25 radar bogor

Tercancam Jebakan Middle Income Trap, Guru Besar IPB Dorong Petani Indonesia Menjadi Wiratani

CIBINONG-RADAR BOGOR, Guru Besar Ilmu Kewirausahaan di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Prof. Rachmat Pambudy, mendorong para petani untuk bertransformasi menjadi wiratani, alias menjadi wirausaha di bidang agribisnis.

Hal itu harus dilakukannya agar peluang Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan middle income trap (MIT) menjadi semakin besar.

“Indonesia saat ini memang terancam untuk terjebak pada posisi middle income trap, mengingat bahwa sudah 35 tahun Indonesia berada pada kategori lower middle income country (negara berpendapatan menengah ke
bawah),” ungkapnya konferensi pers pra orasi ilmiah, (15/7).

Baca juga: Tertimbun Longsor, Warga Kota Bogor Ditemukan Tewas

Menurutnya, untuk bisa keluar dari posisi middle income trap, mayoritas ahli mengemukakan bahwa pendapatan nasional perkapita Indonesia harus bisa tumbuh di atas 5 persen.

Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Indonesia baru akan bisa keluar dari posisi middle income trap apabila pertumbuhan ekonominya di atas 6 persen antara periode 2013 hingga 2030, sebuah syarat yang belum pernah berhasil dipenuhi. Terlebih dengan adanya pandemi Covid-19 yang telah mengakibatkan ekonomi Indonesia terkontraksi.

Itu sebabnya Indonesia harus bisa menemukan kunci untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke level yang dibutuhkan untuk keluar dari jebakan middle income trap.

Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Bogor Porak Poranda

“Saya melihat, kunci untuk mendongkrak perekonomian kita adalah kewirausahaan,” ujar lelaki kelahiran Yogyakarta, 23 Desember 1959 ini.

Karena Indonesia adalah negara agraris, di mana 29,59 persen masyarakat bekerja dan hidup dari sektor pertanian, maka sektor pertanian merupakan sektor kunci untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Namun, ujar Prof. Rachmat, pertanian tidak bisa begitu saja menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

“Para petani kita kan sebagian besar tergolong sebagai petani gurem miskin (low income peasant), sehingga tidak bisa jadi motor pertumbuhan ekonomi. Supaya mereka bisa jadi motor pertumbuhan, pertama-tama kita harus bisa mendorong mereka bertransformasi dari peasant (petani gurem) menjadi farmer (petani), lalu bertransformasi menjadi agripreneur (wiratani), atau wirausaha di bidang agribisnis,” tegas Prof. Rachmat.(cok)

Editor: Rany