25 radar bogor

Ekonomi 2022 Tumbuh, Lampaui Periode Prapandemi Covid-19

JAKARTA-RADAR BOGOR, Kinerja pertumbuhan ekonomi mencetak rekor baru. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekonomi sepanjang 2022 mencapai 5,31 persen. Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak 2013 silam.

“Saat itu di 2013, Indonesia mampu tumbuh 5,56 persen (YoY),” ujar Kepala BPS Margo Yuwono di Jakarta kemarin (6/2). Angka 2022 juga telah melampaui periode prapandemi Covid-19. Yakni, 5,02 persen pada 2019 dan 5,17 persen di 2018.

Margo menyebutkan, pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi tumbuh solid. Penyumbang terbesarnya adalah konsumsi rumah tangga yang tetap menguat.

Avatar

Konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yaitu 2,61 persen. Diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) alias investasi 1,24 persen.

Kuatnya konsumsi itu dipicu pulihnya mobilitas dan membaiknya pendapatan masyarakat. Peningkatan belanja, antara lain, terjadi untuk sektor transportasi, komunikasi, serta restoran dan hotel.

Secara global, lanjut Margo, Indonesia diuntungkan dengan relatif tingginya harga komoditas ekspor unggulan di pasar global yang memberikan windfall dan mendongkrak kinerja ekspor serta surplus neraca perdagangan. “Namun, harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global mulai menunjukkan tren penurunan,” katanya.

Sementara itu, Kepala BPS Jawa Timur Dadang Hardiwan mengatakan, pertumbuhan ekonomi provinsi selama 2022 mencapai 5,34 persen. Secara kuartal, PDRB pada kuartal IV turun 0,71 persen dibandingkan sebelumnya. Menurut Dadang, hal itu merupakan siklus normal dalam ekonomi Jatim.

“Karena sebagian besar komoditas pertanian sudah panen. Karena itu, biasanya kinerja kuartal IV memang menurun,” tegasnya.

Seperti nasional, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) dan komponen PMTB punya peran terbesar. Masing-masing 59,53 persen dan 27,15 persen. Pertumbuhan PKRT selama 2022 mencapai 6,03 persen. Kemudian, investasi terkerek 5,41 persen.

Namun, Dadang mengatakan, komponen impor menunjukkan pertumbuhan tertinggi. Secara kumulatif, pertumbuhan impor sudah mencapai 15,47 persen.

“Ini bukan berarti hal yang buruk. Karena impor Jatim sebenarnya didominasi oleh impor bahan baku dan penolong untuk industri pengolahan,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur Prakoso mengatakan, kinerja ekonomi Jatim tahun ini masih moncer. Hal tersebut terlihat dari strategi importir yang sedang getol mendatangkan produk di awal tahun.

“Kami memang mengalami keberuntungan di awal tahun karena nilai dolar AS (USD) sedang turun. Jadi, banyak pengusaha yang memanfaatkan hal ini untuk menumpuk stok,” paparnya.(jp)