25 radar bogor

Sering Nyeri Saat Haid, Hati-hati Endometriosis

Haid
Dokter Obgyn Mayapada Hospital Bogor BMC, dr. Daud Kristianto, Sp.OG menjelaskan rasa nyeri haid atau dismenore yang masih normal disebabkan kontraksi otot rahim yang diatur oleh perubahan hormonal.

BOGOR-RADAR BOGOR, Nyeri yang acapkali dirasakan pada saat haid tentu menjadi momok yang menakutkan dan merepotkan bagi kaum wanita. Tak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri yang dialami juga bahkan dapat menghambat aktivitas sehari-hari serta menurunkan produktifitas.

Baca Juga : Ratusan Siswa SMPN 16 Bogor Jalani Screening, Deteksi Dini Kesehatan

Dokter Obgyn Mayapada Hospital Bogor BMC, dr. Daud Kristianto, Sp.OG menjelaskan rasa nyeri haid atau dismenore yang masih normal disebabkan kontraksi otot  rahim yang diatur oleh perubahan hormonal. Perubahan Hormon tersebut menyebabkan timbulnya kontraksi seperti kram pada perut atau otot rahim.

Kondisi ini wajar dirasakan kaum wanita. Dalam kondisi normal, nyeri ini akan berkurang ketika sang penderita meminum obat anti inflamasi yang dapat meringankan reaksi peradangan yang terjadi.

Nyeri haid dianggap tidak wajar apabila rasanya terus meningkat dan tidak dapat dikendalikan. Terlebih tidak hilang meskipun sudah minum obat atau selalu meningkat dosis yang diperlukan.

“Jika sudah minum obat dan masih terasa nyeri atau biasanya hanya 1 tablet kemudian butuh lebih dan terus bertambah itu sudah tidak wajar. Perlu dicari tau penyebabnya,” ujar dr. Daud.

Sebab, selain karena hormon dismenore juga dapat disebabkan faktor non-hormon seperti infeksi akibat cara berhubungan seksual yang tidak baik, penyakit kelamin, atau kondisi endometriosis.

dr. Daud menuturkan, endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding rahim bagian dalam. Pada kondisi ini, endometrium dapat tumbuh di indung telur (ovarium), lapisan dalam perut (peritoneum), usus, vagina, atau pun saluran kemih.

“Penyebab endometrium belum diketahui secara pasti. Kemungkinan terjadi pada saat pembentukkan seorang wanita tersebut, ganguan penyatuan organ rahimnya. Dinding rahim tercecer dan menempel di tempat yang tidak semestinya,” paparnya

Kondisi ini pun tentu akan menyebabkan perdarahan di luar dinding rahim yang akan menimbulkan peradangan karena pendarahan terjadi tidak pada tempatnya ketika seorang wanita normal mengalami haid perdarahan akan terjadi di dinding dalam rahim saja.

Namun jika terjadi di luar dinding rahim akan menimbulkan endometriosis, dan bila makin lama dibiarkan akan membentuk benjolan yang disebut dengan tumor atau kista

dr. Daud mengatakan semua wanita yang sudah pubertas berpotensi mengalami endometriosis. Tindak pencegahan yang dapat dilakukan ialah dengan mendeteksi sejak dini saat gejala yang dirasakan semakin jelas. Setelah didiagnosis maka selanjutnya pasien akan mendapatkan penanganan lewat obat secara rutin.

Sehingga akibat yang ditimbulkan tidak semakin membesar dan parah. Sebab endometriosis memiliki sifat merusak organ disekitarnya.

Dampak yang ditimbulkan dari endometriosis tidak hanya nyeri hebat bahkan kemandulan. Tumor yang ditimbulkan dapat menghalangi sel telur menuju rahim sehingga menyulitkan proses pembuahan.

“Pengidap endometriosis ada stadiumnya 1-4. Pada derajat 1 kemungkinan hamil masih tinggi, begitu juga dengan derajat 2, kemungkinannya masih ada. Sedangkan pada derajat 3-4 agak sulit karena sudah menempel dengan dinding organ lain seperti usus,” tutur dr. Daud.

Untuk penanganan yang dilakukan ia menyebut saat ini sudah ada obat yang tersedia. Obat ini akan membuat sang penderita tidak haid atau disedikitkan haidnya, sehingga nyeri haid bisa berkurang atau bahkan hilang.

“Kalau derajatnya tidak berat misalnya pada derajat 1-2 dan sudah menikah maka akan kita dorong untuk hamil, karena hamil dapat membuat kondisi endrometriosisnya membaik. Pada wanita belum menikah akan disarankan untuk minum obat mencegah endometriosis makin parah,” ucapnya.

Namun pada kasus berat yang ukuran kistanya lebih dari 6 centimeter penanganan yang dilakukan ialah operasi konservatif.

Baca Juga : Smartphone Hingga Akses Kesehatan, Kini Bisa Dirasakan Warga Kampung Mulyasari

“Pada wanita di usia produktif ini sangat krusial, namun jika sangat terpaksa kita angkat dengan seminimal mungkin tanpa mengangkat indung telur secara keseluruhan. Di Mayapada Hospital Bogor BMC ada laparaskopi. Kita buang jaringan rusaknya kemudian indung telur dan rahimnya dikembalikan ke posisi awal,” jelas dr. Daud.

Meski demikian ia mengatakan tidak semua berakhir pada kemandulan. Potensi memiliki anak masih ada jika dapat ditangani dengan baik dan terkontrol. Program hamil yang dapat dilakukan di antaranya minum pil, inseminasi, dan bayi tabung. (cr1)

Reporter : Reka Faturachman
Editor : Yosep