25 radar bogor

Hati-Hati Belajar Agama di Sosial Media, Harus Pentingkan Ini

Ilustrasi belajar agama

BOGOR-RADAR BOGOR, Berkembangnya ilmu teknologi dan digital, tentu dimanfaatkan semua orang dalam berbagai hal. Termasuk untuk belajar agama.

Sebab dewasa ini, belajar apapaun, termasuk belajar agama bisa dilakukan tidak hanya bertemu langsung dengan seorang ahli agama, tapi juga sudah bisa kita lihat di sosial media.

Misalnya saja ceramah-ceramah dari ustaz ternama tanah air. Bahkan ustaz di luar Indonesia pun bisa kita lihat, di berbagai platform digital, seperti youtube, atau Instagram, tiktok dan lainnya.

Namun, belajar agama di sosial media juga tidak bisa sembarangan. Ada hal-hal yang harus diperhatikan.

Pengasuh Ponpes Al-Karim Rasyid Lampung, KH. Asep Holis Nurjamil mengatakan, belajar agama melalui sosial media tanpa guru agama sah-sah saja. Asalkan memenuhi kriteria. Yaitu mempunyai pengetahuan dasar-dasar hukum agama yang didapatnya dari guru secara saling berhadapan.

“Ini diperlukan sebagai pedoman dasar dalam memahami tulisan-tulisan di social media, sekaligus sebagai pedoman guna menghindari dari aqidah yang menyesatkan,” kata dia dalam webinar Ngobrol Bareng Legistalif, yang diselenggarakan Kementerian Kominfo dan DPR RI, Minggu, 26 Maret 2023.

Baca juga: Aktivis Amerika Belajar Keberagaman dari Kota Hujan

Dia juga mengatakan, belajar agama di sosial media harus melihat akun yang resmi, mengenal dengan baik pemilik atau penulisnya, sebagai seorang yang dikenal mumpuni ilmunya dalam bidang agama, dan berasal dari golongan yang haq (benar, red).

“Karena dengan membaca tulisan di media social, seseorang akan menjadikannya sebagai guru dalam bidang agama, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, dan terakhir menghindari belajar masalah agama yang rumit yang memerlukan seorang guru,” tegas dia.

Narasumber lain, CEO of Bicara Project 2020, Rana Rayendra menambahkan, belajar agama di dunia maya sangatlah mudah. Karena dunia digital tidak tersentuh, memiliki jangkauan yang luas, tidak terbatas ruang dan waktu, juga massal, mudah diterima dan mudah sekali untuk dibagikan.

Belajar agama di dunia maya, lanjut dia, lebih cepat penyebarannya. Banyak sumber yang mudah di akses, dan juga mudah di mengerti. Namun hal ini juga harus dibarengi dengan sikap toleransi yang tinggi. Mengingat bahwa di Indonesia memiliki banyak suku bangsa dan agama, yang beragam. Sehingga sebagai pencari ilmu agama di dunia online, atau maya harus memperhatikan dan menerapkan 5P.

Yaitu pelajari sumbernya, perilaku skeptis sangat penting, perkuat sikap toleransi, pantang menyebarkan jika salah, perlakuan aksi nyata. “Teknologi hanyalah sebuah alat dan manusialah penggeraknya. Jadilah manusia yang adaptif dan cakap digital agar tidak termakan oleh teknologi,” pungkasnya.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR, Mukhlis Basri menyampaikan, saat ini kegiatan belajar tidak hanya terbatas pada kelas fisik, tapi dapat juga dilakukan secara virtual atau online. Dengan adanya peningkatan seperti ini, tentunya tenaga pendidik perlu memiliki kompetensi untuk mengelola pembelajaran berbasis online, seiring dengan perkembangan pendidikan.

Belajar agama pun dapat dilakukan secara online. Namun harus lebih edukatif, informatif dan bertujuan untuk perubahan yang lebih baik di masa depan.

Baca juga: Tingkatkan Literasi Digital, Kementerian Kominfo Dorong Masyarakat Bijak Gunakan Internet

Mukhlis juga menyampaikan, bahwa belajar agama secara online harus memperhatikan, siapa penerimanya, bahasa yang digunakan, dan juga budaya cakupan pembelajarannya.

Efektivitas belajar agama secara online, dapat dilihat dari sisi kuantitas, dan kualitas informasi yang disampaikan.

“Dengan adanya integrasi teknologi informasi dalam pembelajaran, maka tenaga pendidik perlu beradaptasi, dan mengintegrasikan teknologi informasi, dalam pembelajaran untuk membuatnya menarik dan menyenangkan,” tutup Mukhlis.

Sementara itu, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, dampak pandemi dan pesatnya teknologi, telah mengubah cara beraktivitas dan bekerja.

Kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat ini, semakin mempertegaskan era disrupsi teknologi.

Terkhusus sosial media, kata dia, tentu menjadi sorotan utama di era sekarang. Sebab, hampir semua orang menggunakannya.

Sehingga, lanjut Semmy, pengguna sosial media harus bijak. Serta tahu betul bagaimana memanfaatkan itu dengan baik. Apalagi jika digunakan untuk belajar agama. (ran)