25 radar bogor

Atribusi Sosial : Pengemis Jalanan di Bogor yang Hidup Sebatang Kara

Pengemis
Edi, pengemis buta di jembatan dekat Unpak yang hidup sebatang kara.

BOGOR-RADAR BOGOR, Seperti yang kita ketahui, Atribusi Sosial adalah salah satu Teori Ilmu Psikologi Komunikasi, dimana kita dituntut untuk memahami perilaku seseorang, apa penyebab dia berperilaku atau bertindak seperti itu. Bisa saja penyebabnya karena mengalami situasi yang tidak biasa dan tidak menyenangkan sehingga beberapa dari mereka terpaksa melakukan hal tersebut.

Korespondensi inferensial ini merupakan bentuk teori yang dikemukakan oleh Jones dan Davis (1965). Konsep Atribusi yang dinyatakan dalam teori ini, yaitu seseorang bisa disimpulkan melakukan sesuatu bisa karena faktor kepribadian atau faktor tekanan situasi yang ada di sekitarnya.

Salah satu contohnya adalah pengemis, karena setiap orang tidak ada keinginan untuk menjadi pengemis. Mereka terpaksa melakukan hal tersebut mungkin karena keadaan yang sangat sulit.

Salah satu pengemis ini bernama Edi berusia 63 tahun. Edi berasal dari Bandung, ia mempunyai keterbatasan fisik yaitu buta dan kurangannya pendengaran. Saat ini ia mengemis di jembatan dekat Universitas Pakuan Bogor.

Edi sudah 6 bulan tinggal di Bogor. Namun, ia tak mempunyai tempat tinggal sehingga berpindah-pindah tempat. Hidupnya cukup memprihatinkan, ia hidup sebatang kara di Bogor.

Edi mengaku sudah bercerai dengan istrinya dan mempunyai satu orang anak laki-laki. Saudaranya ada yang di Jawa, ada juga yang di Sumatera. Sebenarnya, Edi ingin sekali bekerja tetapi karena keterbatasan fisik itulah ia memutuskan untuk menjadi pengemis.

Ia mengemis di jembatan dari pagi hingga sore. Dalam sehari,  Edi mampu meraup pendapatan Rp50 ribu sampai Rp100 ribu dari hasil mengemis.

Cara dia menghitung penghasilannya dengan meraba uang tersebut. Edi berbeda nasib dengan saudaranya yang hidup berkecukupan.

Sebenarnya anaknya tidak ingin ia menjadi pengemis, karena sang anak mampu untuk membiayai kehidupan Edi. Tetapi, ia menolak karena ingin mandiri dan bekerja dengan keringatnya sendiri. Menurut dia, lebih baik susah sendiri daripada merepotkan keluarganya.

Dari kisah Edi ini, kita belajar makna kepedulian terhadap sesama dengan cara bersedekah sebagian harta kita kepada yang lebih membutuhkan dan selalu bersyukur, jangan selalu melihat ke atas lihatlah ke bawah masih ada banyak orang yang kekurangan.

Bagi warga Bogor yang singgah atau melewati sekitar Jalan Ciheuleut tepatnya di Jembatan dekat Universitas Pakuan bisa menyisihkan sedikit rezekinya untuk Edi. (*)

Penulis :  Nadhira, Lulu, Dila, Aisha, Fina, Alvi
Editor : Yosep