25 radar bogor

Catat Cara Tetap Jaga Keberagaman dan Nilai Pancasila di Dunia Digital

BOGOR-RADAR BOGOR, Budaya digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Perwakilan Rakyat (DPR) mengadakan seminar literasi digital dengan tema ‘Membangun Nilai Pancasila Di Ruang Digital’.

Anggota Komisi I DPR, Mohammad Idham Samawi membuka seminar yang dilakukan secara daring tersebut pada Jumat 24 Februari 2023.

Dia mengatakan, Indonesia dibangun dari banyak perbedaan, lebih dari 700 suku dan Bahasa daerah dan 5 agama, indonesai merupakan negeri yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau dan menjadi satu satunya di dunia.

“Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, maka dari itu Pancasila berperan penting dalam menjaga kesatuan bangsa Indonesia beserta seluruh sumber daya alamnya dari tangan asing,” ucap Idham.

Menurut Idham, pergerakan media pada saat ini sudah beralih ke media sosial dan ruang digital dimana sudah tidak ada lagi batasan ruang dan waktu.

Baca juga: Kementerian Kominfo-IPB Beberkan Strategi UMKM di Dunia Digital

Adapun ancaman ancaman di ruang digital terdapat narasi narasi yang bisa memecah belah bangsa yang terserbar secara terstruktur, sistematis dan masif.

“Maka dari itu kita harus melawan dengan cara menerapkan nilai-nilai Pancasila di setiap silanya dalam kehidupan kita sehari-hari, dimulai dari hal-hal terkecil kita termasuk di ruang digital,” urai Idham.

Sementara itu, Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, bahwa pesatnya perkembangan teknologi yang semakin maju dengan adanya panedemic covid-19 telah mendorong kita untuk berinteraksi dan melakuakan berbagai aktivitas melalui platform digital.

“kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegas bahwa kita berada di era percepatan trasnformasi digital,” ujar Semuel.

Semuel menambahkan, oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang baik masyarakat dengan pemerintah agar masyarakat tidak tertinggal dalam proses percepatan transformasi digital.

Selanjutnya, Ketua Fraksi PDIP, Istana menyebutkan, ruang Publik adalah ruang yang tanpa batas dan tanpa pagar dan halaman.

Realitas kebudayaan baru saat ini melahirkan trend-trend baru yang viral dan banyak digandrugi anak mudan kemudian tren tersebut dapat mengubah perilaku.

“Kebutuhan tranformasi pada era digital ini adalah keniscayaan yang progresif tidak terbendung yang dapat berdampak : positif dan negative. Membangun sistematika atau system keteraturan sosial di masyarakat dalam komunitas sosial secara terstruktur dan melembaga, yang selanjutnya disebut tata nilai atau norma,” ujar Istana.

Istana mengatakan, ruang Digital terikat dan menjadi satu dengan tatanan sosial, tergantung dan saling mempengaruhi sanksi sosial.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi UNPAD, Pitoyo mengatakan, realitas yang dijalani masyarakat Indonesia saat ini adalah hidup berdampingan dengan ras, suku, agama, budaya masing-masing daerah dan masih banyak lagi keberagaman lain di dunia virtual tidak memiliki sekat jadi semua bertemu menjadi satu.

“Maka masyarakat perlu untuk memeahami keberanagan yang ada yang akan menjadi karakter pada setiap individu. Dan masyarakat perlu memahami dan menghormati penyatuan dari budaya-budaya lain,”kata Pitoyo.

Potoyo menambahkan, ketika di media sosial, masyarakat harus terintegrasi dengan keberagaman budaya guna menekan aktifitas buruk di media sosial.

Di mulai dari satu individu melakukan integrasi lalu dilanjutkan dari individu tersebut mentransfer pengetahuan ke individu lain.

“Dengan banyaknya perbedadaan, keberagaman akan menumbuhkan perspektif baru. Jadi masyarakat bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila di dunia digital dengan integrasi tersebut dikehidupan sehari-hari karena persamaan dan perbedaan akan terus terjadi,” tutup Pitoyo. (*/ran)

Editor: Rany