25 radar bogor

Komunitas Bogor Sketcher, Rutin Dokumentasi Jalan-jalan via Sketsa

Personel Bogor Sketcher menggambar di kanvas panjang. (Radar Bogor/ Rekaa Faturachman)

BOGOR-RADAR BOGOR, Era digitalisasi yang kian masif tak membuat para sketser di Bogor beralih dari kertas, pena, dan kuasnya. Mereka setia duduk bersama, menggurat bukti perkembangan sejarah sudut-sudut kota dengan caranya.

Kesamaan hobi membuat mahasiswa jurusan Landskap Arsitektur IPB University tergerak membentuk sebuah komunitas 11 tahun silam. Bogor Sketcher namanya. Dalam komunitas itu mereka rutin menggambar sketsa bersama bangunan-bangunan yang dilihat.

Setidaknya sekali dalam sebulan mereka keluar menjajaki berbagai tempat menyasar bangunan atau spot unik dan ikonik di Kota Bogor. Setelah itu mereka duduk bersama dan mulai mentransfer kreatifitasnya lewat tinta dan pena di atas kertas.

Garis demi garis dirangkai menyatu dengan ukiran-ukiran lain sehingga merepresentasikan pemandangan yang dilihat. Sketsa itu pun diwarnai dan dibuat semirip mungkin dengan bangunan aslinya.

Ketua Bogor Sketcher, Agus Ramdani mengatakan sketsa menjadi cara mereka mengasah otak, perilaku, hingga perasaan seseorang tentang lingkungan sekitarnya.

“Sketsa mengajarkan kita untuk tidak acuh dengan hal apapun. Lewat seni ini kita bisa berkontribusi kepada masyarakat,” tuturnya.

Bogor Sketcher merekam setiap perkembangan pembangunan yang akan menjadi bukti sejarah kota. Lewat sketsa juga mereka mengguratkan permasalahan kota yang akan menjadi isu ke depan. Misalnya soal macet, kotor, fasilitas yang diharapkan dapat sampai pemerintah setempat.

“Kami sering menentukan tema tertentu ketika menggambar sketsa. Misalnya dalam setahun hanya menggambar pasar, persimpangan, atau bangunan bersejarah. Dan hanya itu yang digambar dalam setahun,” terang dia.

Komunitas itu kini berisi sketser yang datang dari berbagai latar belakang profesi, di antaranya guru, pegawai swasta, dokter, hingga anak sekolah. Jumlahnya sekira 30 orang.

“Setiap selesai membuat sketsa kami akan mempresentasikan karya yang dibuat. Setiap orang bercerita soal objek atau ide yang ada di sketsanya,” ucap Agus menutup.(*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto