25 radar bogor

Mandalika, Mbak Rara dan Bunga Melati

Oleh Hazairin Sitepu

SAYA bertemu Mbak Rara (Rara Istiati Wulandari) Senin sore. Di tenda putihnya. Sehari setelah race MotoGP.

Pawang hujan yang viral ke seluruh dunia itu tampak lelah. Suaranya parau. Sambil makan, sambil berdiri, ia melayani wawancara. (Video wawancara lihat di Channel YouTube  Bang HS TV).

Baca Juga : Terima Kasih Lombok

Ia berada di tenda itu sejak awal Maret 2022. Berukuran kira-kira 2 X 2 meter persegi, semua dinding dan atapnya berwarna putih. Di dalam tenda tampak ada satu meja dengan beberapa botol minuman di atasnya. Di belakang meja agak ke samping ada tempat semedi.

Bagian depan ada api yang menyala tiada henti sejak 1 Maret. Bahan bakarnya kayu. Tidak jauh dari api unggun itu memang ada tumpukan belahan-belahan kayu. Tersusun rapi di bawah terpal berwarna biru. Kayu-kayu itu selalu ditambahkan agar api terus menyala.

Antara api dan tenda ada lahan kecil. Puluhan dupa ditancapkan di situ. Lalu dibakar. Ada satu asisten Mbak Rara yang sibuk menancap dan membakar dupa-dupa itu. Tampak pula sesajen persis di depan tenda.

Ketika hujan terus mengguyur area Sirkuit Mandalika antara pukul 14:00 – 16:00 di hari Minggu, saya melihat kepulan asap hitam tebal membumbung tinggi. Persis di belakang tribun. Asap itu berasal dari api Mbak Rara.

Entah dia membakar kayu atau membakar ban bekas. Karena dekat dari tendanya tampak banyak sekali ban bekas “Kemarin itu urgen,” kata Rara.

Ini kali pertama saya mengenal Mbak Rara. Kali pertama pula tahu bahwa dia itu pawang hujan. Dan kali pertama melihat dia beraksi. Di tengah hujan lebat. Di Sirkuit Mandalika pula.

Bahwa pada saat itu aksinya viral ke seluruh dunia, ‘semua orang’ tahu. Memang banyak sekali orang yang berlomba menyiarkan aksi Mbak Rara itu untuk menaikkan rating di media sosialnya.  “Viral itu bonus,” kata Rara.

Lalu apakah hujan deras di Mandalika hari Minggu sore itu reda dan race MotoGP dapat dimulai pukul 16:00 akibat kepawangannya Mbak Rara? Atau hujan memang harus reda pada saat itu karena siklus cuaca di Mandalika. Atau ini atas iradat Allah SWT? Wallahualam.

Paling penting, Indonesia telah menampilkan satu kehebatan besar kepada dunia. Kehebatan di tengah pandemi Covid19. Kehebatan di tengah keterpurukan ekonomi.

Mandalika telah menabur bunga Melati di tengah saling curiga antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Di tengah sikap saling menghardik antara kelompok atau individu-individu. Mandalika seperti mencairkan kebekuan sosial di antara kelompok atau individu-individu itu.

Terima kasih Lombok. (*)