25 radar bogor

Licinnya Prostitusi Online di Bogor : Gonta Ganti Hotel, Pelanggan Didominasi Pelajar

Ilustrasi Prostitusi online
Ilustrasi Prostitusi online

MEGAMENDUNG-RADAR BOGOR, Bukannya Sepi. Praktek prostitusi online di Bogor selama Ramadan 1444 Hijriyah malah semakin marak. Sulitnya penindakan, membuat para mucikari hingga pekerja Seks komersial (PSK) lebih berani menjajakan diri di tengah bulan suci.

Baca Juga : Ramadan Tidak Hentikan Prostitusi Online di Bogor, Begini Modusnya

Aplikasi hijau itu menjadi tempat promosi bagi mereka. Di aplikasi itu, para pekerja Seks komersial (PSK) memajang foto mereka.

Ada yang memajang foto asli, ada pula yang memajang foto palsu. Foto yang mereka gunakan sebagai profil aplikasi itu cukup fulgar.

Tidak itu saja, dalam laman album, juga memperlihatkan foto mereka. Setiap foto memiliki judul. Tampak atas, seluruh badan.

Selain foto diri, dalam album juga memperlihatkan testimoni dari para lelaki hidung belang yang mengunakan jasanya.

Bukan itu saja, aplikasi hijau itu benar-benar menjadi tempat promosi. Tercantum pula dalam profil mereka keterangan bahwa mereka menerima jasa open booking.

Tidak sampai disitu, para pria hidung belang juga dipermudah dalam memilih PSK. Banyak pilihan. Hampir setiap satu kilometer terdapat wanita yang menjajakan diri.

Ratu (bukan nama sebenarnya) kepada Radar Bogor, mengaku sudah satu tahun menjajakan diri di aplikasi hijau itu. “Setahun,” kata wanita berusia 18 tahun itu, saat ditemui Radar Bogor di salah satu hotel di kawasan Puncak Rabu (5/4/2023) malam.

Ratu mengaku, praktek prostitusi online open booking ini dirasa lebih aman. Selain tanpa adanya mucikari, selama satu tahun ini tak pernah tertangkap razia.

Kata dia, Satpol PP atau polisi tidak mudah menangkap dirinya. Itu lantaran dirinya suka gonta ganti hotel. “Aman sih, gak pernah ketangkap,” paparnya.

Selain itu, Ramadan juga tidak menghalangi mereka untuk menjajakan diri. Bahkan kata dia, pelanggan lebih banyak saat Ramadan, ketimbang bulan lainnya. “Saya akui, ramai di bulan puasa, apalagi malam,” paparnya.

Untuk tarif sendiri, tergantung deal dengan pelanggannya. Namun ia memberikan tarif Rp700 ribu plus dengan sewa kamar hotel. “Kadang nego juga, mentok Rp300 ribu,” tuturnya.

Berkelompok

Ratu mengaku dirinya tidak sendiri menjajakan diri di aplikasi hijau. Ia berkelompok. Ada lima perempuan seperti dirinya. “Iya ramean, kami pesan dua kamar hotel,” akunya.

Kata dia, satu kamar digunakan sebagai tempat mereka menunggu pelanggan, satu kamar tempat untuk melayani pria hidung belang. “Kalau lagi rame, dua-duanya jadi tempat melayani sih,” tuturnya.

Selain hotel, kelompoknya juga sering beroperasi di apartemen yang ada di Kota Bogor serta Kota Depok. Mereka biasanya sewa harian apartemen. “Apartemen juga main. Kaya Bogor sama Depok. Itu kalau lagi sepi di Puncak,” akunya.

Pelanggan didominasi Pelajar

Ratu menuturkan, untuk pelanggan sendiri, kebanyakan masih berstatus pelajar. Masih usia remaja. Itu terlihat dari perangai, postur tubuh dan bayaran yang diberikan.

“Pelajar banyak. Mereka biasanya nawar Rp300 ribu sekali kencan. Kalau om-om itu ada, tapi malah jarang,” akunya.

Ancaman HIV

Maraknya prostitusi online ini juga menyumbangkan pada melonjaknya Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Bogor. Dalam lima tahun terakhir, tercatat sebanyak 2.276 warga yang mengidap penyakit kekebalan tubuh itu.

Hal itu dikatakan Ketua Yayasan Lembaga Kajian Strategis (Lekas) Muksin Zaenal Abidin. Menurutnya, setiap tahun warga yang terinfeksi virus HIV meningkat. “Rata-rata pada usia produktif,” katanya kepada Radar Bogor.

Baca Juga : Berpura-pura jadi Pelanggan, Cara Satpol PP Jaring Pelaku Prostitusi Onliine

Sementara itu, Kasi Trantib kecamatan Megamendung Iwan Relawan mengatakan penanganan prostitusi online terbilang cukup sulit.

Kata dia, berbeda dengan prostitusi yang berada di satu lokasi yang bisa langsung dilakukan penindakan. “Kami, terus berusaha. Dengan melakukan Patroli juga razia pekat,” tukasnya. (all)

Reporter : Arifal
Editor : Yosep