25 radar bogor

Aktivis Amerika Belajar Keberagaman dari Kota Hujan

perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat, aktivis mitra dari PPM School of Management itu disambut hangat oleh sejumlah tokoh, dan komunitas Bogor Sahabat.

BOGOR-RADAR BOGOR, Kota Bogor dinilai berhasil menularkan virus toleransi hingga ke negara barat. Buktinya, aktivis sosial dan kepemudaan asal Amerika, sampai harus datang ke Kota Hujan untuk belajar keberagaman. Bersama perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat, aktivis mitra dari PPM School of Management itu disambut hangat oleh sejumlah tokoh, dan komunitas Bogor Sahabat.

Forum diskusi antarnegara ini bertajuk “Learning from Bogor: How to Embrace Diversity Challenges and Opportunities”. Digagas oleh PPM School of Management, dan digelar di Vihara Dhanagun, Kamis (16/3). Program hibah ini dijalankan bersama Pemerintah Amerika Serikat, melalui program Young Southeast Asian Leaders Initiatives (YSEALI).

Dalam diskusi terbatas ini, aktivis sosial dari My block My Hood My City, Nathaniel Viets-VanLear, tak menyia-nyiakan kesempatan bertukar pikiran. Terutama terkait dengan isu-isu keberagaman di daerah asalnya, yakni Chicago, Amerika Serikat.

Baca Juga : Tingkatkan Literasi Digital, Kementerian Kominfo Dorong Masyarakat Bijak Gunakan Internet

Semisal, tentang bagaimana Kota Bogor menumbuhkan kepedulian akan Diversity, Equity, dan Inclusivity (DEI), atau konsep keanekaragaman, kesetaraan dan inklusi. Juga penularannya pada kalangan muda.

Dosen PPM School Of Management, Anggun Pesona, menuturkan diskusi ini juga untuk menggali informasi bagaimana kolaborasi berbagai pemangku kepentingan terjalin untuk merangkul dan melindungi keberagaman serta hidup dalam harmoni. “Karena isunya sama. Semua negara pasti ada, karena bisa memicu konflik,” kata Anggun.

Anggun yang kelahiran Kota Bogor, mengikuti betul bagaimana perkembangan keberagaman berkembang di Kota Hujan. “Selain itu, karena di data 2015, Kota Bogor adalah salah satu kota yang paling intoleran. Ketika 2021, peringkat (toleransi) Kota Bogor naik (lebih baik),” kata dia.

Pernyataan Anggun diamini tokoh Bogor, Harlan Bengardi. Harlan mengklaim toleransi di Kota Bogor sangat tinggi. Salah satu wujud nyata adalah terselenggaranya Bogor Street Festival Cap Go Meh, dari tahun ke tahun. Kota Bogor juga memiliki komunitas Bogor Sahabat yang beranggotakan lintas unsur. “Saya selaku muslim, tapi Chinese, berikhtiar untuk membawa keguyuban,” kata Harlan.

Selain Bogor Street Festival CGM, toleransi warga Kota Hujan juga bisa dilihat dari acara besar lainnya, seperti Festival Merah Putih (FMP) hingga Bogorku Bersih.

Sementara itu, CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu juga berbagi pengalamannya dalam membangun keberagaman di Kota Bogor. Termasuk, muasal komunitas Bogor Sahabats (Bobats) yang banyak mempelopori gerakan-gerakan sosial maupun kebersihan di Kota Bogor.

Menurutnya, dalam komunitas itu berkumpul semua elemen agama dan strata sosial dari warga Kota Bogor. “Ada kiyai, romo, pendeta dan lain-lain, ada mahasiswa, PNS, tentara, polisi, ada pangkat sersan, jenderal, ada rektor dan intelektual,” imbuhnya.

Ia mencontohkan pula satu ide gerakan yang cukup prestisius seperti Bogorku Bersih. Lantaran gerakan itu mampu membawa Kota Bogor untuk meraih Adipura, baru-baru ini.

“Bogorku Bersih satu gerakan besar yang masuk tahun ke-8, melibatkan semua orang dari walikota ke masyarakat terbawah dari RT. Itu setiap tahun puluhan ribu orang terlibat di Bogorku Bersih. (Dan ini) salah satu kontribusi adalah Adipura,” sambung lelaki yang akrab disapa Bang HS ini.

Bang HS juga menyebutkan, mereka kerap bertemu di Vihara Dhanagun. Pertemuan semacam itu membuktikan tak ada kelas atau strata sosial maupun agama.

Dalam kesempatan itu, Bang HS meminta agar semakin banyak menghadiri forum keberagaman. Hal itu dilakukan agar menjaga keberagaman dan juga keakraban.

“Sering berjumpa, semuanya sama. Jika harus melantai, melantai bersama. Perjumpaan itu menjadi sangat penting. Jangan sampai kita buat barrier untuk kita tidak berjumpa,” imbuh dia.

Menurut dia, dalam hal keberagaman, Kota Bogor berada di kelas yang cukup tinggi. Hanya saja, persepsi luar melihat satu kecil permasalahan. Lalu disimpulkan bahwa itu adalah Bogor.

“Anda bisa lihat, bisa datang Cap Go Meh itu keberagaman. Saya melihat Bogor ini dalam satu perspektif yang komprehensif tidak melihat satu perspektif saja. Ini aset besar Indonesia,” pujinya.

Selain mereka, turut hadir CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu, tokoh Tionghoa Kota Bogor Guntur Santoso, Budayawan Sunda Gatut Susanta, dan Staf Bappeda Kota Bogor Arif Wicaksono. (ded/c)

Reporter: Dede Supriadi
Editor: Imam Rahmanto