25 radar bogor

Heboh, Mahasiswa Ini Ingin Menjual Ginjal Demi Membangun Jembatan

Menjual Ginjal
Alin Pangalima, mahasiswa yang ingin menjual ginjal demi membangun jembatan di Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut,Sulawesi Utara (Sulut).
Menjual Ginjal
Alin Pangalima, mahasiswa yang ingin menjual ginjal demi membangun jembatan di Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut,Sulawesi Utara (Sulut).

SULUT-RADAR BOGOR, Jagat dunia maya diheboh dengan aksi seorang mahasiswa yang ingin menjual ginjal demi membangun jembatan di Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut, Sulawesi Utara (Sulut).

Baca Juga : Jangan Terkecoh, Maling di Citeureup ini Gunakan Fortuner Saat Beraksi

Mahasiswa tersebut diketahui bernama Alin Pangalima, warga Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut, Sulut.

Alin mempromosikan ginjalnya melalui akun Facebook yang diunggah pada 6 Mei 2022.

“Saya mau menjual ginjal untuk pembangunan Jembatan Goyo. Save Goyo!,” tulis Alin dalam postingan yang bagikannnya

Dalam postingannya itu, Alin menjelaskan mengapa dirinya nekat menjual organ ginjalnya.

Pertama, ketika banjir dan sungai meluap, akses penghubung antara Ollot dan Goyo sangat membahayakan.

Kedua, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyeberangi sungai memakai rakit Rp3000 sekali lewat. “Bayangkan warga berapa kali lewat dalam sebulan,” kata Alin.

Apalagi masyarakat Bolangitang dan sekitarnya ada juga yang berkebun di seberang sungai, maka bisa dipastikan biaya yang mereka keluarkan Rp6.000 per hari, yang jika rutin ke kebun dan dijumlahkan dalam sebulan menelan biaya yang cukup untuk membeli beras dimakan sepekan. Jumlahkan saja berapa totalnya.

“Belum lagi jika sungai sedang banjir dan air meluap bagaikan janji Pemda, biayanya jadi berlipat ganda, Rp10.000 sekali lewat, dengan risiko yang cukup tinggi,” tulis Alin.

Ketiga, banyaknya kecelakaan ketika melewati sungai saat sedang hujan maupun tidak, menjadikan jembatan memang layak diperjuangkan.

“Saya pun menyaksikan sendiri betapa kejadian kecelakaan itu terjadi di depan mata. Mungkin bisa ditanyakan kepada yang bertugas menyeberangkan kendaraan, berapa korban yang sudah “tabulengkar” di situ,” tuturnya.

Keempat, karena jembatan yang hampir dimuseumkan itu, menjadikan Goyo tertinggal daripada dusun lainnya. “Saya kadang iri dengan Pangkusa yang meski di pedalaman dan sulit jaringan, tapi ada jembatannya. Indah pula,” ungkapnya.

Sementara itu, di berbagai pemberitaan Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bomut) Depri Pontoh menyatakan bahwa Pemda sudah berusaha untuk bisa mendapatkan anggaran pembangunan Jembatan Goyo, namun kondisi keuangan negara lagi menghadapi pandemi.

“Coba dihitung di Dinas PUPR pembangunan Jembatan Goyo itu ada sekitar Rp40 sampai Rp45 miliar. Kalau dibangun dengan Dana Alokasi Umum (DAU) atau dari APBD, habis dana daerah. Tidak cukup,” kata Bupati. (net)