25 radar bogor

SIG Kerjasama dengan IPB Pemberdayaan Klaster Jagung Rembang

SIG Kerjasama dengan IPB Pemberdayaan Klaster Jagung Rembang

RADAR BOGOR, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) bersama Institute Pertanian Bogor (IPB) membuka Grand Launching Cluster Jagung Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani jagung.

SVP of Supporting SIG, Muchamad Supriyadi menjelaskan bahwa dipilihnya pembentukan klaster jagung ini karena potensi jagung di Kabupaten Rembang cukup besar. “Tanaman jagung memiliki nilai ekonomi yang tinggi, selain biji, batang dan daun yang dapat dimanfaatkan, bonggol jagung juga dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif pengganti batu bara pada pabrik semen. Karena itu SIG berharap, UMKM di Rembang yang memiliki lahan dan tanaman jagung dapat lebih dioptimalkan guna menambah penghasilan para petani”, kata Muchamad Supriyadi

Sementara itu, Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyampaikan, pembentukan klaster jagung ini menjadi trigger yang bisa membanggakan bagi petani jagung di Rembang. Berdasar keluhan petani, mereka tidak memiliki kekuatan dan otoritas. Ketika panen banyak harga akan jatuh, kalau produksi kurang harga akan naik dan itu sudah menjadi ilmu ekonomi. Namun dengan adanya klaster ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi para petani mulai proses hulu hingga hilir pertanian jagung.

Kabupaten Rembang memiliki potensi pertanian yang besar. Salah satunya ada pada tanaman jagung, namun faktanya petani jagung rata-rata masih menggunakan teknik konvensional di dalam prosesnya. Sehingga hasil panen memiliki harga yang tidak stabil dan cenderung murah. Selain itu tantangan yang dihadapi adanya limbah janggel jagung yang menjadi masalah dan tidak bernilai ekonomis.

Baca Juga: Kota Bogor Naik Peringkat, Kota Layak Anak Predikat Nindya

Pembentukan klaster jagung ini untuk memberikan solusi terhadap masalah yang di hadapi petani saat ini. Salah satunya dengan melakukan inovasi melalui modernisasi proses panen yang selama ini memanfaatkan panas matahari, kemudian akan beralih menggunakan mesin pengering sehingga total kandungan air sesuai kebutuhan standar industri pakan sehingga harga jagung tinggi dan stabil

Diselah-selah tinjauan ke UMKM para petani Jagung, GM of CSR SIG, Edy Saraya mengatakan, “Pembentukan Klaster Jaggung di Rembang ini selaras dengan semangat SIG dalam mengambangkan program pemberdayaan berkelanjutan ” sebagai perwujudan kometmen Corporasi terhadap lingkungan perusahaan

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengatakan, selama ini produk pertanian kerap terkendala oleh stok. Begitu pula dengan rasa dari produk yang dipasarkan. Dengan dibentuknya klaster diharapkan mampu mengatasi hal itu.

“Dalam klaster itu harus ditentukan hilirnya sampai mana, jadi harus hulu sampai hilir, makanya sekat-sekat harus dihilangnya. Tidak boleh juga ego,” kata Erma.

Erma menuturkan, dalam mengembangkan klaster ini, ada beberapa tahapan. Pertama identifikasi potensi masalah dan kebutuhan. Kedua rencana aksi bersama. Ketiga perizinan dan legalitas usaha. Aspek ini penting karena saat akan menjual atau ekspor ke industri besar akan ditanya legalitasnya.

“Kelembagaan usaha ini penting, petani kalau bisa jangan kecil-kecil sendiri, pasti akan jadi mahal dan tidak efisien, supaya hitungannya efisien, kita tidak bisa lagi sendiri-sendiri,” imbuhnya.

Baca Juga: Proyek Jalan Kota Batu-Ciapus Molor, Kontraktor Terancam Putus Kontrak

Melihat kondisi tersebut, para petani dan pihak-pihak lainnya harus bekerja bersama melakukan konsolidasi supaya tidak berjalan sendiri-sendiri. Sebab, biaya ekspor atau penjualan ke industri membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Sebagai contoh, untuk ekspor ke Amerika dalam setahun sebuah koperasi membutuhkan dana sekitar Rp 300-500 juta untuk sertifikasi produk. Apabila petani berjalan individu maka akan sangat berat menutup dana tersebut.

“Terakhir paling tidak ada 4K, kuantitas kualitas konsolidasi dan kolaborasi. Kalau 2K terakhir tidak kita lakukan kita bisa mati,” tegas Erma.

Sementara itu, Sony Trisno sebagai perwakilan dari IPB mengatakan, industri jagung memiliki potensi yang sangat besar. Terlebih sejak kebijakan impor jagung dicabut pemerintah sejak 2017, maka kebutuhan pasokan jagung nasional kepada para petani lokal sangat tinggi.

“Untuk komoditas jagung ternyata suplai 6,18 juta ton, sementara kebutuhan pakan jagung 9,9 juta ton, pangan 1,2 juta ton ini menunjukan sebagai petani, tengkulak, industri, mari sama-sama sejahterahkan masyarakat Rembang dari jagung,” kata Sony.

Sony menuturkan, ada 5 Provinsi unggulan penghasil jagung. Yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB, dan NTT. Meskipun produksi besar, namun masih perlu ditingkatkan.

“Bersama dengan SIG kita ingin memecahkan ini dengan 2 hal yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Kita akan bawa ide ini, konsep klaster jagung di Rembang untuk percontohan nasional,” jelasnya. (jpg)

Editor: Yosep/Khonsa-KKL