25 radar bogor

Cerita Rosmalia, Dokter INA-EMT yang Menjadi Relawan di Gempa Turki

Relawan Indonesia Emergency Medical Team (INA-EMT) membantu warga Turki dari gempa maut 7,8 skala richter.

BOGOR-RADAR BOGOR, Tetesan keringat relawan Indonesia Emergency Medical Team (INA-EMT) telah habis terkuras. Upaya maksimal sudah dikerahkan untuk membantu warga Turki dari gempa maut 7,8 skala richter.

Masih lekat dalam ingatan Rosmalia, ketika dirinya harus menangani pasien di Turki. Tugas yang sebetulnya sudah biasa ia lakukan karena perannya sebagai dokter Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa.

Baca Juga: Posko Relawan Anies Baswedan Untuk Presiden 2024 se-Indonesia Segera Dibentuk

Namun pengalamanya kali ini berbeda. Ia bertugas di bawah bayang-bayang gempa susulan yang selalu menyapa setiap hari. Rasa takut, khawatir, dan dingin menjadi kondisi masam yang mesti dihadapi.

Sejak 13 Februari 2023, Rosmalia bergabung dalam Misi Medis Kedaruratan Pemerintah Indonesia atau Indonesian Emergency Medical Team (INA-EMT) yang terbang ke Turki memberikan bala bantuan.

“Kami bertugas di sisi Timur Pegunungan Nur yakni di distrik Hassa yang berjarak 20 kilometer dari pusat gempa. Cuaca di sana sangat ekstrem mencapai suhu -4 derajat celsius,” tuturnya.

Rasa dingin yang amat menusuk pun tak dapat dicegah. Hanya perlengkapan penghangat seadanya yang jadi pelindung mereka saat itu. Meski begitu semangat yang membara tidak menyurutkan Rosmalia dan rekan-rekannya untuk terus membantu warga Turki.

“Sebenarnya, seluruh rumah sakit permanen di wilayah terdampak gempa sudah diaktifkan kembali. Tapi, keberadaan RS Lapangan sangat membantu mengurangi beban rumah sakit yang ada. Kami membuka UGD 24 jam, Poliklinik, dan support program psikososial bagi anak-anak korban,” terangnya

Sejumlah program digiatkan para relawan. Salah satu yakni menghilangkan trauma anak-anak terdampak melalui berbagai kegiatan seperti permainan tebak gambar, angka dan pertunjukkan sulap.

Bahkan RS Lapangan Indonesia dalam sepuluh hari terakhir menjadi RS dengan jumlah pelayanan paling tinggi dibandingkan dengan rumah sakit lapangan lain di Provinsi Hatay.

Meski merasa lelah dan kedinginan, kehangatan yang diberikan warga Turki dirasa Rosmalia menjadi obat penawarnya.

“Meski tengah berada dalam kesulitan mereka selalu ingin membantu kami. Bahkan sempat ada ibu dan anak yang rela berjalan jauh hanya untuk menemui kami. Karena ia sering menonton aksi kami lewat YouTube,” ujar Rosmalia.

Baca Juga: Relawan Ahli Gizi Indonesia di Turki, Jadikan Cabai Pengobat Rindu

Bagi Rosmalia, Turki adalah keluarga. Ia amat bersyukur dapat membantu para korban dengan tangannya sendiri.

“Betapa bersyukurnya, saat yang kulihat bukan lagi mimpi. Terima kasih Turki atas masa indah bersama kalian. Semoga kita dapat kembali pada saat nya nanti. Semangat dan kegigihan menjadi modal dasar dalam menjalankan program ini. Motivasi yang memunculkan prinsip, dipegang erat sehingga semua kendala tidak membuat patah semangat,” tutupnya. (*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto