25 radar bogor

Serba-serbi Vaksinasi PMK, Risiko Diseruduk hingga Kekurangan Vaksinator

vaksin pmk
Satgas PMK Kota Bogor bersama drh Anizar (jilbab pink) berjibaku "menjinakkan" sapi untuk divaksin di Kelurahan Pamoyanan, Bogor Selatan. (Foto: Sofyansyah/ Radar Bogor)

BOGOR-RADAR BOGOR, Ani harus hati-hati menyuntikkan jarumnya. Lalai sedikit, sapi di depannya bisa mengamuk, menyeruduk, hingga menendang siapa saja.

Aktivitas itu yang kini menjadi rutinitas harian yang dihadapi Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, drh Anizar. Ia bersama timnya rutin mengelilingi beberapa kecamatan.

Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Bogor berupaya ditekan dengan vaksinasi yang sudah digeber, sejak pekan lalu.

Baca Juga: Perdana, Sapi di Kota Bogor Mulai Disuntik Vaksin

Menyuntik sapi atau kerbau teramat berbeda dengan perlakuan vaksin kepada manusia. Tak jarang, sapi meronta-ronta ketika ditarik dari kandangnya.

Tubuh besarnya membuat para petugas vaksin harus mengeluarkan energi ekstra untuk menahannya agar tetap tenang. Meski hanya menyuntikkan dosis cairan vaksin 2 mililiter (ml), butuh effort untuk menembus kulit ternak.

“Untungnya saya sudah biasa sih kalau berhadapan dengan hewan-hewan besar seperti itu, dulu waktu tugas di Aceh. Meskipun kalau vaksin PMK, seluruh Indonesia baru mengalami. Kalau suntik sudah biasa, karena setiap tahun kita suntik vaksin Brucella (pada sapi) di Bogor,” ungkapnya kepada Radar Bogor, Senin (4/7).

Amukan sapi sudah menjadi “makanan” sehari-hari bagi tim kesehatan hewan Kota Bogor. Ani menyebutkan, sapi atau kerbau juga bisa mengalami stres yang akan memicu amukannya. Itu jika banyak orang atau manusia yang mengelilingi di sekitarnya.

Salah satunya, Ani bercerita, kejadian ketika beberapa pewarta harus terkena amukan sapi. Kejadian itu di sela-sela ia menjalankan vaksinasi PMK, beberapa hari yang lalu.

Beruntung, tak ada yang luka-luka. Hanya berbuah tawa saja dari orang-orang sekitar.

“Enaknya itu kalau sudah ada anak kandang (petugas peternakan) di tempat yang kita tuju. Kalau tidak ada, ya kita yang tarik-tarik sendiri,” tuturnya.

Berbagai area peternakan di Kota Bogor mesti dijangkau tim kesehatan hewan DKPP. Mulai dari Bogor Selatan, Bogor Barat, hingga Tanah Sareal.

Lokasinya yang berjauhan memaksa tim kesehatan mencari alternatif tercepat untuk menjangkau target sasaran tersebut.

“Mau gak mau kita pakai motor. Kalau pakai mobil, waktu tempuhnya lama. Belum ketemu dengan macet-macetnya,” terang Ani, yang selalu dibonceng rekan timnya menyusuri jalan-jalan Kota Bogor.

Ani memaparkan, satu tim biasanya dibagi menjadi beberapa motor. Ada yang membawa botol-botol vaksinasi PMK, ada pula yang membawa perlengkapan lainnya.

Berkendara motor dianggapnya lebih mudah dalam menyelip dan menyalip di antara kemacetan Kota Bogor. Tak peduli dengan outfit atau seragam dokter yang masih melekat di badan.

Baca Juga: Vaksinator PMK Terbatas, Personel PDHI Jabar Bantu Kota Bogor

Sayangnya, dokter yang bertugas menyuntikkan vaksin atau vaksinator juga sangat terbatas.

Sejak menjalankan tugas di hari pertama, hanya lima dokter yang bisa dikerahkan untuk menyuntik hewan-hewan ruminansia itu. Tak heran, baru sekira 148 ternak yang berhasil divaksin hingga Senin (4/7).

Target vaksinasi di Kota Bogor mencapai angka 699 sapi. Semuanya tersebar di empat kecamatan. Misalnya saja, Bogor Timur sebanyak 34 sapi, Bogor Selatan 124 sapi, bogor Barat 50 sapi, dan Tanah Sareal terbanyak dengan 491 sapi.

Sementara, Bogor Utara dan Bogor Tengah tidak ditargetkan vaksinasi karena bukan daerah wabah. Selain itu, jumlah vaksin yang meluncur untuk Kota Bogor juga belum sebanyak daerah lainnya.

Beruntung, DKPP Kota Bogor telah mendapatkan tambahan personel dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Barat.

Ani menyebutkan, sebanyak 25 dokter dari PDHI Jabar itu akan membantu percepatan vaksinasi di Kota Hujan. Mereka membantu menjangkau sejumlah target vaksinasi di wilayah Kota Bogor), mulai Selasa (5/7).

Ia tak menampik, pekerjaan vaksinasi PMK akan menjadi lebih ringan dengan bantuan dokter-dokter dari PDHI. Meski demikian, 25 dokter itu tidak diturunkan secara serentak dalam sehari. Mereka akan dibagi-bagi sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

“Capek (vaksin)? Pastilah. Cuma kalau saya senang-senang saja sih (vaksinasi PMK). Santai sih. Terus terang, saya disuruh pilih rapat lama-lama, mending suntik sapi. Mungkin, karena dunia saya memang di situ ya,” pungkasnya sembari tertawa. (mam)