25 radar bogor

Masuk Kota Ramah Keluarga di Indonesia, Bogor Jadi Percontohan

Kota Ramah Keluarga
Bima Arya saat menjadi narasumber utama dalam pelatihan kota ramah keluarga pada program Kota Kita Ramah Keluarga yang digagas oleh APEKSI bekerjasama dengan Demi Kita di Hotel Bigland Bogor, Selasa (24/1/2023) malam.

BOGOR-RADAR BOGOR, Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Bima Arya yang juga Wali Kota Bogor, menjadi narasumber utama dalam pelatihan kota ramah keluarga pada program Kota Kita Ramah Keluarga, yang digagas oleh APEKSI bekerjasama dengan Demi Kita di Hotel Bigland Bogor, Selasa (24/1/2023) malam.

Kerja sama antara APEKSI dan Demi Kita yang merupakan start up pertama di Indonesia yang fokus pada
isu-isu strategis keluarga ini, dilakukan dengan penandatanganan MoU untuk menjalankan program Kota Ramah Keluarga.

Ada 9 kota percontohan yang ikut serta dalam mendukung kota ramah keluarga, yakni Bogor, Metro, Tangerang Selatan, Pekalongan, Depok, Banjarmasin, Makassar, Ternate dan Palu.

Avatar

Baca Juga:

Bazar Pesta Rakyat jadi Rangkaian Pembuka Bogor Street Festival CGM

Di awal paparannya, Ketua Dewan Pengurus APEKSI, Bima Arya lebih dulu menceritakan sebuah cerita pemberani yang dilakukan oleh seorang anak SMP bernama Alfin (14) yang membuka jalan untuk pemadam kebakaran kembali siaga.

Di usianya itu kata Bima Arya, Alfin sudah memiliki pemikiran yang berani untuk membantu dan menolong. Diketahui Alfin juga merupakan anak yang sayang terhadap keluarganya dan rela berkorban untuk keluarganya. “Saya takjub sekali, anak ini memiliki cita-cita besar,” kata Bima Arya.

Selanjutnya, Bima Arya juga menceritakan tentang aktivitas pemuda Pandawara yang turun untuk membersihkan sampah yang sangat menginspirasi.

“Anak-anak muda, anak-anak tanggung itu mereka turun bersihin sampah, ketika ditanya ngapain, dijawab rumahnya sering kebanjiran. Terus mereka cek ternyata sampah menumpuk. Hebatnya mereka nggak ngomel, nggak maki-maki di medsos tapi mereka turun ngebersihin aja, eh viral,” ujarnya.

Indonesia saat ini ada di persimpangan jalan antara berita bagus, optimisme dan hal-hal yang mengkhawatirkan. Untuk itu kata Bima Arya, setiap wilayah harus juga menitikberatkan rujukan utama dalam membuat kebijakan bertumpu pada keluarga. Di Bogor lanjut Bima Arya sudah memiliki program ramah keluarga yang digagas pada tahun 2019.

“Indonesia Emas 2045 hanya akan terjadi kalau kita mempunyai long term vision dan integrated approach tentang konsepsi keluarga, isu keluarga diharapkan menjadi isu utama dalam ikhtiar kita menuju kota serta warga kota yang sejahtera,” ujarnya.

Kegiatan yang juga dihadiri oleh Para Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), para istri Wali Kota dan Kepala-Kepala Dinas serta staf OPD ini, juga menghadirkan narasumber Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kemenkes, drg. Kartini Rustandi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Rohika Kurniadi Sari, Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Listyawardani, Direktur Utama Demi Kita, Dinar Pandansari.

Dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah melakukan pemutakhiran data dari awal 2022 hingga akhir 2022, jumlah Keluarga di Indonesia bertambah 2,27 juta orang atau tepatnya 2.271.917 keluarga sehingga jumlah keluarga menjadi 70.759.056 keluarga dari sebelumnya 68.487.139 keluarga.

Dari data tersebut, ada 61 persen keluarga bapak ibu dengan anak, 40 persen sisanya yakni single parent, belum memiliki anak, suami istri lansia atau lansia saja.

Untuk keluarga dengan balita di Indonesia berjumlah 14 juta, keluarga yang memiliki remaja ada 32 juta keluarga dan 16 juta keluarga dengan lansia dan sebagian besar pendidikan kepala keluarga masih relatif rendah.

Dirut Demi Kita, Dinar Pandansari mengatakan, kolaborasi pentahelix ini merupakan upaya untuk membangun lingkungan positif di tingkat kota dengan membangkitkan kepedulian para wali kota terhadap isu keluarga. Banyak permasalahan yang berawal dan bisa diselesaikan dari keluarga.

“Data bicara banyak dan kalau ini dibiarkan terus kita kaya ibarat kata duduk diatas bom waktu, karena angka-angka tapi kita tidak melakukan apa-apa ya sama saja, makanya kita harus bergerak. Seperti gayung bersambut APEKSI mendukung bersama juga kementerian lembaga yang merasakan kegerahan yang sama,” ujarnya.

Dinar melanjutkan bahwa, Indikator strategis keberhasilan program pemerintah itu ujungnya adalah keluarga.

“Sebutlah contoh misalnya indikator kematian ibu karena melahirkan, indikator
pernikahan dini, indikator tingkat perceraian, dan seterusnya. Tugas setiap penyelenggara program pembangunan adalah memastikan bahwa programnya bisa mempengaruhi indikator-indikator ini. Jadi setiap input yang masuk, keluar menjadi dampak yang bisa dirasakan manfaat oleh keluarga di Indonesia,” tegasnya.

Hal ini sangat relevan dengan misi APEKSI dalam menampung segala sengkarut dan persoalan anggotanya.

“Ya, seperti yang sering disampaikan oleh Bima Arya bahwa APEKSI bukan hanya fokus pada state building, tapi juga nation building di tingkat kota. Artinya, pembangunan kota harus visioner dan jauh untuk kemajuan masa depan, bukan hanya terbatas pada tata kelola pemerintahan di level kota, seperti pembangunan infrastruktur, smart cities serta penguatan sistem dan reformasi birokrasi,” ujarnya.

Selain itu APEKSI juga sangan concern dengan penguatan karakter kebangsaan di level kota dalam menuju kota inklusif disabilitas dan minoritas, kota tangguh bencana, kota yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila, termasuk kota yang ramah keluarga.

Di Kota Bogor di bawah kepemimpinan Bima Arya, Dinar melihat ada banyak program kebijakan yang didasari dari keluarga. Bahkan, Bogor sudah bergerak lebih dulu untuk maju dalam upaya menuju kota ramah keluarga. (adv)

Editor : Yosep