25 radar bogor

Cerita Pedagang di Kota Bogor Rela Antre Beli Minyak Goreng Curah, Beli Dijatah hingga Datang Sebelum Subuh

BOGOR-RADAR BOGOR, Puluhan jeriken berjejer di lokasi distributor minyak goreng curah di Jalan Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Jeriken itu merupakan milik para pedagang minyak curah di warung-warung untuk dijajakan kepada pelangganya.

Mereka mengantre menanti diisinya minyak goreng curah oleh distributor.

Para pedagang memilih antre minyak goreng curah meski toko distributor belum dibuka pada sesi ke dua yakni pada pukul 13.00 WIB.

Bahkan pedagang ada yang rela antre sedari subuh karena tidak mau mendapat urutan paling belakang. Sementara itu, distributor buka pukul 09.00 WIB pagi.

Pedagang yang mengantre mintak goreng curah juga harus menyerahkan foto copy KTP masing-masing ke pegawai distributor di lokasi untuk mendapatkan nomor antrean.

Seperti yang dialami Sahnan Lubis (42), pemilik warung di Cimanggu Wates, Kecamatan Tanah Sareal, ia rela datang dua kali ke lokasi distributor minyak goreng lantaran tak membawa foto copy KTP, yang menjadi syarat wajib untuk mendapatkan jatah minyak goreng.

Sahnan Lubis padahal datang lebih awal sekitar pukul 11.00 WIB, agar mendapatkan antrean pertama. Padahal, penjualan baru dibuka pukul 13.00 WIB.

“Sekarang gak bisa beli bebas, satu orang jatah 16 kg, tapi harus antri juga,” kata Sahnan, kepada Radar Bogor, baru-baru ini.

Sahnan mengatakan, saat ini dirinya membawa empat jeriken namun tetap hanya dilayani dua drijen saja dengan masing-masing berisi 16 kg.

Pemilik warung yang sudah 22 tahun berjualan di Kota Bogor itu mengaku sangat menderita dengan adanya kebijakan pembatasan ini.

Sebab, selain membuang banyak tenaga hasil penjualan yang didapatkan juga tak seberapa.

“Alasanya pengirimanya kosong, jadi dibagi-bagi. Dua jeriken itu berapa jam habis. makanya setiap hari harus kesini. Beli Rp14,500, dijual kembali Rp15,500,” paparnya.

Padahal, Sahnan biasanya membawa 15 jeriken dalam rentang satu minggu sekali untuk menyediakan minyak goreng curah di warungnya tersebut.

Sulitnya para pedagang warung mendapatkan pasokan minyak, sambung Sahnan berdampak pada pedagang makanan seperti penjual gorengan, dan sebagainya.

“Kadang kalau gak dapat minyak mereka gak jualan, kasian jadinya,” ungkap Sahnan.

Sahnan juga mengatakan, tak jarang dirinya harus antre hingga berbuka puasa di toko distributor karena menunggu giliran jatah mintak goreng.

“Sebenarnya datang lebih awal, pulang itu bisa sampai magrib,” kata dia.

Hal senada juga diungkapkan Andri (34), pemilik toko di kawasan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan.

Menurutnya, kelangkaan minyak goreng di pasaran terjadi sejak pemerintah memberikan subsidi memberlakukan kebijakan minyak goreng Rp14.000 per liter.

Namun, Andri lebih beruntung ketimbang pedagang warung lainnya. Andri tidak harus mengantre panjang.

Karena, setiap pembelian minyak goreng curah di toko distributor tersebut, dirinya selalu membeli lebih dari 10 drum dengan harga yang lebih murah yakni Rp14,300 per kg.

“Tapi tetap kan lebih ribet, dan gak nyaman jualan. Dua drum saja satu jam sebenarnya sudah habis,” ucapnya.

Andri juga menceritakan pengalamannya ketika membawa jeriken untuk membeli minyak goreng curah.

Dirinya datang sebelum adzan Subuh, tepatnya pada pukul 04.00 WIB, namun baru mendapatkan jatah minyak goreng sekitar pukul 11.00 WIB.

Sebagian besar yang membeli minyak goreng di toko tersebut sebagian besar merupakan pedagang warung disekitar Kelurahan Mulyaharja.

Ditempat yang sama, pedagang Warung Kukupu Kecamatan Tanah Sareal Ahmad meminta agar pemerintah mencabut subsidi harga minyak goreng curah dengan harapan dapat kembali mudah mendapatkanya.

Sebab, kebijakan yang baru ini hanya mempersulit masyarakat termasuk pedagang. Karena sebelumnya tidak harus mengantre untuk mendapatkan minyak goreng curah.

“Semenjak subsidi kaya gini, dulu kan harganya Rp18.500, tapi tidak antri. Gak dibatasi juga,” keluhnya.

Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya melakukan sidak ke salah satu distributor minyak goreng curah terbesar di Kota Bogor.

Hasilnya, ditemukan keterbatasan stok minyak goreng curah dari produsen.

“Di sini memang persoalan utamanya produksinya dari Jakarta. Jadi sudah sedikit di sana, sudah dijatah sehingga kemudian ini mengambil kebijakan untuk membatasi penjualan sesuai aturan. Nah dijual Rp 14.500 perliter,” kata Bima usai melakukan sidak di salah satu distributor minyak goreng di Jalan Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal, Kamis (7/4/2022).

Bima menyebut, pembatasan yang terjadi membuat antrean pembeli di distributor tersebut.

Dampaknya, pembeli yang mayoritas pemilik warung kesulitan mendapatkan minyak goreng curah.

“Selama ini tidak ada antrean, dulu-dulu tidak ada. Tapi sejak krisis minyak goreng ini pada antri dan yang membuat kita prihatin mereka kan penjual minyak goreng di warung-warung ketika dibatasi keuntungan juga semakin sedikit, makin berkurang pendapatan,” ungkapnya.

Pemkot Bogor, tambah Bima, akan memastikan distribusi minyak goreng curah lancar.

Sambil meminta pemerintah pusat segera menyelesaikan dan mengatasi kelangkaan minyak goreng ini.

“Kita berusaha di Kota Bogor memastikan distribusinya berjalan dengan seadil adilnya agar semua kebagian. Tapi tentu kita meminta pemerintah pusat bisa bergerak lebih cepat dan tegas mengatasi kelangkaan minyak goreng (curah) ini,” harapnya.

Ditempat yang sama, Pemilik Distributor Minyak Goreng Gunarso Rusly mengaku stok minyak goreng curah di tempatnya memang dibatasi dari produsen. Paling sedikitnya hanya dijatah 20 ton dan maksimal 40 ton perhari.

“Sebelumnya mah bebas, kan saya kendaraan sendiri. Saya kirim truk tinggal dateng pasti dikasih,” ucap Rusly.

Karena itu, pihanya juga melakukan pembatasan pembelian masyarakat khusunya kepada penjual warung.

Tetapi, untuk pelaku UMKM atau pedagang makanan tidak dibatasi pembeliannya.

“Juga pakai KTP. Memang harus gitu memang aturan drinpusat. Supaya tidak disalah gunakan, karena minyak curah tidak boleh direpacking, tidak boleh dijual ke industri besar. Kalau UMKM bebas dia mau berapa,” tukasnya.(ded)