25 radar bogor

Mahasiswa IPB Gandeng Majelis Taklim di Cibanteng Kelola Sampah Makanan Skala Rumah Tangga

CIAMPEA-RADAR BOGOR, Majelis Taklim Al-Hidayah adalah majelis taklim yang berada di Kampung Kebon Kopi, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Majelis taklim ini terdiri dari ibu-ibu masyarakat asli desa setempat yang berjumlah 100 orang.

Satu rumah tangga di Desa Cibanteng dapat menghasilkan timbulan food waste sebesar 2,64 kg/hari dengan akumulasi total food waste sebesar 14.559,6 kg/hari

Jumlah timbulan food waste di Desa Cibanteng salah satunya disebabkan karena perilaku masyarakat yang langsung membuang sampahnya di sungai dan lahan kosong tanpa mengolahnya terlebih dahulu.

Sehingga mengakibatkan terjadinya penimbunan sampah di lingkungan tersebut.

Menurut keterangan dari Sulaiman selaku Ketua RW 10 Kampung Kebon Kopi, masyarakat merasakan dampak langsung atas adanya permasalahan sampah yang menumpuk dan tercampur.Masalah tersebut antara lain adanya bau tidak sedap akibat munculnya cairan berupa lindi dari sampah organik dan banyaknya lalat sampah yang berdatangan sehingga dapat menimbulkan penyakit.

Melihat masalah sampah di Kampung Kebon Kopi, mahasiswa IPB University yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang diketuai Dydan Muhammad Al Basith memberi solusi.

Dydan, Putri, Fitri, dan Shafira yang didampingi oleh dosen Meti Ekayani mengusung program pemilahan sampah anorganik dan sampah organik serta mengolahnya kembali menjadi produk bernilai ekonomi (pakan ternak) sebagai bentuk dari Circular Economy (CE). CE bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya dan kinerja lingkungan di tingkat yang berbeda dari rantai pasokan.

“Manfaat dari mengimplementasi circular economy adalah dapat meningkatkan ketahanan lingkungan, kesejahteraan sosial masyarakat, mengurangi kerusakan lingkungan, meningkatkan pembentukan new product added value sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi hijau yang searah dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,” tutur Dydan, Minggu (4/9/2022).

Dydan menerangkan pelaksanaan program tersebut. Sampah dikumpulkan setiap 1 minggu 3 kali. Lalu mahasiswa bersama ibu-ibu majelis taklim berlatih mengelola sampah makanan yang telah dikumpulkan di Feed Bank (Bank Pakan) sebagai pusat pengelolaan dan pengumpulan sampah makanan.

“Feed Bank merupakan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah menjadi pakan melalui Maggot BSF (Black Soldier Fly) dan Silase,” jelas mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) IPB University ini.

Lebih lanjut Dydan mengatakan, Maggie (pengelolaan sampah makanan melalui maggot) diawali dengan pemberian materi dasar (edukasi) tentang pengelolaan food waste menjadi pakan dari maggot, siklus pertumbuhan maggot dan tata cara panen pakan maggot. Dilanjutkan dengan pendampingan dan praktik, Food waste tersebut akan menjadi pakan maggot lalu maggot diolah menjadi pakan unggas (crumble maggot) dan pakan ikan (pellet maggot).

Sementara Feedie (Pengelolaan sampah makanan menjadi silase) merupakan program pendampingan dan praktik pengelolaan food waste kepada ibu-ibu majelis taklim untuk dikelola menjadi menjadi pakan ruminansia yaitu silase.

“Sampah yang diolah pada pelaksanaan feedie ini adalah sampah sayuran dan hijauan yang telah terpilah dari rumah tangga sehingga bersama mahasiswa ibu-ibu berlatih dan praktik langsung di feed bank,” ujar Dydan.

Selama pelaksanaan pelatihan dan pendampingan kelola sampah organik terdapat ibu-ibu majelis taklim yang mengeluh lantaran jarak rumah dengan feeed bank cukup jauh.

“Kakak, saya rumahnya jauh ke feed bank nya, kalau bisa saya buat sendiri dirumah tapi yang kecil kecil saja,” curhat jemaah majelis taklim yang bernama Yuni.

Kemudian tim PKM PM IPB yang diketuai Dydan itu memunculkan inovasi baru.

“Maka kami mahasiswa bersama ibu-ibu majelis taklim menciptakan inovasi foedies.kit sebagai media kelola sampah makanan skala rumah tangga melalui maggot yang terintegrasi serta budidayanya,” tutur Dydan.

Dengan adanya inovasi media kelolah sampah sederhana dan mudah dari rumah, ibu-ibu majelis taklim yang jauh sangat senang. Dydan berharap, program ini semakin berkembang tidak hanya di Desa Cibanteng namun juga menjadi desa percontohan bagi desa lainnya sehingga masyarakat desa akan peduli terhadap sampah makanan serta manfaatnya jika terkelola dengan baik.

“Terlebih menjadi pakan ternak yang sebagian besar masyarakat Desa Cibanteng memiliki ternak ayam dan ikan skala rumahan,” pungkasnya. (*)

Editor: Rany