25 radar bogor

Kembangkan Teknologi Saluran Air Minum di Mulyaharja, Perumda Tirta Pakuan Klaim Butuh Biaya Rp40 Miliar

Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Rino Indira Gusniawan
Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Rino Indira Gusniawan

BOGOR-RADAR BOGOR, Perumda Tirta Pakuan tengah mengembangan bisnis untuk melayani wilayah perbatasan salah satunya di wilayah Mulyaharja.

Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan Rino Indira Gusniawan mengatakan,untuk pengembangan teknologi saluran air minum di Mulyaharja diperkirakan membutuhkan sekitar Rp40 miliar.

Kebutuhan itu melingkupi teknologi pengolahan, hingga penyaluran berupa pipa-pipa utama.

Baca juga: Rencana Pelebaran Jembatan Otista Masuk RKPD 2023, DPDR Jabar : Harus Diperjuangkan

Dari jumlah tersebut kata Rino, sekitar 20-24 miliar akan digunakan untuk menurunkan faktor kehilangan air akibat kebocoran pipa-pipa saluran utama yang telah ada saat ini dan berumur puluhan tahun.

Sebab kata dia, sebanyak apapun memproduksi air masih berpotensi bocor lantaran pipa-pipa milik Peruma Tirta Pakuan sudah tua, dan semrawut.

“Kita mau rapikan nih, supaya kehilangan airnya turun, supaya pengalirannya 24 jam, supaya jumlah pelanggannya naik,” jelas Rino, belum lama ini.

Baca juga: Kembangkan Kurikulum Perguruan Tinggi, P2SDM LPPM IPB University Adakan ToT

Dia menilai, bahwa pengembangan bisnis di wilayah tersebut sangat potensial, terlebih jika dilihat dari rencana pembangunan daerah yang akan dilakukan pemerintah Kota Bogor kedepan.

“PDAM belum masuk di sana, belum ada pipa kita di sana, belum ada pelanggan kita di sana. Ada mata air di salah satu desa, tapi mereka hanya pakai pipa saja” kata Rino.

Rino menuturkan, Tirta Pakuan yang ditarget dapat melayani 100 persen masyarakat di seluruh wilayah Kota Bogor, yang secara administratif baru mencapai 63 persen.

Baca juga: Job Fair SMK Ibnu Aqil Tawarkan Loker Variatif, Pengunjung Membeludak

“Angka 63 persen muncul dari perhitungan baru pemerintah pusat mengenai layanan air minum per sambungan 1:4 orang,” ungkapnya.

Menurutnya, perhitungan itu didapat dari data jumlah warga Kota Bogor dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang disesuaikan oleh pemerintah pusat sehingga satu rumah dianggap satu keluarga dengan jumlah rata-rata empat orang.

“Di Kota Bogor, hasil BPS itu empat orang, padahal belum tentu satu rumah isinya empat, karena bisa saja satu rumah ada empat keluarga, dua keluarga,” tukasnya.(ded)

Editor: Rany