25 radar bogor

Bersama Komunitas Revolusi Tuli, Gerkatin Kota Bogor Berikan Advokasi

Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022 di Bogor Creative Center (BCC). Sofyansyah/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kota Bogor berkolaborasi dengan Komunitas Revolusi Tuli Bogor mengadakan berbagai kegiatan di Bogor Creative Center (BCC) Kota Bogor pada Minggu (25/9).

Sempat tertunda selama dua tahun karena pandemi Covid-19, kegiatan itu dilakukan untuk memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022, yang jatuh pada 23 September.

Ketua DPC Gerkatin Kota Bogor Novita Pangestika mengatakan, kegiatan peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022 mengusung tema ‘Bahasa Isyarat Menyatukan Kita’, dan mengundang seluruh masyarakat tuli dan dengar.

Menurutnya, dengan kegiatan ini pihaknya melakukan advokasi agar masyarakat lebih sadar, dimana sebagai contoh ada orang tua yang memiliki anak tuli sehingga tidak menutup kemungkinan harus belajar bahasa isyarat.

Baca juga: BPBD Minta Berbagai Pembangunan di Wilayah Bojong Koneng Ditunda

“Agar kedepan tidak ada kesulitan untuk berkomunikasi bagi orang tua yang memiliki anak tuli,” kata Novita kepada wartawan.

Dalam kesempatan ini, komunitas tuli mendorong pemerintah dan organisasi masyarakat sipil melanjutkan upaya kolektif dan bergan tangan untuk mendorong, mempromosikan dan mengenali bahasa isyarat internasional sebagai bagian dari lanskap linguistic.

“Peringatan ini merupakan kali ke dua. Terakhir tahun 2019, tetapi karena pandemi akhirnya tertunda,” ucapnya.

Selain memberikan advokasi, dilanjutkan Novita Gerkatin juga mengadakan workshop dan bazar UMKM dengan menyediakan booth yang berasal dari Museum Penerangan (Muspen) Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo).

“Jadi booth Museum Penerangan ini sebenarnya untuk memberikan edukasi dan memperkenalkan ke teman-teman Gerkatin Bogor,” katanya.

Dirinya berharap melalui kegiatan ini pemerintah agar dapat lebih memperhatikan komunitas tuli dan juga meminta agar fasilitas hingga akses baik di perkantoran dan taman publik dapat menunjang kebutuhan mereka.

“Missal ada di kantor hanya ada suara untuk bagan sedangkan seperti tulisan tidak ada. Ini menjadi kendala, aksesnya kurang, sama kami berharap pemerintah lebih ramah kepada teman-teman tuli,” harapnya.

Ditempat yang sama, Ketua Tim Layanan dan Program Publik Museum Penerangan (Muspen) Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo) Vetri Ridha Bhineka menjelaskan, booth yang disediakan sendiri untuk memberikan edukasi dan memperkenalkan alat komunikasi yang digunakan saat memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.

“Museum itu harus inklusif. Mulai dari fasilitas, program publik mendukung kalangan masyarakat,” jelasnya. “Tidak hanya menyimpan benda benda kuno tapi harus bisa menghidupkan aktifitas masyarakat,” tukasnya. (ded)

Editor: Rany