25 radar bogor

Nostalgia Masa Silam, Kedai Ini Sediakan 25 Jenis Teh Otentik

Pengunjung menikmati teh di Jaya Abadi, Bogor Tengah, Jumat (21/10). (Foto: Sofyansyah/ Radar Bogor)

BOGOR-RADAR BOGOR, Suasana nostalgia langsung menyambut hangat ketika berkunjung ke Kedai Es Teh Jaya Abadi, Ciwaringin, Bogor Tengah. Pengunjung bisa menemukan aneka teh tradisional yang diracik dengan passion dan kesungguhan hati.

Kedai Jaya Abadi nyempil tepat di depan Pusat Grosir Bogor (PGB) Merdeka. Dari jauh, bangunan kecil itu sudah terlihat kontras dengan bangunan di sebelahnya. Terdesak ke sudut jalan. Warna hijaunya cukup mentereng dan mendominasi dinding luar dan daun-daun jendela.

Masuk lebih dalam lagi, atmosfer jadul semakin terasa lekat. Tidak hanya soal interior. Aroma teh menguar dari balik rak-rak sudut ruangan. Puluhan kotak teh ditumpuk dan menjadi pemandangan yang memaksa ingatan kembalu ke masa silam. Ya, kalau melihat cap dari bungkusan kertas-kertas teh itu, beberapa diantaranya cukup familiar di dapur rumah orang tua nun jauh di kampung.

Baca Juga:  Qahua Han, Kafe Kopi Aceh Berkelas Baru di Bogor

“Ada 25 jenis teh (tradisional) yang disiapkan di sini. Semuanya saya datangkan dari Jawa. Kalau untuk teh lokal (Jawa Barat), belum ada. Karena merek-merek lokal biasanya gampang kita temukan di supermarket atau minimarket. Jadi, saya lebih ingin menyediakan teh yang tidak ada di toko-toko,” ungkap Owner Kedai Es Teh Jaya Abadi, Tegoeh Winandar.

Sensasi itulah yang ingin diciptakan Tegoeh lewat kedai kecil nan sederhananya. Ukurannya tak seberapa. Namun, pelanggan bolak-balik datang sekadar memesan aneka jenis teh yang diracik Tegoeh dari balik meja barnya. Mulai dari kalangan tua hingga para remaja. Tak jarang, kursi-kursi dan meja terisi penuh dan tak menyediakan ruang kosong untuk pelanggan baru yang datang.

Kedai tersebut hanya menyediakan minuman teh dengan beberapa varian. Mulai dari es teh tawar, es teh kampul, es teh susu, aneka wedhang, hingga teh kekinian seperti matcha. Harganya pun benar-benar ditekan untuk semua kalangan. Uang Rp10 ribu di kantong, masih bisa ngeteh sampai dua kemasan gelas di kedai Es Teh Jaya Abadi.

“Saya gak lihat pasar (mau ramai atau tidak orang nongkrong minum teh). Pokoknya pengen buka kedai teh saja. Malah memang benar, culture minum teh di Jawa Barat kan sangat berbeda di tanah Jawa sana. Kalau memamg gak laku, ya kedai ini buat saya tempat nongkrong kalau pulang kerja,” aku lelaki yang baru menyelesaikan pendidikan spesialis bedahnya di Solo ini.

Dari Solo pula, ketertarikannya dengan teh mulai tumbuh. Ia melihat kebiasaan minum teh dari orang Jawa cukup tinggi. Bahkan, ia sering melihat antrean panjang untuk segelas teh biasa yang hanya dihargai tak lebih dari Rp5 ribu. Hal itu yang memotivasinya untuk membangun usaha di tanah kelahirannya, Kota Bogor.

Tidak sulit menemukan kedai kopi atau coffee shop di sudut-sudut kota ini. Hampir setiap bulan, kedai-kedai kopi baru tumbuh dan berkembang. Sangat kontras dengan kedai teh, yang bahkan bisa dihitung jari. Kalaupun ada, sebagian besar kedai teh itu lebih condong mengikuti zaman dengan konsep minuman yang lebih kekinian.

Namun, Es Teh Jaya Abadi memang sengaja membangun nuansa nostalgia. Tegoeh benar-benar mencurahkan passion dan kecintaannya akan teh lewat kedai sederhananya itu. Kesukaannya terhadap hal-hal berbau otentik juga melebur ke dalam ruangan kecil bangunan kedai. Mulai dari poster, lemari, lampu, hingga meja dan kursinya.

Bahkan, lelaki kelahiran 1988 silam ini sampai rela berkesperimen sendiri meracik aneka minuman berbahan dasar teh tersebut. Lantaran satu varian minuman teh terdiri dari campuran beberapa teh asli yang dibawanya dari tanah Jawa.

Baca Juga: Kafe Bertema Pantai, Jadi Nuansa Baru Pecinta Kopi di Bogor

Kecintaan terhadap teh itu yang terus dijaga Tegoeh. Padahal, pekerjaan Tegoeh sendiri sebagai spesialis bedah selalu menyumbangkan kesibukan yang cukup banyak. Ia juga sadar, usaha tehnya itu masih harus terus dikembangkan.

“Untungnya (jualan teh dengan harga sangat merakyat) memang gak banyak. Saya senang aja lihat orang ngeteh di sini. Goal-nya (tujuan) saya seneng aja udah tercapai. Kepuasan itu yang tidak saya dapatkan ketika pasien sembuh. Berbeda aja,” papar dokter yang juga bolak-balik RSUD Leuwiliang ini. (mam)