat negaranya menjadi negara yang lebih maju.

Konservatif: Soeharto cenderung konservatif dalam pandangannya tentang masyarakat dan budaya. Dia mendorong nilai-nilai konservatif dan tradisional, serta menentang gerakan yang dianggap mengancam stabilitas sosial dan politik di Indonesia.

Diplomatik: Soeharto memiliki kemampuan diplomasi yang baik dan memainkan peran penting dalam hubungan internasional Indonesia. Dia mampu menjaga hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga dan menjalin hubungan dengan negara-negara lain di dunia.

Meskipun memiliki beberapa kelebihan seperti kemampuan diplomatik dan visi jangka panjang, gaya kepemimpinan Soeharto yang otoriter dan sentralistik sering dikritik karena kurangnya partisipasi dan keterlibatan masyarakat dan kelompok-kelompok kepentingan dalam pengambilan keputusan. Kritik ini akhirnya memicu gerakan reformasi di Indonesia dan mengakhiri pemerintahannya pada tahun 1998.

Gaya kepemimpinan Habibie

Menurut Sihombing, 2020, walaupun masa kepemimpinannya hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun yakni hingga 1999, masa kepresidenan BJ Habibie tetap bukanlah hal yang mudah. Masa transisi dari kepemimpinan Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun kerap menimbulkan berbagai tekanan terhadap dirinya. Ia sulit menemukan sumber daya material dan manusia pada masa pemerintahannya. Belum lagi, Ia memimpin pada saat kondisi Indonesia sedang mengalami krisis moneter dan ketidakstabilan politik sehingga sangat rentan akan perpecahan 

Meskipun begitu, masa kepemimpinannya yang sebentar dinilai sangat baik dan memberikan dampak yang signifikan. Melalui pemikiran intelektualnya yang banyak ia dapat di Jerman dulu, ia berhasil membawa berbagai gagasan atau perubahan baru bagi Indonesia. Ia memerintah lebih berdasarkan atas naluri (gut feeling) ketimbang kalkulasi politik, keberhasilannya tersebut juga didukung dengan gaya kepemimpinannya yang cemerlang.

Pada saat menjadi presiden, BJ Habibie sangat aware terhadap hal yang sedang terjadi di masyarakat. Ia paham betul bahwa masyarakat menginginkan adanya reformasi, perubahan total sendi-sendi negara yang mengarah pada perbaikan. Masyarakat ingin pemerintah memberikan kebebasan dalam berpendapat, mendengarkan aspirasi mereka, sekaligus memperkuat partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.

BJ Habibie dapat melihat peluang tersebut dan berani mengambil langkah yang jauh berbeda dengan pemerintahan Soeharto sebelumnya. Momentum yang tepat membuatnya berani mengambil langkah demokrasi sebagai landasan pemerintahannya. Hal tersebut ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menjadi pembuka bagi masyarakat untuk bersuara dan memberikan kritik.

Gaya kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

KH. Abdurrahman Wahid adalah seorang pemimpin Kharismatik – Transformasional. Pola transformasional yang muncul ini berdasarkankebijakan Gus Dur yang cukup visioner, seperti pembubaran DepartemenPenerangan dan Departemen Sosial, membuka hubungan dagang dengan Israel,Pemisahan TNI-POLRI, seringnya melakukan reshuffle kabinet, mengeluarkanDekrit Presiden, seringnya melakukan kunjungan ke luar negeri, serta seringnyakonflik Internal PKB. Meskipun Gus Dur dalam mengambil kebijakan tersebutcenderung mengandalkan sikap kharismatik yang dimilikinya, namun Gus Dur tidak pernah melakukan tekanan serta ancaman dengan menggunakan kekerasan ataukekuatan militer.Kelemahan dari gaya kepemimpinan Abdurahman Wahid ini adalah karenasikapnya yang terlalu berani (courage) serta kemauan kuatnya (passion) dalammemutuskan kebijakan yang dalam perspektifnya dianggap paling benar. Gaya kepemimpinan kharismatik transformasional Gus Dur lebih mengarah pada pembenaran pribadi yang kuat oleh Gus Dur sehingga menjadi egoisme politikyang kemudian mengarah pada kebijakan yang kontroversial. Kharisma yangdimiliki GusDur justru tidak dapat menjadi motivasi bagi para bawahanya untuk melaksanakan tugas.


