PARUNG PANJANG-RADAR BOGOR, Puskesmas Parung Panjang mencatat kasus campak sejak tahun 2022 hingga 2023 mengalami penurunan. Penyebabnya, pandemi membuat penurunan pemeriksaan di sejumlah posyandu wilayah.
“Jumlah kasus tahun 2022 sebanyak 67 kasus dan yang tertinggi Desa Gintung Cilejet tanpa ada kasus kematian,” kata Petugas Surveilans Puskesmas Parung Panjang Kusumawan, Kamis (26/1).
Dia menjelaskan, kasus di Desa Gintung Cilejet terjadi karena desa tersebut berbatasan langsung dengan Desa Batok, Tenjo. Desa tersebut mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak pada bulan September 2022.
“Tahun 2022 ada 67 kasus, di tahun 2023 sampai minggu ketiga ada 14 kasus campak. Sedangkan yang tidak ada kasus hanya dua desa, yaitu Parung Panjang dan Jagabaya,” jelasnya.
Untuk desa lain seperti Lumpang, Kabasiran, Cibunar dan Jagabita terjangkit penyebaran kasus campak terhadap anak.
“Penyebabnya selama pandemi kegiatan posyandu, capaian vaksinasi campak dan lainnya pada turun dan tak tercapai,” tandasnya.
Namun, KLB yang terjadi di Kecamatan Tenjo pada tahun 2022 silam memberikan pengaruh terhadap sejumlah desa di Parung Panjang. Wilayah Parung Panjang masih satu klaster dengan tipe campak di Tenjo. Itu berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang menyatakan tipe sama.
“Karena berada di perbatasan dan terjadi penularan dari Kampung Babakan ke Kampung Gintung, kemudian berdekatan ke Lumpang, tepatnya di kampung Kelapa Ciung, dari situ baru menyebar ke Jagabita, Cibunar, dan Kabasiran,” kata dia
Namun, saat ini pihaknya belum menemukan kasus campak dari Desa Parung Panjang. Tahun 2023 menunjukkan kasusnya mulai terjadi penurunan.
“Saat ini yang masih dalam pemantauan masa inkubasi adalah Desa Cibunar dan akan berakhir di awal Februari 2023 minggu ke-2. Bila tidak ada kasus baru dianggap sudah berakhir transmisi penularannya,” katanya.(*)
Reporter: Jaenal Abidin
Editor: Imam Rahmanto
