25 radar bogor

Generasi Latah Selebgram dan Doyan Pinjol

Generasi
Ilustrasi generasi latah

MIRIS melihat banyaknya generasi muda yang latah atau ikut-ikutan dalam menirukan selebriti Instagram (selebgram) viral yang kecenderungan kurang bermoral.

Baca Juga : IPB Lakukan Pendampingan UMKM Kota Bogor Dapatkan Sertifikat Halal Gratis

Semenjak adanya Instagram sebagai salah satu media sosial yang berkembang pesat dan memiliki banyak peminat khususnya remaja, muncullah istilah “selebgram”.

Julukan selebgram diberikan kepada akun pribadi seseorang yang terkenal di Instagram. Akun tersebut memiliki banyak penggemar atau followers dikarenakan foto atau video yang di upload menarik dan disukai oleh banyak orang dan sering menjadi viral serta banyak diperbincangkan warga internet (netizen).

Berdasarkan data reportal, jumlah pengguna Instagram mencapai 99,15 juta orang atau setara dengan 35,7 % dari jumlah penduduk Indonesia dan pengguna terbanyak merupakan kalangan muda.

Data tersebut menggambarkan betapa interaksi remaja dengan dunia digital sangat terbuka dan interaksi itu mempengaruhi kehidupan mereka.

Keberadaan para selebgram tidak bisa dipungkiri menyumbang permasalahan demoralisasi dan perilaku negatif pada remaja. Terlihat dari banyaknya netizen muda yang sering berkata kasar, tidak sopan, menghina fisik di dalam berkomentar di jejaring sosial.

Belum lagi para remaja laki-laki yang mengidolakan seorang ibu-ibu selebgram seksi yang mereka klaim sebagai tante pemersatu bangsa atau ibu pemersatu bangsa. Sungguh sangat menyedihkan, pemersatu bangsa adalah para pahlawan bukan ibu-ibu selebgram seksi.

Para selebgram ini berlomba-lomba membuat konten untuk menjadi populer, selebgram dari kalangan ekonomi bawah biasanya menjual konten jargon-jargon alay dan juga menjual kemolekan badan, sementara selebgram dari kalangan atas lebih memamerkan gaya hidup mewah dan hedon. Jargon alay biasanya memiliki makna yang tidak sopan dan ironisnya sering diikuti oleh para remaja.

Kemudian kemunculan selebgram bertubuh molek turut menyumbang pergeseran perspektif cantik bagi kalangan muda. Cantik diidentikkan dengan kulit putih, tubuh langsing, payudara sintal, hidung mancung, rambut lurus serta berbagai standart fisik lainnya.

Tentu hal demikian kurang mendidik bagi generasi muda, terlebih kita sebagai orang Indonesia yang kebanyakan memiliki kulit sawo matang.

Para selebgram kalangan atas pun tidak mau ketinggalan dalam mempertontonkan kehidupan mewah dan hedon yang seolah-olah menunjukkan bahwa hidup mereka sangat bahagia dan mudah, sehingga netizen terbuai mimpi untuk hidup mewah tanpa bersusah payah.

Interaksi remaja dengan dunia digital juga memengaruhi pola konsumsi. Para remaja ini mengikuti pola hidup dan konsumsi para selebgram karena memang beberapa selebgram yang populer akan didapuk menjadi bintang iklan sebuah produk (endorse).

Masalahnya adalah anak-anak muda ini memiliki keterbatasan finansial tetapi memaksakan diri untuk membeli barang atau memaksakan diri dengan pola hidup hedon dan mewah yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Untuk menutupi gaya hidup tersebutlah banyak remaja yang meminjam uang dari pinjaman online (pinjol).

Pinjaman online menjadi salah satu solusi untuk mengikuti gaya hidup yang dikatakan kekinian. Sudah banyak pemberitaan tentang remaja yang terjerat pinjol. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2021 menyatakan bahwa pinjaman tidak lancar paling banyak dari milleneal dan gen Z yang berusia 19-34 tahun.

Pemberitaan terbaru dan sedang hangat datang dari beberapa mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi yang turut terjebak pinjol, meskipun memang dalam kasus mahasiswa tersebut, mereka sebagai korban penipuan oleh oknum yang mengiming-imingi pemberian modal untuk event kemahasiswaan.

Namun, sangat disayangkan karena mahasiswa yang dianggap sebagai kaum terpelajar justru tertipu hanya karena ingin mendapatkan pembiayaan besar yang cepat dan tanpa perlu bersusah payah.

Generasi muda semakin terbuai mimpi untuk melakukan hal yang enak-enak dan meninggalkan hal-hal yang susah. Padahal untuk mencapai prestasi, kesuksesan dan kesejahteraan diperlukan moralitas yang baik dan kerja keras yang maksimal.

Generasi muda perlu perhatian khusus. Jangan sampai generasi latah selebgram dan doyan pinjol terus berkembang. Keluarga, sekolah dan pemerintah serta para cerdik pandai harus memberikan perhatian dalam permasalahan ini.

Peranan keluarga penting dalam pembentukan moral, karakter dan kognitif anak, karena dalam keluargalah anak mendapatkan interaksi jangka panjang. Khususnya orangtua, harus membentuk kedekatan, kepedulian, menerima keluhan anak serta memfasilitasi emosi anak sehingga anak-anak tidak impulsif, tidak cenderung follower, tidak mudah dipengaruhi dan suka mencari perhatian dengan update status curhat berlebihan atau berkomentar buruk di sosial media.

Orangtua juga perlu menanamkan pola kesederhanaan dalam hidup, mengajarkan ke anak bagaimana pola konsumtif yang baik, memberikan keterampilan, pengetahuan dan sikap baik dalam berperilaku yang berlaku untuk kelayakan finansial dan kesejahteraan individu. Orangtua tidak boleh abai dengan melepas anak-anak dan melakukan sedikit kontrol pada pola konsumtif mereka.

Selanjutnya dari pihak sekolah, tentu sebagai lembaga pendidikan harus serta merta menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sekolah sudah seharusnya tidak hanya mengedepankan pembelajaran yang dominan ke kognitif melainkan juga mengedepankan pendidikan moral dan karakter anak. Moral dan karakter anak yang baik merupakan bekal bagi anak untuk bisa menfilter pengaruh negatif dari sosial media.

Sementara dari sisi pemerintah seharusnya ada upaya dalam melimitasi degenerasi moral dan perilaku negatif remaja serta mengedukasi banyak orang dengan literasi digital agar dapat menggunakan media sosial dengan bijak serta edukasi layanan keuangan digital.

Selain itu perlu juga kesadaran bagi orang-orang pandai yang menguasai keilmuan untuk turun serta aktif dalam dunia digital dengan menjadi selebgram, sehingga kreator konten yang mengedukasi juga bertebaran di sosial media dan diharapkan bisa menjadi idola yang baik bagi generasi muda. (*/opini)

Penulis Mahasiswa IPB University : Fufut Tri Nur Indah, Eko Wahyuningrum, Putri Fildzah Andini, dan Muhammad Reza Triatmojo