25 radar bogor

Banyak Daerah Berstatus KLB Campak, Kota Bogor Catat 87 Sampel Suspek

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno.

BOGOR-RADAR BOGOR, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, ada 12 provinsi yang menetapkan wilayahnya berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak.


Kemenkes melaporkan ada sebanyak 3.341 kasus campak oleh 223 kabupaten/kota di 31 provinsi selama tahun 2022. Jumlah ini meningkat 32 kali lipat dibandingkan tahun 2021.

Merespons keadaan ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, dr Sri Nowo Retno mengungkapkan, Kota Bogor telah melaporkan sebanyak 113 kasus suspek campak rubella sepanjang tahun 2022.

Hasilnya ditemukan 40 kasus positif campak, 7 positif rubella, sedangkan 66 lainnya negatif. Retno menjelaskan, penemuan kasus suspek campak ruella berasal dari pelaksanaan kegiatan surveilans yang aktif dari Puskesmas dan RS dengan cara melaporkan setiap kasus dengan kriteria demam dan ruam.

“Sebanyak 40 data positif campak diatas tidak memenuhi kriteria KLB karena tidak memiliki hubungan secara epidemiologi (orang, tempat, dan waktu),” terangnya.

Kasus positif campak tersebut tersebar di 24 dari 68 kelurahan di Kota Bogor. Sebanyak 4 kelurahan ditemukan ada lebih dari 1 kasus positif yaitu Kelurahan Gunung Batu sebanyak 4 kasus, Loji 3 kasus, Pasir Jaya 3 kasus, dan Mulyaharja 3 kasus.

Menurutnya, Kota Bogor telah melebihi target cakupan imunisasi campak 9-11 bulan yakni 96,56 persen, sedangkan yang ditargetkan sebesar 95 persen.

Namun, jika capaian imunisasi dirunut berdasarkan kelurahan dan dikaitkan dengan data kasus positif campak terbesar dari 4 kelurahan tersebut, maka angka cakupan imunisasi campak 9-11 bulan di Kelurahan Gunung Batu 88,6 persen, Loji 101,6 persen, Pasir Jaya 95,6 persen, dan Mulyaharja 91,1 persen.

“Dari data tersebut, rendahnya cakupan imunisasi menjadi faktor pendukung adanya kasus positif di suatu wilayah. Selain itu, faktor transmisi dari daerah perbatasan dengan kelurahan atau kabupaten atau kota yang terdampak, dan cakupan imunisasi yang rendah di tahun-tahun sebelumnya juga dapat menjadi faktor pendukung. Perlu penyelidikan epidemiologi lebih lanjut untuk penentuan faktor penyebabnya,” jelas Retno.

Sementara di tahun 2023, hingga 25 Januari lalu, Dinkes sudah mengirimkan 87 sampel kasus suspek campak ke Laboratorium Bio Farma Bandung. Namun hingga saat ini pihak Dinkes masih menunggu keterangan hasil.

Meski demikian, Retno mengimbau puskesmas dan RS se-Kota Bogor untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini, dengan cara memperkuat kinerja surveilans campak melalui pemantauan wilayah setempat (PWS), pelaksanaan promosi kesehatan tentang bahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak dan pemenuhan status imunisasi dasar lengkap di wilayah.

Avatar


Dirinya juga mengimbau masyarakat untuk segera melengkapi status imunisasi dasar lengkap sebagai bentuk proteksi terhadap berbagai jenis PD3I, dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.(*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto