25 radar bogor

Antisipasi Wabah PMK di Kota Bogor, Pemkot bakal Stop Suplai Sapi dari Beberapa Provinsi

BOGOR-RADAR BOGOR, Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor berencana menyetop suplai sapi yang berasal dari daerah Jawa Timur.

Kebijakan itu menyusul wabah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang mulai merebak di Jawa Timur (Jatim), NTB, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.

Baca juga: Tingkatkan Pembiayaan Hijau, BNI Akan Menerbitkan Green Bond

Kepala DKPP Kota Bogor, Anas S. Rasmana mengatakan, Pemkot Bogor langsung melakukan beberapa langkah antisipasi sebagai upaya pencegahan penularan wabah virus PMK merebak juga di Kota Bogor, salah satunya dengan mengusulkan untuk menyetop suplai sapi dari daerah Jatim.

“(Tapi) kita akan rapat kan dulu, karena keputusanya harus dari beberapa SKPD, dan juga pak akan berkonsultasi terlebih dahulu ke pak wali untuk memutuskan menyetop sementara sapi dari daerah terjangkit PMK,” kata Anas kepada Radar Bogor, Rabu (11/5/2022).

Selain itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan intansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kota Bogor sebagai penyebar informasi sosialisasi terkait wabah virus PMK.

“Untuk penegakan Perdanya kita melibatkan Satpol PP, karena kami tidak bisa sendiri memutuskan (menyetop suplai sapi). Kalau wali kota melarang baru akan kami stop. Karena nasional baru terjadi di Jatim, belum menyebar di provinsi lain,” kata Anas.

Kemudian, dalam waktu dekat pihaknya akan mengeluarkan ciri-ciri, dan bagaimana pencegahan wabah virus PMK agar tak menular di Kota Bogor.

Anas mengaku akan gencar sosialisasi terkait bahaya virus PMK yang tengah mewabah di Kota Bogor. Namun demikian, pihaknya menegaskan virus PMK merupakan penyakit hewan yang dipastikan tidak menular kepada manusia.

“Kami sudah rapat internal menyiapkan antisipasi, pertama Pemkot akan membentuk Unit Reaksi Cepat (URC) dalam waktu dekat. Alhamdulillah kami memiki petugas otoritas jasa veteriner. Dari 500 orang se-Indonesia, salah satunya di Kota Bogor,” katanya.

Petugas Otoritas Jasa Veteriner tersebut, kata Anas yang dapat menentukan penyakit pada hewan ternak, sekaligus memutuskan wabah atau tidak, dan apakah terjadi kejadian luar biasa (KLB).

Sedangkan, unit reaksi cepat (URC) bertugas memberikan sosialisasi bahaya wabah virus PMK kepada masyarakat, dan peternak, juga Perumda Pasar Pakuan Jaya (PJJ).

“Jadi URC akan menginformasikan ciri-ciri penyakit PMK, bagaimana menghindari penyakit PMK, kan salah satu cirinya adalah mengelupas mulut dan kuku, kemudian sapi akan menderita kejang-kejang karena kesakitan, disusul kematian,” tukasnya.

Adapun Kota Bogor mendapat pasokan sapi yang berasal dari Jawa Timur, NTB, dan Bali.

Sebelumnya, wabah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mulai merebak di beberapa daerah Indonesia. Penyakit apda hewan itu membuat masyarakat ketakutan mengonsumsi daging dan susu.

Ancang-ancang kewaspadaan juga mulai diambil oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor.

Kepala Bidang Peternakan, drh Anizar membenarkan, wabah itu sudah mulai banyak menjadi perbincangan. Pihaknya pun siap-siap mengeluarkan imbauan terkait wabah PMK itu agar masyarakat juga waspada.

Hanya saja, ia menekankan agar masyarakat tidak perlu panik. Wabah PMK itu tidak menular ke manusia.

Dampak yang dikhawatirkan pemerintah sebenarnya dari sisi perekonomian menjelang Hari Raya Idul Adha.

Momentum itu tentu akan menjadi lalu lintas pasokan daging ternak yang sangat melimpah.

“Kita termasuk daerah tertular (PMK), meskipun di Jawa Barat, khususnya Bogor, belum ada terkonfirmasi positif PMK. Kita masih belum ada temukan laporan kejadian itu. Tapi, sekali lagi, kita (Jabar) masih dikatehlgorikan daerah tertular karena dekat dengan Jawa Timur (yang menjadi daerah wabah),” jelasnya kepada Radar Bogor, Selasa (10/5).

Pihaknya pun berupaya mengantisipasi penyebaran wabah itu meluas ke Kota Bogor. Salah satunya dengan gencar melakukan surveilans ke sentra-sentra peternakan.

Personelnya akan melakukan pengawasan maupun pemeriksaan terhadap hewan-hewan yang mengalami gejala atau ciri khas PMK. Hewan yang sakit akan dipisahkan (isolasi) untuk menghindari kemungkinan wabah menular antara sesama hewan.

“Sementara, kita juga tidak boleh menerima pasokan daging atau ternak dari daerah yang terkena wabah. Kalaupun terpaksa menerima dari satu wilayah provinsi, harus ada uji laboratorium bmyang menyatakan ternak itu bebas wabah PMK,” jelasnya.

Ada empat daerah yang tercatat terjangkit wabah PMK iru di Jawa Timur. Diantaranya yakni Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan Lamongan. Daerah itu langsung mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.

Sejauh ini, pihaknya juga menunggu surat edaran dari Kementerian Pertanian.(ded)