25 radar bogor

CORE Yakini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tetap Stabil di Tengah Resesi Global

CORE
Indonesia juga memiliki kebijakan moneter dan fiskal yg terencana cukup baik serta fiskal yang sangat disiplin. Hutang pemerintah tidak pernah melewati batas 60 persen PDB. (Istimewa)

RADAR BOGOR – Direktur Riset Center f Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjlam mengatakan, di tengah resesi global yang menerpa berbagai negara, perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif kedepan.

“Insya Allah perekonomian Indonesia akan tetap sehat dan terus melanjutkan proses pemulihan.” Ujar Piter saat dihubungi wartawan.

Baca juga: G20 EMPOWER–Microsoft Indonesia Kolaborasi Tingkatkan Partisipasi Perempuan dalam Pertumbuhan Ekonomi Digital yang Inklusif

Menurutnya, Indonesia tidak bisa disamakan dengan Sri Lanka, pasalnya Ekonomi Indonesia didukung kekayaan Sumber Daya Alam yang berlimpah.

“Kenaikan harga komoditas yang saat ini menjadi beban bagi banyak negara lain, justru menjadi limpahan berkah bagi Indonesia. Penerimaan pemerintah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan selama periode booming harga komoditas. Hal ini tidak dialami oleh Sri Lanka.” Ucapnya.

Piter menambahkan, struktur ekonomi Indonesia juga cukup kokoh ditopang oleh berbagai badan usaha baik yang dimiliki oleh negara seperti perusahaan-perusahaan BUMN maupun swasta nasional di berbagai sektor ekonomi.

“Indonesia punya Pertamina, Inalum, Telkom, Bank Mandiri, Bank BCA, Medco, hingga Indofood, yang kiprahnya tidak hanya diakui di dalam negeri tetapi juga global. Semuanya aktif memutar perekonomian Indonesia menghasilkan output nasional sekaligus menjadikan Indonesia termasuk 20 besar ekonomi dunia. Sekali lagi hal ini tidak dimiliki oleh Sri Lanka.” Bebernya

Selain itu, kata Piter, Indonesia juga memiliki kebijakan moneter dan fiskal yg terencana cukup baik serta fiskal yang sangat disiplin. Hutang pemerintah tidak pernah melewati batas 60 persen PDB.

Baca juga: Indonesia Menjadi Penyumbang Terbesar Penjualan Mitsubishi Motors Secara Global Tahun Fiskal 2021

Karena dengan kinerja perekonomian yang konsisten didukung kedisiplinan pemerintah dalm mengelola fiskal, investor asing dan domestik tidak pernah kehilangan keyakinannya untuk membeli surat-surat utang Indonesia.

“Fiskal terjaga dengan terus berputarnya hutang pemerintah. Pandemi memang sempat membuat Indonesia jatuh ke jurang resesi. Tetapi koordinasi kebijakan yang sangat baik antara pemerintah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat perekonomian Indonesia cepat kembali pulih,” ujar Piter.

Piter juga menuturkan, meskipun perekonomian global dilanda resesi, namun sistem keuangan Indonesia relatif terjaga stabil. Respons kebijakan yang terukur dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mampu menjaga sistem keuangan tidak mengalami pemburukan yang berarti.

“Indikator-indikator utama di pasar keuangan, industri perbankan, dan industri keuangan non bank selama pandemi masih menunjukkan kinerja yang relatif baik. Indikator-indikator utama tersebut antara lain adalah kualitas kredit atau pembiayaan (NPL dan NPF), permodalan, dan likuiditas,” jelas Piter.

“Kualitas kredit perbankan atau pembiayaan di lembaga pembiayaan meskipun sempat sedikit meningkat diawal masa pandemi, selalu terjaga di level yg relatif aman. NPL dan NPF tidak pernah melewati batas psikologis 5 persen, selalu di kisaran 3 persen,” jelasnya.

Sementara itu, dari sisi permodalan, menurutnya baik lembaga keuangan perbankan ataupun lembaga pembiayaan dan asuransi masih memiliki kecukupan modal.

“Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan terjaga di atas 20 persen. Lalu gearing ratio industri pembiayaan dan RBC industri asuransi jiwa dan asuransi umum juga aman memenuhi treshold masing-masing industri,” imbuhnya.

Baca juga: Go Publik, Tera Data Indonusa Himpun Dana IPO Sebesar Rp145,617 Miliar

Selain itu, dari sisi likuiditas. Piter meyakini sistem keuangan Indonesia juga memenuhi batas-batas likuiditas yang dipersyaratkan. Rasio alat likuid perbankan terhadap non core deposit senantiasa berada diatas treshold (50 persen).

“Demikian juga dengan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga tidak pernah dibawah treshold 10 persen. Terjaganya stabilitas sistem keuangan ini juga yang membedakan Indonesia dengan Sri Lanka. Hal ini sekaligus menegaskan perekonomian Indonesia jauh dari kemungkinan kebangkrutan seperti Sri Lanka.” sambungnya.

Namun, Piter mengingatkan pemerintah perlu berhati-hati dalam mengelolanya, sebab potensi terjadinya resesi masih tetap ada.

“Risiko kita resesi ada tapi tidak sangat kecil. Makanya tetap harus waspada. Salah sedikit bisa resesi juga,” pungkasnya. (jpg)

Editor: Yosep/Zulfa-KKL