25 radar bogor

Pasca Gempa Dahsyat, Pemerintah Turki Kejar 131 Kontraktor Nakal

Pasca Gempa Dahsyat, Pemerintah Turki Kejar 131 Kontraktor Nakal

Korban Tewas Kini 33.181 Orang, 24.921 Bangunan Runtuh

TURKI – RADAR BOGOR,  Pemerintah Turki memburu para kontraktor. Terutama mereka yang baru-baru ini mengerjakan gedung-gedung bertingkat di area yang dilanda gempa pada Senin (6/2).

Bangunan yang mereka buat dianggap tidak sesuai dengan aturan sehingga mengakibatkan parahnya kerusakan ketika gempa berkekuatan 7,8 dan 7,5 magnitudo itu mengguncang.

Pada Sabtu (11/2) lalu, Kementerian Kehakiman telah menginstruksi kantor kejaksaan di sepuluh provinsi yang terkena dampak gempa untuk membentuk Departemen Investigasi Kejahatan Gempa Bumi. Menurut pihak kementerian, sangat penting mengambil tindakan secepatnya untuk mengumpulkan bukti dan memberlakukan tindakan pencegahan bagi tersangka.

Wakil Presiden Turki Fuat Oktay kemarin (12/2) mengatakan, pihak berwenang telah mengidentifikasi 131 kontraktor, arsitek, dan insinyur yang dicurigai bertanggung jawab atas runtuhnya beberapa dari ribuan bangunan akibat gempa. Sebanyak 113 surat perintah penangkapan sudah dikeluarkan. Hingga kemarin, 14 orang sudah ditahan. Jaksa berencana melakukan 33 penahanan lagi.

”Kami akan menindaklanjutinya dengan cermat sampai proses peradilan yang diperlukan selesai, terutama untuk bangunan yang mengalami kerusakan berat dan mengakibatkan kematian serta luka-luka,” ujar Oktay.

Salah satu yang ditahan adalah Mehmet Yasar Coskun, seorang kontraktor yang membangun kompleks perumahan kelas atas 12 lantai di Antakya. Bangunan itu termasuk yang runtuh saat gempa. Dia ditangkap di Bandara Istanbul saat hendak naik pesawat ke Montenegro. Blok perumahan yang berisi 249 apartemen tersebut baru selesai satu dekade lalu. Coskun mengatakan kepada jaksa bahwa dirinya tidak tahu mengapa bangunan itu runtuh. ”Kami memenuhi semua prosedur yang ditetapkan dalam undang-undang,” ungkapnya kepada kantor berita Anadolu.

Menteri Lingkungan Hidup Murat Kurum mengatakan, berdasar penilaian awal, ada 24.921 bangunan yang telah runtuh atau rusak berat akibat gempa. Para pemimpin oposisi telah lama menuduh pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak menegakkan peraturan bangunan dan gagal memperhitungkan hasil aturan khusus yang diberlakukan setelah gempa Izmit 1999 untuk memastikan blok apartemen dan kantor lebih tahan gempa.

Penangkapan para kontraktor itu dinilai sebagai upaya Erdogan untuk mengalihkan tanggung jawab ke orang lain. Sebab, dia menuai banyak kritik akibat respons yang dinilai lambat dalam penanganan gempa. Hingga kemarin, jumlah korban jiwa akibat gempa terus melonjak tajam. Yaitu, 33.181 orang. Perinciannya, 29.605 di Turki dan 3.576 di Syria. Tim penolong juga masih melihat keajaiban dengan menemukan beberapa korban dalam kondisi hidup meski lebih dari 140 jam tertimbun.

”Kami mengalami bencana besar yang memengaruhi 12–15 juta orang. Tetapi seandainya kami melakukan persiapan yang diperlukan, kehancurannya mungkin tidak sebesar ini,” ujar Kepala Kamar Insinyur Sipil Taner Yuzgec. Dia menegaskan bahwa telah terjadi kekurangan dalam perencanaan dan konstruksi bangunan. Sebab, jika dalam bencana yang sama satu bangunan roboh tapi bangunan di sampingnya tetap berdiri, itu tidak bisa disebut dengan takdir.

