25 radar bogor

Jelang Gerhana Matahari, SMPIT BBS Gelar Sosialisasi

Pelajar SMPIT BBS saat belajar melihat gerhana matahari, dalam sosialisasi sekolah, beberapa hari lalu.
Pelajar SMPIT BBS saat belajar melihat gerhana matahari, dalam sosialisasi sekolah, beberapa hari lalu.

BOGOR-RADAR BOGOR, Tanggal 20 April mendatang, fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) akan bisa diamati di langit Indonesia.

Sebagian besar wilayah Indonesia, akan dilewati gerhana matahari.

Namun, hanya beberapa wilayah yang akan dilewati Gerhana Matahari itu.

Seperti Maluku Barat Daya, Maluku tengah dan Papua Barat, Pulau Kisar, Pulau Karas, Pulau Damar Pulau Maopora, Pulau Num dan Pulau Roon, Antalisa Roswar, dan Biak.

Bagaimana dengan Bogor? Bogor dan juga sebagian besar wilayah di Indonesi, tidak akan dilewati Gerhana Matajari.

Tetapi kita bisa menikmati fenomena Gerhana Matahari Sebagian (GMS), yang juga tidak kalah indah.

Gerhana Matahari 20 April nanti, dijelaskan guru SMPIT BBS, Suci A Purwanti, adalah jenis Gerhana Matahari Hibrida, jenis gerhana yang jarang terjadi.

Terakhir muncul di Indonesia tahun 1809. Setelah 2023, Gerhana Matahari Hibrida akan bisa diamati pada 2049.

Gerhana Matahari Hibrida, adalah gabungan dari dua jenis gerhana, yaitu Total dan Cincin.

Pada gerhana April 2023 mendatang, Gerhana Matahari Cincin hanya akan melewati Samudra Hindia dan Pasifik.

Untuk menyambut momen istimewa ini, SMPIT BBS menggelar sosialisasi Gerhana Matahari Total.

Sosialisasi ini sebagai upaya untuk mengenalkan keindahan fenomena gerhana matahari, yang akan melintasi Indonesia kepada para siswa, dan mendorong mereka untuk tidak melewatkannya.

“Jadi para siswa diharapkan tidak hanya mengenal fenomena gerhana matahari melalui buku pelajaran saja, tapi juga dengan mengamatinya secara langsung,” terang dia.

Pembelajaran gerhana matahari, kata dia, diawali dengan pemaparan proses, bagaimana fenomena ini bisa terjadi.

Selanjutnya, anak-anak mendapatkan penjelasan tentang perbedaan, antara Gerhana Matahari Cincin, Total dan Sebagian, melalui media gambar dan foto.

Saat GMT terjadi, kita bisa melihat pemandangan indah nan eksotik, di sekeliling piringan matahari. Itu berupa manik-manik Baily (Baily’s Beads), efek cincin berlian, serta korona matahari, yang menjulur dari bagian tepi piringan matahari.

“Ketiga hal itu bisa dilihat dengan mata telanjang,” beber Suci.

Berbeda dengan GMT, fenomena GMC harus dilihat menggunakan kacamata khusus, dari awal sampai akhir fenomena.

Untuk wilayah Bogor, kontak pertama diperkirakan terjadi pukul 09.28 WIB. Puncak gerhana terjadi pukul 10.44 WIB, dan GMS berakhir pukul 12.06 WIB.

Para siswa lalu mendapatkan penjelasan, tentang bagaimana mengamati GMS dengan aman dan nyaman.

Sebab, kata dia, kita dilarang menatap matahari langsung, karena paparan sinar ultra violet sang surya dapat merusak mata.

Untuk mengamati GMS secara langsung, kita bisa menggunakan kacamata matahari, yang menggunakan filter khusus untuk menapis sinar yang sangat terang.

“Jika tidak mempunyai kacamata gerhana, bukan berarti kita tidak bisa menikmati keelokan GMS, loh,” kata Suci.

Sebab menurut dia, kita bisa membuat alat-alat sederhana, yang bisa dipakai untuk mengamati GMS.

Misalnya seperti proyeksi lubang jarum, atau disebut juga pinhole. Pinhole ini sangat mudah membuatnya. Yaitu bisa dengan menggunakan kardus sepatu, dan aluminium foil.

Dalam sosialisasi itu juga, siswa mendapatkan penjelasan bagaimana membuat pinhole dengan kardus, dalam berbagai ukuran.

Memang tidak sulit, namun hasilnya akan berbeda dengan kacamata Matahari.

Di mana kita bisa menatap langsung matahari, jika menggunakan pinhole kita harus membelakangi matahari. Dan kita melihat citra sang surya ketika gerhana melalui lubang intip.

Jika tak punya kacamata matahari dan tidak membuat pinhole, lalu bagaimana?

Kita bisa juga menggunakan perabotan yang ada di dapur, seperti saringan kelapa (atau saringan lainnya), sangku nasi atau perabotan lainnya yang berlubang.

Dan ada cara lain yang lebih asyik. Yaitu menggunakan biskuit berlubang.

Selembar biskuit berlubang-lubang bisa menjadi alat pengamatan matahari yang menarik.

Kita tinggal memegang biskuit saat matahari bersinar, lalu melihat ke bawah menggunakan kertas putih sebagai layar.

Jadi ketika cuaca cerah tidak ada alasan untuk tidak mengamatinya.

Setelah itu, siswa berkesempatan mencoba kacamata matahari, untuk mengamati Matahari yang sedang bersinar terang.

Selain itu, mereka juga mencoba cara kerja proyeksi lubang jarum, yang terbuat dari kotak kardus sepatu bekas.

Sehingga mengerti bagaimana cara menggunakannya dengan benar, pada saat pengamatan gerhana matahari. (ran)

Editor: Rany