25 radar bogor

Ekspedisi Gerakan Anak Negeri Tana Toraja Edisi Pinisi (3) : Kapal Wisata Setara Hotel Bintang Lima

Ekspedisi
CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu dengan latar kapal pinisi.

Oleh Hazairin Sitepu

SAYA pernah ke tempat ini kira-kira 30 tahun yang lalu. Ketika masih menjadi wartawan Harian Fajar, Makassar. Tanah Beru di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Pusat industri kapal pinisi terbesar. Ada yang menyebut terbesar di dunia.

Baca Juga : Ekspedisi Gerakan Anak Negeri Edisi Tana Toraja (1) : Semua Rumah Menghadap Kiblat

Awal Juli 2022, saya datang ke Bulukumba. Dua hari saya berada di kabupaten yang saat ini dipimpin Andi Utta ( Muchtar Ali Yusuf) itu. Selain Kajang, dan Tanjung Bira, saya ke pusat pembuatan kapal pinisi di Tanah Beru.

Pinisi-pinisi buatan Tanah Beru, waktu 30 tahun lalu itu, masih berukuran kecil. Paling besar kira-kira bertonase 100 ton. Lebih banyak digunakan untuk pelayaran antarpulau. Ketika saya datang awal Juli 2022 ini, rata-rata bertonase 200 sampai dengan 1.100 ton.

Sebelum ke Kajang, saya satu jam naik-turun dua kapal pinisi besar yang sedang dalam tahap penyelesaian. Satu untuk kapal nelayan. Satunya lagi untuk kapal wisata.

Kapal nelayan bertonase 300 ton. Kapal ini dikerjakan 13 orang, menghabiskan waktu delapan bulan. Harganya Rp 4 miliar, belum termasuk mesin. Satu dua bulan lagi selesai.

Pinisi wisata ukurannya sangat besar. Kapal ini berdaya angkut 1.100 ton. Panjangnya 50 meter dengan lebar 13 meter. Tinggi 13 meter pula. Inilah kapal kayu terbesar yang pernah saya lihat.

Pinisi besar ini dibuat tiga lantai, tetapi hanya 11 kamar. Nantinya menjadi kapal pesiar pinisi terbesar dengan fasilitas hotel bintang lima. Ada bar dan restoran. Dan pada dek paling atas ada tempat beristirahat dan tempat berjemur seluas lapangan tennis.

Kapal kayu sebesar itu dikerjakan hanya oleh sembilan orang, secara tradisional. Saya melihat kesibukan para tukang itu memotong, memahat dan menggergaji kayu-kayu di atas dek. Saya tidak melihat mereka menggunakan mesin modern.

Mestinya sudah selesai, tetapi karena covid menjadi tertunda. September nanti pinisi raksasa itu diluncurkan untuk selanjutnya interior finishing-nya di Surabaya atau di Thailand.

Berapa biaya membuat kapal pinisi sebesar itu? Semewah hotel bintang lima itu? “Sampai operasional berlayar sebagai kapal wisata kira-kira duapuluh delapan miliar,” kata Haji Ully, kontraktor pembuatan kapal pinisi mewah itu. Pinisi Rp28 miliar.

Bagaimana rasanya berwisata dengan kapal pinisi se-mewah itu? Yang semua fasilitas, termasuk makanan, minuman dan pelayanan setara hotel bintang lima? Saya belum pernah marasakan. Saya juga belum tau berapa harga ticket untuk satu kamarnya. Atau berapa tarif sewa pinisi itu dalam sehari berlayar, atau dalam satu trip wisata.

Sebagai gambaran, saya dan rombongan Ekdpedisi Gerakan Anak Negeri ketika ke kawasan wisata Labuan Bajo pertengahan Januari 22, menyewa satu kapal pinisi kecil: Sipakatau, Bulukumba. Kira-kira setara hotel bintang satu.
Kami 20 orang, empat hari berlayar dengan pinisi itu. Berlabuh di beberapa pulau wisata, termasuk Pulau Padar dan Pulau Komodo. Trip empat hari itu harganya Rp47 juta. Sudah termasuk makan-minum dan pelayanan di tiga pulau wisata yang kami kunjungi.

Lalu berapa kira-kira tarif berlayar dengan kapal pinisi mewah itu? Menurut saya, tidak kurang dari Rp300 juta. Saya dapat kabar bahwa, di Labuan Bajo, harga pinisi setara hotel bintang tiga Rp200 juta dalam sekali trip, empat hari.

Tukang-tukang kapal pinisi di Tanah Beru bekerja tanpa pedoman design seperti di pabrik-pabrik kapal modern. Tetapi pinisi-pinisi Bulukumba, dapat berlayar gagah perkasa menempuh jarak beribu-ribu mil. Menantang badai, memecah gelombang mencapai pelabuhan yang dituju.

Baca Juga : Ekspedisi Gerakan Anak Negeri Tana Toraja Edisi Kajang (2) :  Satu Pohon Rp45 Juta

Bila datang ke Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Anda menyaksikan ratusan kapal pinisi wisata mondar-mandir di perairan kawasan wisata besar itu. Gagah-perkasa, cantik dan unik, pinisi-pinisi itu adalah karya para tukang Tanah Beru, Bulukumba.

Pinisi raksasa itu segera meluncur ke laut untuk mengarungi samudera nan luas. Ia akan memberi kabar kepada semua orang bahwa tukang-tukang pinisi Tanah Beru telah memperhitungkan dengan cerdas keseimbangan antara dayah jelah kapal dengan kekuatan terpaan badai dan gelombang. (*)

Editor : Yosep