Profesor dari Departemen Geologi Istanbul Technical University (ITU) Cenk Yaltirak, di pihak lain, mengungkapkan, gempa di Turki lebih mematikan dan merusak daripada gempa dengan kekuatan serupa di negara lain. Sebab, permukiman penduduk didirikan di tempat yang salah.

Yaltirak mengatakan, banyak faktor di balik kehancuran tersebut. Mulai bangunan bertingkat tinggi hingga penyebarannya di atas tanah. Dia mengkritik pemberian izin konstruksi ke daerah yang tidak memenuhi persyaratan dan memperingatkan agar rekonstruksi tidak dilakukan dengan cara yang sama. Sebab, kemungkinan gempa bumi dengan kekuatan yang sama berlanjut di perpanjangan patahan dengan Syria. Dia juga berpendapat bahwa populasi Istanbul harus dibatasi hingga 10 juta sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan gempa di Marmara.

Sementara itu, saat ini penduduk di area gempa mulai melakukan penjarahan. Terutama terjadi di toko-toko yang masih berdiri. Rekaman video amatir menunjukkan pemilik toko yang marah mengejar seorang pria yang diduga mencuri di selatan Kota Antakya. Para penjarah tidak hanya mengejar kebutuhan pokok, tapi juga barang-barang mahal seperti HP.

”Ada toko telepon di dekat saya di mana semua telepon telah dicuri,” ujar Nizamettin Bilmez, salah seorang penjaga toko. Menurut dia, jika yang diambil hanya kebutuhan pokok, itu tidak masalah. Memang, selama dua hari awal bantuan belum merata. Tapi, para penjarah itu juga mengambil mesin pembuat kopi dan alat-alat elektronik lainnya. Tim keamanan Turki menangkap setidaknya 98 tersangka penjarahan Sabtu.

Menyikapi laporan penjarahan di wilayah tersebut, Presiden Erdogan berjanji pelakunya ditangani dengan tegas. Menurut dia, status darurat yang diterapkan di sepuluh provinsi yang terkena dampak gempa akan memungkinkan pihak berwenang untuk bertindak guna mencegah insiden lebih lanjut.

Pemerintah Indonesia telah mengirimkan tim kemanusiaan ke Turki. Mereka menjalankan misi di Kota Antakya, Provinsi Hatay. Hal tersebut disampaikan Dubes RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal kemarin (12/2).

Menurut dia, kepastian target wilayah operasi itu diperoleh setelah melakukan koordinasi final dengan pimpinan Badan Penanggulangan Bencana Turki (AFAD). ”Ini sebuah kepercayaan,” ujarnya. Iqbal saat ini tengah berkantor sementara di Adana, salah satu kota yang terdampak gempa bumi di Turki.

Plt Kepala Pusat Krisis Kesehatan Sumarjaya menambahkan, dalam misi kemanusiaan tersebut, Kementerian Kesehatan mengirimkan 65 tenaga medis. ”Tim medis ini akan diberangkatkan Senin (hari ini) dalam satu kloter dengan pesawat khusus,” kata Sumarjaya.

Tenaga medis yang dikirim terdiri atas dokter spesialis, tenaga kesehatan, dan tenaga pendukung kesehatan. Dokter spesialis terdiri atas spesialis bedah, ortopedi, anestesiologi, pediatri, emergensi, kandungan, dan psikiater. Untuk tenaga kesehatan, ada dokter umum, perawat kamar bedah, perawat IGD, perawat ICU, psikolog, farmasi, bidan, epidemiolog, ahli gizi, dan kesehatan lingkungan.

Nanti tim kesehatan dari Kemenkes bergabung dengan 39 tenaga medis dari TNI-Polri dan BNPB sebagai emergency medical team (EMT). Dengan demikian, total tenaga medis yang akan diberangkatkan ke Turki dan Syria mencapai 104 orang. (JPG)

Editor : Yosep / Dikara PKL