25 radar bogor

Sahur Terakhir dengan Bubur, Kankan Mendapati Istrinya Terkubur Longsor

Tim dari Gerakan Anak Negeri saat menyambangi kediaman Kankan yang juga menjadi korban bencana gempa bumi Cianjur, Selasa (29/11). (Radar Bogor/ Reka Faturachman)

CIANJUR-RADAR BOGOR, Kisah tragis juga dialami warga Cianjur, Kankan Sukanda setelah kampung halamannya diguncang gempa M5,6. Ia harus kehilangan istrinya dalam kondisi terkubur longsor di Jalan Raya Cipanas-Cianjur.

Bendera kuning masih menempel di pagar rumahnya, Gang M Assalam, RT 02/14, Kabupaten Cianjur. Belum genap seminggu ia menguburkan jenazah istrinya, Yeni Siti Rubaeni. Air mata belum kering betul dari pelupuknya.

Baca Juga: Hibur Anak-Anak Korban Gempa Cianjur, GAN Hadiahkan Bingkisan Jajanan

Istrinya merupakan salah satu dari rombongan guru TK yang dievakuasi tim SAR dari dalam mobil. Yeni merupakan Kepala TK Islam Al-Azhar 18 Cianjur. Kendaraan jenis Avanza yang ditumpanginya tersapu longsor Cianjur-Cipanas. Tak ada aba-aba. Tanpa firasat.

Sahur bersama menjadi momen terakhir yang bisa dikenang Kankan bersama sang istri. Keduanya masih sempat sahur bersama. Semangkuk bubur ayam jadi santapan terakhir atas permintaan Yeni.

Baginya, permintaan sang istri itu adalah hal biasa. Bukan pertanda, apalagi firasat. Keduanya lazim mengawali hari bersama-sama sebelum berangkat kerja menuju tempat yang berbeda. Kankan bekerja ke Bandung, pukul 04.30 WIB, Yeni berangkat setelah pukul 06.30.

“Ibu sudah selesai, nggak punya utang sama Aa sama ade,” cetus Yeni kepada Kankan, sebelum berangkat.

Tentu membuat Kankan lanjut bertanya. Yeni menjawab mengenai utang yang dimaksud adalah janjinya mengajak dua putranya berangkat umrah. Oktober lalu, mereka sekeluarga bisa menunaikan ibadah umrah bersama.

Tak disangka, percakapan itu menjadi kata-kata terakhir yang terngiang di telinga Kankan. Ia sama sekali tak menduga sang istri turut menjadi korban gempa bumi M5,6 yang terjadi di Kabupaten Cianjur.

“Nggak ada firasat apa-apa. Malahan saat gempa itu saya khawatir sama rumah dan ibu. Kalau istri pikirannya kan kegiatan di luar ruangan, jadi pasti aman,” kata Kankan sambil berusaha menahan air matanya.

Yeni menghadiri acara sekolah berupa penanaman pohon. Meski sekolahnya tak jauh dari rumah, namun Kankan menganggap kegiatan itu berada di luar ruangan.

Namun, kecemasan Kankan justru berbanding terbalik. Seharian tak ada kabar dari sang istri membuatnya gusar dan gelisah. Apalagi merebak kabar mengenai kejadian longsor imbas gempa tersebut. Tak ada lagi tempat yang aman. Bahkan, di luar ruangan sekalipun.

“Begitu dapat kabar, saya sudah berpikir kalau istri pasti tertimbun. Makanya saya Salat Gaib di sana,” ucap Kankan.

Hari berganti membuatnya semakin pasrah. Hanya doa yang bisa dipanjatkan. Kankan baru bisa mendapati jenazah sang istri pada hari keempat evakuasi.

Baca Juga: Petugas PLN Ini Tetap Jalani Tugas Meski Rumahnya Hancur Akibat Gempa

Selama ini Kankan merasa istrinya sudah memberikan pelajaran berharga untuk berbuat kebaikan. Bahkan, walaupun tubuhnya terseret longsor, jasad Yeni ditemukan dalam kondisi utuh di dalam mobil. Ia pun mensyukuri kuasa Allah Swt atas kondisi jenazah istrinya yang masih utuh itu.

Kankan juga bersyukur telah “melunasi” utang terakhir istrinya. Ya, meski perjalanan ke tanah Mekah itu harus menjadi perjalanan terakhir keduanya.

“Alhamdulilah bisa umrah. Tapi ternyata itu jadi perjalanan umrah terakhir,” pasrahnya. Meski begitu, ia dan dua putranya sudah bisa mengikhlaskan kepergian sang istri. (metropolitan/feb/py)

Editor: Imam Rahmanto