25 radar bogor

Ini Upaya Pemerintah Jawa Barat Lestarikan Kain Batik

Ketua Umum Dekranasda Provinsi Jawa Barat Atalia Prarataya Kamil bersma Ketua YCAB Veronika Kolondang, Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Francois De Maricount, Wakil Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Barat Lina Ruzhan dan Ketua Dekanasda Kota Tasikmalaya pada persemian Rumah Belajar Batik Tasikmalaya, Sabtu (20/8). UJANG NANDAR/RADAR TASIKMALAYA

KOTA TASIKMALAYA – RADAR BOGOR, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Barat Atalia Praratya Kamil meresmikan Rumah Belajar Batik Tasikmalaya, Sabtu (20/8).

Baca Juga : Punya Potensi Ekonomi Kreatif, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya Diresmikan

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Barat Atalia Praratya Kamil mengatakan, Rumah Belajar Batik ini didirikan untuk melestarikan warisan nusantara.

Dirinya tidak ingin warisan kain nusantara itu hilang begitu saja karena tidak memilik regenarasi.

“Oleh karenanya sangat penting menghadirkan generasi-generasi yang mencintai batik dan mampu melestarikannya,” katanya kepada wartawan usai meresmikan Rumah Belajar Batik Sabtu 20 Agustus 2022.

Ia menambahkan, proses perjalanan panjang kerjasama tersebut sangat luar biasa, yang awalnya datang inspirasinya dari meja makan yang dimulai sekitar tahun 2020 awal dan hari ini bisa diresmikan.

“Nampaknya ini menjadi kebanggan Jawa Barat. Pola kerjasama ini sangat baik karena untuk mengembangkan batik ini tidak hanya tugas pemerintah saja, harus ada kerja sama dengan pihak lainnya khususnya bagaimana dalam mensejahterakan masyarkat tetapi dihadirkanya mereka untuk mencintai ,” jelas dia.

Apalagi Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) tersebut sudah malang melintang selama 23 tahun, untuk memberikan manfaat kepada masyarakat.

Rumah belajar tersebut bentuk kolaborasi antara Dekranasda Provinsi Jawa Barat dan di dalamnya di dukung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Dinas Pariwisata Jawa Barat, YCAB sebagai percontohan bagi rumah belajar lainnya di seluruh Jawa Barat.

“Saya terbayang tempat ini banyak yang mengapresiasi, apalagi tempat ini berada di pusat kota, yang memiliki ruang belajar yang sesuai kebutuhan,” kata Atalia.

Atalia menjelaskan, dengan adanya tempat belajar tersebut, bisa dilihat bahwa membuat kain batik bukanlah pekerjaan yang mudah.

Karena minimal ada 10 langkah untuk menjadi sebuah karya kain batik yang indah. “Oleh karenanya ini harus kita lestarikan,” kata dia.

Atalia menjelaskan, di dalam rumah belajar itu, sudah disesuaikan, dari mulai membuat pola sampai melakukan penjahitan. Bahkan mengenalkan produk-produk batik melalui digitalisasi.

“Jadi yang saya berikan apresiasi luar biasa ini YCAB ini sudah memiliki tiga rumah belajar lain, selian di Jawa Barat untuk memberikan pemberdayaan dan pendalaman untuk bagaimana bisa belajar membatik itu,” ungkap dia.

Sementara Ketua YCAB Veronika Kolondang mengatakan, untuk pemberdayaan itu bukan sekadar ada proses akan tetapi harus ada manfaat bagi kehidupan anak cucu atau generasi penerus.

“Target untuk program ini ada 3.200 pengrajin dan akan dilanjutkan untuk lima tahun ke depan,” katanya.

Iia menambahkan, 3.200 itu yang memang para pengrajin yang sudah bisa menghasilkan karya tetapi kita ajarin di zona marketing.

“Karena dengan itu penjualan produknya tidak melalui berbagai hal seperti pengepul dan lainnya, tapi bisa ke pembeli langsung,” kata dia.

Karena kata dia, hasil penjualan sendiri melalui penjualan online itu bisa langsung didapatkan sepenuhnya dari harga jual, beda dengan melalui pengepul dan lainnya. “Itu terus kita ajarin kepada seluruh pengrajin batik yang totalnya 3200 pengrajin,” kata Veronica. (*)

Editor : Yosep