Gaya Kepemimpinan Megawati

Megawati Soekarnoputri adalah seorang politisi Indonesia dan putri dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Megawati memiliki pengalaman yang luas dalam politik dan kepemimpinan, terutama selama masa jabatannya sebagai Presiden Indonesia dari tahun 2001 hingga 2004. Gaya kepemimpinan Megawati memiliki beberapa ciri khas, antara lain:

Partisipatif: Megawati cenderung lebih memilih pendekatan partisipatif dalam kepemimpinannya. Dia memberikan kesempatan pada anggota timnya untuk berkontribusi dan mempengaruhi keputusan yang diambil.

Emosional: Megawati terkadang menunjukkan sisi emosional dalam kepemimpinannya, terutama saat terjadi konflik atau ketidakadilan. Hal ini bisa menjadi kekuatan atau kelemahan, tergantung pada situasinya.

Visioner: Megawati memiliki pandangan jangka panjang dan memiliki tekad untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. Dia sering menunjukkan kesadaran akan masalah sosial dan ekonomi di Indonesia dan berupaya untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

Konsensus: Megawati berusaha mencapai kesepakatan dan konsensus dalam pengambilan keputusan, terutama dalam konteks politik dan pemerintahan. Hal ini membantu untuk memperkuat persatuan dan stabilitas politik di Indonesia.

Fleksibel: Megawati cenderung fleksibel dalam menghadapi situasi yang berubah-ubah dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.

Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan Megawati dapat dikatakan lebih partisipatif, emosional, dan visioner. Dia juga memiliki kemampuan untuk mencapai konsensus dan fleksibel dalam menghadapi situasi yang berubah-ubah. Gaya kepemimpinan ini telah membantunya memimpin Indonesia selama masa jabatannya sebagai Presiden dan memberikan kontribusi penting bagi negara tersebut.

Gaya kepemimpinan Joko Widodo

Menghadapi lingkungan yang dinamis, manusia harus pandai beradaptasi, pandai memahami dan menelaah bagaimana lingkungan tersebut bergerak, sehingga dapat mengatasinya dengan baik. Hal ini termasuk ketika lingkungan tengah diuji dengan satu pandemi baru yang secara total mengubah tatanan hidup manusia. Covid-19 atau dikenal dengan sebutan virus korona pertama kali muncul di daratan China, tepatnya di kota Wuhan pada akhir Desember 2019, yang dilaporkan kepada World Health Organization (WHO) dengan status sebagai virus yang belum diketahui namun sudah terbukti bahayanya (Kompas, 2020). Virus ini kemudian mulai masuk ke Indonesia sekitar bulan Maret yang diduga berasal dari pertemuan warga negara Jepang dengan dua WNI di sebuah klub di Jakarta pada bulan Februari (Detik News, 2020). Berkaitan dengan hal tersebut, ungkapan Indonesia “kebal” virus korona seketika patah dengan tertularnya WNI tersebut, dan menurut Peneliti dari Harvard sejauh ini belum ada manusia yang kebal dengan keberadaan virus korona. Orang yang terkena virus tersebut tidak langsung menunjukkan sakitnya karena siklus perkembangan virusnya yang baru tampak sekitar 1 – 2 minggu setelah terpapar. Namun Menteri Kesehatan mengatakan bahwa pernyataan dari peneliti Harvard adalah sebuah penghinaan untuk Indonesia karena sebelumnya Menteri Kesehatan itu mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang rajin berdoa sehingga kemungkinan tertular sangat kecil (Kompas TV, 2020). Merujuk pada pernyataan diatas, maka Presiden Jokowi mengeluarkan kebijakan yang dirasa dapat memutus penyebaran virus korona. setelah sebelumnya menolak pendapat Gubernur Anies Baswedan perihal Indonesia sebaiknya melakukan Lockdown atau menonaktifkan seluruh aktivitas diluar rumah (CNBC Indonesia, 2020). Disamping Jakarta, terdapat pula penolakan yang didapati Kota Tegal terkait penerapan lockdown sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan (Sigi Jateng, 2020). Adapun alternatif yang diberikan adalah berupa kebijakan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tertuang di dalam Permenkes Nomor 9 Tahun 2020, dengan diberlakukannya PSBB maka diharapkan masyarakat dapat tertib untuk tidak keluar rumah tanpa keperluan yang mendesak, termasuk dengan peliburan tempat kerja dan sekolah, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan penggunaan fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial, serta pembatasan moda transportasi (Kompas TV, 2020). Namun diberlakukannya PSBB tidak menghalangi ambisi masyarakat untuk keluar rumah, dengan kata lain masih banyak masyarakat yang beraktivitas diluar rumah untuk beberapa alasan, ditambah dengan tidak diperhatikannya protokol kesehatan yang telah ditetapkan seperti penggunaan masker atau jaga jarak antar sesama. Hal tersebut terlihat dari jumlah pasien virus korona yang terus bertambah jumlahnya (BBC, 2020).

Sejarah perjalanan lembaga kepresidenan Indonesia memiliki keunikan tersendiri, sebagaimana tiap-tiap bangsa memiliki ciri khas pada sejarah pemimpin mereka masing-masing. Perjalanan sejarah yang dilalui lembaga kepresidenan diwarnai setidaknya tiga atau bahkan empat konstitusi. Peraturan di bawah konstitusi hanya mengatur sebagian kecil dan itupun letaknya tersebar dalam berbagai jenis maupun tingkatan peraturan. Ini berbeda dengan lembaga legislatif dan lembaga yudikatif yang memiliki undang-undang mengenai susunan dan kedudukan lembaga itu sendiri. 

Pemimpin masa depan indonesia

Indonesia akan memasuki tahun politik dalam waktu dekat ini, terutama pada tahun 2024, ketika pemilihan umum akan dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD di seluruh wilayah Indonesia. Tahun politik seperti ini biasanya menjadi momen penting bagi negara dan masyarakatnya, karena pemilihan umum adalah salah satu mekanisme dasar dari sistem demokrasi di Indonesia.

Tahun politik juga seringkali diwarnai oleh dinamika dan persaingan yang cukup ketat di antara partai politik dan calon-calon yang berkompetisi untuk memenangkan pemilihan umum. Hal ini bisa menyebabkan situasi politik menjadi lebih tegang dan berpotensi memunculkan konflik, baik di antara masyarakat, antar partai politik, maupun dengan pemerintah.

Tahun politik ini masyarakat harus melek siapa kandidat yang akan dipihnya  baik Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD di seluruh wilayah Indonesia, siapa yang akan cocok mengemban kepemimpinan selanjutnya, masyarakat harus tau track record dan gaya kepeimpinan pilihannya nanti.

Gaya kepemimpinan yang cocok untuk Indonesia ke depan haruslah mampu menghadapi tantangan-tantangan yang kompleks dan beragam, seperti masalah ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan. Berikut adalah beberapa ciri kepemimpinan yang dapat diadaptasi untuk Indonesia ke depan:

  1. Inklusif dan partisipatif: Kepemimpinan inklusif dan partisipatif harus menjadi ciri penting bagi pemimpin di Indonesia. Hal ini karena Indonesia memiliki masyarakat yang beragam dan kompleks. Kepemimpinan yang inklusif dan partisipatif akan memungkinkan partisipasi yang lebih luas dari masyarakat dan kelompok-kelompok kepentingan dalam pengambilan keputusan.
  2. Visioner dan inovatif: Kepemimpinan yang visioner dan inovatif penting untuk memajukan Indonesia ke depan. Pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang arah yang ingin dicapai dan mampu berinovasi untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh negara.
  3. Transparan dan akuntabel: Kepemimpinan yang transparan dan akuntabel penting untuk membangun kepercayaan masyarakat dan meminimalisir korupsi dan kecurangan. Pemimpin harus terbuka dalam memberikan informasi kepada masyarakat dan memastikan bahwa mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka.
  4. Kreatif dan adaptif: Indonesia memiliki berbagai tantangan yang kompleks dan beragam, sehingga kepemimpinan yang kreatif dan adaptif sangat penting. Pemimpin harus mampu mencari solusi yang inovatif dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
  5. Berwawasan global: Indonesia adalah negara yang terintegrasi secara global dan memiliki peran penting di wilayah Asia Tenggara. Oleh karena itu, kepemimpinan yang memiliki wawasan global dan mampu menjalin hubungan dengan negara-negara lain di dunia akan sangat penting untuk memajukan Indonesia di masa depan.

Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan yang cocok untuk Indonesia ke depan haruslah inklusif, visioner, transparan, kreatif, adaptif, dan berwawasan global. Gaya kepemimpinan seperti ini akan membantu Indonesia menghadapi tantangan-tantangan masa depan dengan lebih baik dan memperkuat posisinya di tingkat nasional maupun internasional. 

Selamat memasuki tahun politik, pilihan anda akan menentukan Indonesai paling tidak 5 tahun kedepan. (*)

Marian Ginting

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Trilogi Jakarta.

Editor : Ruri Ariatullah