25 radar bogor

Terima Kasih Lombok

Oleh Hazairin Sitepu

TERIMA kasih Lombok…!

Kita memang patut menyeru itu dengan suara lantang. Bahkan dengan lebih lantang lagi: terima kasih tak terhingga Lombok.

Baca Juga : Ekspedisi Mandalika Gerakan Anak Negeri (bagian 1) :  ”Membelah” Suramadu

MotoGP Mandalika sudah selesai. Nama Mandalika dan Lombok sudah melesat ke se-antero dunia. Nama Miquel Oliveira  pun melambung jauh sama seperti Mandalika. Dialah juara pertama MotoGP di Sirkuit Mandalika. Juga juara perdana, di race perdana Sirkuit Mandalika.

Juara kedua, penunggang Yamaha Fabio Quartararo. Juara ketiga, si penunggang Ducati Johann Zarco. Dan Oliveira adalah pembalap andalan Red Bull KTM.

Sebelum itu nama Mandalika  sudah fasih dalam ucapan ratusan juta orang di dunia. Sejak dua tahun yang lalu. Ketika sirkuit cantik itu mulai dibangun.   Mandalika makin tersohor ketika juaranya Oliveira. Karena sebelum ini dia belum pernah juara MotoGP. “Dia juara di Mandalika.” Kira-kira begitu orang-orang mengatakan.  Tahun 2018 Oliveira hanya finish di runner up Moto2.

Mandalika dan Lombok semakin dipopulerkan oleh Rara Istiati Wulandari atau Mbak Rara. Pawang hujan fenomenal yang beraksi di atas sirkuit menjelang race. Ini show terbesar pawang hujan dalam sejarah pawang. Pawang apa pun. (Tentang Mbak Rara baca di tulisan terpisah)

Saya nonton di tribun (zona) B.  Posisi saya sedikit berhadapan dengan area di mana Mbak Rara beraksi. Para general manager, para manager dan beberapa wartawan Radar Bogor Grup nonton bersama saya di situ.

Wartawan lain mencar ke beberapa zona. Termasuk di zona I, yang belokannya  memudahkan mereka mengambil gambar. Foto ataupun video. Saya ke Lombok kali ini membawa 19 karyawan.

Anies Baswedan ternyata juga nonton di zona B. Gubernur DKI Jakarta itu tampak berada di antara ratusan penonton. Ketika keluar sirkuit pun Anies tampak berjalan bersama ratusan orang memasuki terowongan.

Bila mata tertuju ke dalam sirkuit, maka sangat banyak orang mengatakan bahwa Mandalika tidak ada lawan.  Bila mata tertuju ke para pembalap, maka kita menyaksikan mereka memacu kecepatan sepeda motornya seperti lajunya helikopter terbang.

Berdecak dan terhipnotis menyaksikan MotoGP secara langsung di sirkuit. Sirkuit tercantik. Sirkuit Mandalika.  Bila mata ditujukan ke podium, maka kita menyaksikan Miguel Oliveira bersukacita sebagai Juara Mandalika.

Oliveira menjadi juara kemungkinan karena Marques absen setelah kecelakaan di sesi latihan pagi harinya. Kecelakaan di Mandalika. Mandalika ‘seng ada lawan’.  Tetapi bila mata kita tujukan  ke luar sirkuit, maka ini yang tampak:  masih banyak pekerjaan di kawasan sirkuit yang belum selesai. Pelayanan transportasi oleh penyelenggara yang buruk.

Shuttle bus yang disiapkan di parkir Timur  dan parkir Barat tidak ter-manage.  Sistem dan alur antrean mulai dari parkir kendaraan pribadi, pemeriksaan tiket masuk sirkuit, konfirmasi Peduli Lindungi, antrean bus sampai dengan jalur masuk ke bus bukan hanya tidak nyaman, tetapi tidak tertib. Bahkan menciptakan kepanikan ribuan orang yang hendak ke sirkuit.

Saya berada di antara ribuan orang yang antre di Parkir Timur. Lebih dari dua jam. Saya melihat begitu banyak orang yang panik, ingin segera mendapatkan tumpangan bus ke sirkuit. Teriakan huuuuu… sampai aksi merobohkan pagar pembatas antrean benar-benar ada di Parkir Timur ini.

Banyak yang terpaksa menerobos pagar yang dijaga petugas dan panitia. Mata saya juga menangkap orang-orang yang terpaksa harus memanjat  pagar. Ini lantara waktu yang semakin siang. Semakin pendek. Moto3 sudah selesai. Tinggal Moto2 dan MotoGP.

Sudah pukul 14:00.  Berarti Moto2 juga segera selesai. Sangat banyak calon penonton masih berjibaku di Parkir Timur atau pun Barat.  Mereka ini memiliki ticket untuk nonton Moto3, Moto2 dan MotoGP sekaligus.  Jadwal race Sirkuit Mandalika: Moto3  pukul 11:00,  Moto2 pukul 12:00 dan  MotoGP  pukuk 14:00.

Untung saja hujan deras mengguyur sirkuit Mandalika sehingga waktu race MotoGP beberapa kali mengalami penundaan.  Saya dan ribuan calon penonton lain harus berlarian ke sana- ke mari mencari bus yang tepat untuk ditumpangi ke zona yang tepat. Karena bila naik bus yang kodenya tidak sesuai dengan kode di ticket, akan menambah masalah untuk segera tiba di zona. Tribun di Sirkuit Mandalika memang dibagi ke dalam beberapa zona.

Dan… aksi Mbak Rara si pawang hujan benar-benar meng-entertaint rasa kesal banyak orang itu. Terlepas bahwa itu syirik atau bukan. Logis atau tidak logis.  Sehari setelah race, saya bertemu Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr Zulkieflimansyah, membicarakan soal MotoGP itu.

Tetapi, segala ketidakberesan itu sebaiknya kita lupakan saja. Biarlah ia menjadi tugas pihak-pihak yang bertanggung jawab. Dan kita harus hormat dan bangga atas terselenggaranya even internasional yang besar itu. Even yang mengharumkan nama tidak hanya Lombok, tetapi juga Indonesia. Terima kasih Lombok. (*)