25 radar bogor

Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan

Sri Wahyuning Puji Ayu Lestari 

Program Studi Magister (S2) Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA), Institut Pertanian Bogor (IPB)

Sistem pangan global mulai menghadapi masalah yang mendesak. Permintaan pangan global telah meningkat akibat dari ekspansi populasi, meningkatnya kemakmuran, dan urbanisasi.

Tujuan dari sistem pangan harus dapat menyediakan ketahanan pangan untuk masyarakat dengan tetap meminimalisir dampak terhadap lingkungan dari produksi pangan yang besar-besaran.

Salah satu aspek ketahanan pangan adalah menyediakan pangan cukup nutrisi dan kalori namun dengan harga yang terjangkau.

Pada tahun 2018, sekitar 812 juta orang di dunia kelaparan karena asupan energi tidak tercukupi dan sekitar 2 milyar orang tidak mengkonsumsi gizi yang memadai.

Pada saat yang bersamaan, lebih dari 2 juta orang mengkonsumsi pangan kalori tinggi yang menyebabkan obesitas.

Tiga beban malnutrisi ini telah dicatat sebagai masalah baru dan berdampak pada seluruh negara di dunia.

Hal ini menyebabkan prevalensi penyakit tidak menular terkait makanan telah meningkat ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Transformasi sistem pangan harus terjadi secepatnya agar dapat menurunkan tingkat kelaparan dunia, menurunkan defisiensi gizi, serta mengurangi overweight dan obesitas.

Saat ini, kita membutuhkan sistem pangan yang dapat membuat perekonomian selalu berjalan, dapat meningkatkan ketahanan pangan, mencegah malnutrisi dan meminimalisir kerusakan lingkungan.

Transformasi sistem pangan dapat dilakukan dengan mengedukasi masyarakat agar masyarakat beralih mengkonsumsi pangan padat gizi.

Pangan padat gizi didefinisikan sebagai pangan yang mengandung vitamin dan mineral tetapi hanya sedikit mengandung lemak, garam, pati, sodium serta rendah kalori.

Pangan padat gizi dapat mengurangi tiga masalah malnutrisi diatas. Setelah menciptakan pangan padat gizi, pemerintah perlu memastikan bahwa pangan tersebut mudah didapatkan oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya ke golongan dengan penghasilan menengah keatas saja, tapi harus mudah didapatkan juga oleh golongan menengah kebawah agar tidak terjadi kesenjangan sosial.

Upaya terakhir yang dapat dilakukan adalah transformasi sistem pangan dalam hal produksi pangan. Produksi pangan harus dijalankan seefisien dan seefektif mungkin agar di bagian hulu, yaitu dalam ranah pertanian, tidak harus panen dengan volume besar.

Efisiensi panen ini penting untuk menjaga kestabilan lingkungan dengan cara menghindari efek dari emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim.

Perubahan iklim akan diikuti oleh perubahan curah hujan yang drastis. Curah hujan drastis akan mengakibatkan bencana banjir yang tentunya akan mempengaruhi hasil panen dan produksi pangan.

Upaya-upaya transformasi sistem pangan tersebut diharapkan dapat menurunkan tingkat kelaparan dunia, menurunkan angka malnutrisi, membuat perekonomian berjalan dengan lancar, dan meningkatkan ketahanan pangan dengan tetap meminimalisir kerusakan lingkungan.