25 radar bogor

Kasus Kekerasan Pelajar, KPAID: Jejaring Mereka Sudah Terorganisir

TEGAS : Petugas membawa para pelajar ke Polres Bogor karena akan tawuran dan mambawa senjata tajam. (Dok. Radar Bogor)

BOGOR-RADAR BOGOR, Fenomena kekerasan pada remaja dan pelajar kian marak terjadi di Kota dan Kabupaten Bogor. Terkini, seorang pelajar tewas mengenaskan diduga karena dibacok di Simpang Pomad, Kota Bogor, Jumat (10/3).


Merespons kondisi ini, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor, Dudih Syiaruddin menyayangkan peristiwa kekerasan kembali terjadi pada pelajar. Terlebih, rentetan kejadian serupa tengah masif terjadi di berbagai daerah.

“Ini sangat memprihatinkan, dunia anak-anak sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu saya mendorong aparat keamanan mulai dari Satpol PP, Polri, finas terkait tidak boleh bersikap pasif hanya menunggu,” tuturnya kepada Radar Bogor, Jumat (10/3).

Menurutnya, semua pihak harus proaktif mendatangi sekolah-sekolah untuk sosialisasi, edukasi, dan advokasi para pelajar. Itu agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

Dudih menilai, banyaknya perilaku kekerasan didasari maraknya konten negatif berbau kekerasan yang mudah diakses di media sosial. Ditambah dengan fenomena-fenomena geng yang ditemukannya memiliki syarat khusus bagi remaja yang ingin masuk ke dalamnya.

“Jejaring mereka sudah terorganisir lewat media sosial, perekrutannya kami deteksi tidak masuk akal, dengan tujuan eksistensi. Sehingga marak kekerasan-kekerasan, yang bahkan menggunakan sajam,” terang Dudih.

Ia merasa, pihak keluarga, lingkungan, dan sekolah perlu berkomitmen pengawasan kepada para remaja hingga ke media sosial. Sebab, menurutnya, tontonan negatif akan menjadi gambaran bagi anak dalam memberikan respons. Banyaknya paparan negatif akan berpengaruh pada perilaku anak.


Khusus bagi para orang tua, Dudih berpesan untuk senantiasa peka terhadap dunia anak dan fenomena yang marak terjadi saat ini. Namun, dirinya juga berpesan agar para orang tua tidak sering menggunakan gawai di depan anak yang cenderung akan mereplikasi. (*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto