25 radar bogor

7 Fakta Mengenai Gunung Salak, Dilabeli Paling Angker di Jawa Barat

Gunung Salak
Gunung Salak

BOGOR-RADAR BOGOR, Gunung Salak merupakan gunung yang mencakup dua wilayah, Bogor dan Sukabumi. Kawasan tersebut, masuk dalam kewenangan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Gunung Salak memiliki banyak puncak. Akan tetapi, Puncak 1 (Puncak Manik) dan Puncak 2 (Puncak Prabu) yang paling sering dikunjungi pendaki.

Berikut, beberapa fakta mengenai Gunung Salak yang dirangkum Radar Bogor.

Avatar

Baca Juga:

Cedera, Pendaki Gunung Salak Dievakusi Tim Gabungan

1. Punya Banyak Jalur Pendakian

Ketinggian Gunung Salak mencapai 2.211 mdpl. Namun, untuk mencapai puncaknya tidak bisa dibilang mudah. Gunung Salak memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena medan maupun vegetasinya.

Jalur pendakiannya terbilang cukup banyak. Beberapa pendaki menyebutkan, 6 jalur yang umumnya bisa dilalui, baik melalui Bogor maupun Sukabumi. Tiga di antaranya meruoakan jalur resmi.

Jalur paling ramai melalui Curug Nangka, Kabupaten Bogor. Akan tetapi hanya bisa sampai Puncak 2. Jalur lain lewat Cidahu, Sukabumi atau Pasir Reungit di dekat Gunung Bunder, Kabupaten Bogor. Jalur ini akan membawa pendaki menuju Puncak 1.

2. Mistis dan Banyak Mitos

Gunung Salak kerap kali disebut menjadi gunung terangker di Jawa Barat. Bahkan, salah satu paling angker di Indonesia.

Kisah tentang beberapa pendaki yang hilang hingga meninggal, sudah beberapa kali terjadi. Tak jarang, pendaki sering mengalami kejadian mistis ketika mendaki Gunung Salak.

Salah satu mitosnya, ada pusat kerajaan gaib di Puncak Manik Gunung Salak. Puncak Manik layaknya tempat suci yang dinetralkan dari aktivitas manusia.

Selain itu, penduduk yang berada di lereng Gunung Salak percaya bahwa adanya makhluk gaib. Makhluk itu merupakan perwujudan dari raja yang dikenang sepanjang zaman, yakni Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.

3. Gunung Berapi yang Masih Aktif

Terdapat sejumlah kawah aktif, seperti kawah Ratu, Cikuluwung Putri, dan Kawah Hirup yang merupakan bagian dari Kawah Ratu.

Sejak tahun 1600-an, tercatat terjadi beberapa kali letusan. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik di Kawah Cikuluwung Putri.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, erupsi terbesar pernah terjadi pada tahun 1699. Erupsi magmatis ini bersifat merusak, tapi catatan korban tidak diketahui.

Gunung Salak memiliki banyak jurang curam dan dalam. Karena seluruh permukaan Gunung Salak hingga ke puncak tertutup hutan lebat.

4. Jalur Maut untuk Penerbangan Pesawat

Di sekitar kawasan Gunung Salak sering terjadi kabut. Cuaca buruk semacam itu bisa memicu turbulensi sehingga membuat pesawat tidak stabil. Oleh karena itu, Gunung Salak rawan untuk penerbangan pesawat ukuran kecil.

Tercatat, 9 kali kecelakaan pesawat di kawasan Gunung Salak. Salah satunya, insiden pesawat Sukhoi Superjet 100 yang membawa 54 penumpang, 2012 silam. Pesawat tersebut, menabrak salah satu dinding gunung yang terjal.

Dalam dunia penerbangan, kawasan Gunung Salak memang dianggap wilayah maut dan tidak boleh dilalui. Kabut yang sering muncul secara tiba-tiba adalah penyebab utama musibah penerbangan di Gunung Salak.

5. Kawasan Konservasi Hutan Hujan Tropis Pegunungan Terluas

Gunung Salak menjadi kawasan konservasi hutan hujan tropis pegunungan terluas di Pulau Jawa, mencapai luas 113.357 hektare. Taman nasional ini terletak di tiga wilayah kabupaten sekaligus, Lebak, Sukabumi, dan Bogor yang mencakup Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dihubungkan hutan koridor yang membentang sejauh 11 kilometer dari barat ke timur. Secara administratif, hutan koridor terletak di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

Tak heran, sepanjang kawasan TNGHS kaya akan flora dan fauna. Banyak pula curug yang mengelilingi Gunung Salak yang menjadi destinasi wisata. Mulai dari Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet, Curug Pangeran, Curug Nangka, Curug Luhur, dan lainnya.

6. Pantangan

Sejumlah pantangan juga tak boleh dilanggar saat berada di Gunung Salak. Pengunjung ataupun pendaki dilarang memetik bunga anggrek dengan sembarangan.

Penyebutan buah salak juga menjadi salah satu pantangan saat mendaki Gunung Salak. Kenapa? Karena nama buah salak itu bertolak belakang dengan nama salak yang sebenarnya pada gunung itu.

“Salak” diambil dari bahasa Sansekerta ‘salaka’ yang berarti perak. Oleh karenanya, Gunung Salak mempunyai arti ‘Gunung Perak’.

7. Harta Karun Belanda yang Terpendam

Peneliti pernah mendapati beberapa terowongan tambang yang tidak terpakai di kaki Gunung Salak. Hal itu membuat cerita-cerita mengenai harta terpendam kembali menguak.

Pada 1942, ada saudagar dan pasukan Belanda yang mengalami ketakutan apabila hartanya dirampas oleh pasukan Jepang yang masuk ke Indonesia.

Supaya hartanya tidak diambil, saudagar dan pasukan Belanda itu menguburkan harta karunnya di Gunung Salak. Mereka membuat penunjuk arah untuk menemukannya ketika datang kembali ke Indonesia.

Namun, ketika Jepang kalah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda tidak masuk lagi ke Indonesia.

Kabar harta karun yang tertimbun di Gunung Salak sempat menghebohkan warga sekitar. Namun, meski sudah dicari, hingga saat ini harta karun tersebut belum ditemukan.(*/mam)

Editor : Yosep