Ahmad Rinaldi
Jurusan Magister Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Institut Pertanian Bogor (IPB)
Pola makan yang memenuhi kebutuhan nutrisi penting untuk kesehatan, kesejahteraan dan perkembangan manusia suatu negara.
Beberapa tahun belakang, masyarakat mengalami transisi pola makan, masyarakat mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula dan lemak.
Dampak dari transisi pola makanan tersebut adalah malnutrisi dan kekurangan vitamin dan mineral.
Malnutris yang terjadi adalah kelebihan dan kekurangan berat badan, stunting (tinggi badan anak dibawah kondisi normal) dan wasting (berat badan anak dibawah kondisi normal).
Mengatasi masalah tersebut, kita harus mengubah sistem pangan.
Sistem pangan terdiri dari komponen lingkungan, populasi, sumber daya, lembaga, infrastruktur dan kegiatan yang terlibat pada produksi, pengolahan, distrubusi, persiapan dan konsumsi makanan.
Sistem pangan juga mencakup kegiatan yang berdampak terhadap gizi dan kesehatan, pertumbuhan sosial ekonomi, pemerataan dan kelestarian lingkungan.
Sistem pangan bekelanjutan (sustainable food system) adalah sistem yang menjamin ketahanan pangan dan gizi sehingga kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan tidak mengganggu kondisi masa depan.
Ini berarti bahwa menguntungkan secara keseluruhan (keberlanjutan ekonomi), manfaat yang luas bagi masyarakat (keberlanjutan sosial) dan menjaga kelestarian lingkungan alam (keberlanjutan lingkungan). Sistem pangan berkelanjutan menghasilkan nilai secara bersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Tindakan yang dilakukan untuk mengubah sistem pangan membuat menjadi berkelanjutan adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi, aman, beragam, harga yang adil serta diproduksi dengan cara melindungi lingkungan.
Tindakan yang dilakukan adalah memberikan ASI dan MP-ASI dimulai pada bayi berusia 6 bulan agar kebutuhan nutrisi seperti vitamin dan mineral cukup sehingga mencegah terjadinya malnutrisi, stunting, wasting dan kelebihan atau kekurangan berat badan.
Pola makan kaya akan pangan nabati dan lebih sedikit pangan sumber hewani akan lebih bermanfaat untuk kesehatan dan lingkungan.
Pola makan tersebut menguntungkan bagi manusia dan planet bumi. Pola makan tersebut disebut sebagai planetary health diet yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan, mengurangi efek rumah kaca dan kesejahteraan hewan.
Pola makan yang sehat harus mengoptimalkan kesehatan, kesejahteraan fisik, mental, sosial yang baik dan bukan sekedar tidak adanya penyakit.
Pola makan sehat mencakup asupan kalori yang optimal dan sebagian besar terdiri dari beragam jenis pangan nabati, sedikit pangan hewani, mengandung lemak tak jenuh, sedikit biji-bijian olahan, pangan olahan (highly processed foods) dan gula tambahan.
Pola makan sehat dengan meningkatkan konsumsi ikan, buah, sayuran, biji-bijian, polong-polongan, kacang- kacangan menjadi dua kali lipat dan mengurangi konsumsi gula tambahan dan daging merah sebesar 50%.
Produksi pangan berkelanjutan harus mengurangi risiko dampak negatif pemanenan dan resiko yang merusak sistem bumi.
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk produksi pangan adalah pengurangan limbah, menyetarakan penggunaan pupuk nitrogen dan fosfor, meningkatkan pengelolaan air, meningkatkan daur ulang fosfor, dan menghapuskan generasi pertama bahan pangan hayati (biofuel).