Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan pendidikan vokasi menjadi jawaban atas kebutuhan SDM pertanian yang handal.
“Pendidikan vokasi mampu menyatukan antara intelektual dengan karakter. Kekuatan karakter sangat penting karena akan membuatnya menjadi seorang yang kuat, mampu bertarung dan mampu mencari jalan keluar terhadap segala tantangan yang ada,” tambahnya.
Selaras dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan guna mendukung pembangunan pertanian maju, mandiri dan modern, perlu dilakukan penyiapan, pencetakan SDM pertanian unggulan.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL) dan Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik diminta untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
PBJL dapat mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang kompleks, meningkatkan kolaborasi, meningkatkan keterampilan komunikasi dan kerjasama. Pendekatan pembelajaran dengan metode PJBL sesuai dengan framework UNESCO dalam bidang pendidikan Abad 21 yang dikenal dengan 4C (Critical thinking and Problem solving, Creativity and Innovation, Communication and Collaboration).
MSM merupakan salah satu pendidikan tinggi di Belanda yang sudah lama menerapkan PJBL dan PBL dalam proses pembelajarannya. Hal ini perlu juga diterapkan di Polbangtan Bogor untuk menciptakan lulusan yang kompeten, unggul dan berdaya saing.
Output kegiatan training ini adalah mendukung implementasi PJBL dan PBL pada beberapa guru/dosen dengan menerapkan pendekatan Professional Learning Community (PLC) atau membuat komunitas pembelajaran profesional yang terdiri dari beberapa tim teaching.
Selain itu peserta juga juga diberikan keterampilan cara memberi penilaian dengan metode PJBL dan PBL. Karena dalam pembelajaran tersebut tidak hanya aspek pengetahuan dan keterampilan saja yang dinilai melainkan kemampuan soft skill peserta didik juga dinilai. Setelah itu peserta diminta untuk menyampaikan rencana implementasi PJBL, PBL dan PLC pada sekolah masing-masing.
Sesuai dengan ungkapan salah satu peserta, yakni dosen Polbangtan Bogor Lilis Rianti. Menurutnya, kegiatan training PJBL dan PBL serta implementasi PLC ini sangat bermanfaat tidak hanya bagi dosen dalam mengembangkan pembelajarannya, tetapi juga bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis, problem solving.
“Kebanyakan peserta sesudah mengikuti pelatihan tidak langsung menerapkan hasil yang dia dapatkan di sekolah masing-masing. Dengan pendekatan PLC dan rencana tindak lanjut maka peserta diharuskan untuk mengimplementasikan kegiatan training,” tambahnya. (*)
Pewarta: Mulyana
Editor: Ardianinda Wisda