25 radar bogor

Budayawan Sunda Apresiasi Penyatuan Tanah dan Air Keramat Prabu Siliwangi di IKN

Budayawan Sunda Apresiasi Penyatuan Tanah dan Air Keramat Prabu Siliwangi di IKN
Budayawan Sunda Apresiasi Penyatuan Tanah dan Air Keramat Prabu Siliwangi di IKN

RADAR BOGOR, Budayawan Sunda Bogor mengapresiasi penyatuan tanah dan air keramat jejak Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi oleh lima kepala daerah di eks wilayah Karesidenan Bogor alias Bakorwil I Jawa Barat ke titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.

Lima kepala daerah dimaksud, yaitu Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kota Depok, dan Kota Bekasi.

Baca juga: Tanah dan Air dari 34 Provinsi Disatukan Presiden Jokowi di Titik Nol IKN

Mereka membawa tanah dan air keramat Prabu Siliwangi dari daerah masing-masing ke Bandung, dan disatukan dengan tanah dan air dari 27 kabupaten dan kota se-Jawa Barat.

Gubernur Ridwan Kamil membawa tanah dan air keramat dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat ke Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022) dan disatukan oleh Presiden Joko Widodo dengan air dan tanah keramat dari 33 provinsi Indonesiadi titik nol kilometer IKN.

Ketua Bidang Infokom Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa (SLW), Ki Ahmad Fahir mengatakan, langkah yang ditunjukkan lima bupati dan wali kota di eks wilayah Karesidenan Bogor patut diapresiasi, sebagai wujud komitmen dalam melestarikan kearifan lokal dan menjaga marwah budaya Sunda di Bogor.

“Langkah yang ditunjukkan lima kepala daerah di eks wilayah Karesidenan Bogor patut diapresisasi, karena memahami dan menjunjung tinggi kearifan lokal,” tegas Fahir.

Ia melanjutkan, “Tanah dan air keramat tersebut sebagai wujud dukungan dan doa masyarakat Bogor Raya untuk pembangunan IKN Nusantara, agar lancar dan membawa berkah untuk masa depan Indonesia.”

Sebagai informasi, Bupati Ade Yasin membawa tanah dan air keramat dari Situs Jalatunda, Tamansari, dan kawasan Cibalay, Tenjolaya, Gunung Salak.

Situs Jalatunda sebagai eks lokasi upacara pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyai Ratu Kentring Manik Mayang Sunda, serta peninggalan Prabu Darmasiksa, raja Sunda abad ke-12 M.

Adapun Cibalay merupakan situs megaltikum berusia 5.000 tahun.

Sedangkan tanah dan air yang dikirimkan oleh wali Kota Bogor Bima Arya ke Bandung, berasal dari mata air keramat Cikajayaan Kebon Raya dan tanah Kampung Keramat, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Fahir menilai, kawasan Kebon Raya dan Paledang merupakan bagian inti dari wilayah ibu kota Pakuan Pajajaran pada era Prabu Siliwangi.

Di daerah ini ditemukan banyak situs dan jejak sang prabu. Kebun Raya sendiri sebagai hutan buatan Prabu Siliwangi, yang dikenal dengan sebutan “Leueung Samida”.

Kepala daerah lain yang membawa tanah dan air keramat Prabu Siliwangi adalah Bupati Sukabumi, Marwan Hamami.

Ia mengambil air dan tanah keramat dari Goa Kutamaneuh, Kampung Ciburial, Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. Goa Kutamaneuh diyakini sebagai simbol kejayaan Raja Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi.

Berikutnya, Wali Kota Depok, Muhammad Idris Abdul Shomad.

Idris memilih mengirimkan air dan tanah dari kawasan Petilasan Sunan Kali Jaga. Situs ini merupakan tempat bersilaturahminya Sunan Kali Jaga dengan Prabu Siliwangi. Tempat ini juga petilasan Ki Ageung Tirtayasa.

Jejak Prabu Siliwangi lainnya dibawa oleh Wali Kota Bekasi Toto Mohamad Toha.

Wali kota Bekasi mengambil air dan tanah keramat Prabu Siliwangi dari Sumur Keramat Cibinong. Situs ini merupakan petilasan Prabu Siliwangi dan Nyai Ratu Siliwangi.

Menurutnya, apa yang dilakukan bupati Bogor, wali Kota Bogor, bupati Sukabumi, wali Kota Depok, dam wali Kota Bekasi, dengan membawa tanah dan air keramat dari daerah masing-masing ke Bandung untuk disatukan di IKN, sebagai langkah yang tepat.

“Untuk wilayah eks Karesidenan Bogor atau Bakorwil I Jawa Barat, tanah dan air keramat yang paling tepat dibawa ke IKN adalah jejak peninggalan Prabu Siliwangi, mengingat beliau sebagai pemimpin terbesar Nusantara yang bertahta di Pakuan Pajajaran atau Kota Bogor sekarang,” tegas Fahir.

Dikemukakannya, Prabu Siliwangi merupakan raja terbesar kemaharajaan Sunda Pakuan Pajajaran, yang bertahta pada tahun 1482 – 1521 M, di Dayeuh Pakuan, Kota Bogor.

Peristiwa penobatannya sebagai Raja Sunda Pakuan Pajajaran pada 3 Juni 1482 M dijadikan sebagai tonggak sejarah hari jadi Bogor (HJB) yang diperingati setiap tahun.

Selain mengambil tanah dan air keramat jejak Prabu Siliwangi di lima daerah eks Karesidenan Bogor, Gubernur Ridwan Kamil juga mengumpulkan tanah dan air keramat dari 22 kabupaten dan kota lainnya di Jawa Barat yang dibawa ke IKN.

Tanah dan air keramat dari 22 kabupaten dan kota di Jawa Barat, berasal dari kawasan keramat setempat.

Kendati tidak disebutkan sebagai jejak Prabu Siliwangi, namun umumnya memiliki ikatan seajarah dan hubungan silsilah kekerabatan sebagai turunan maupun kerabat dekat Prabu Siliwangi, diambil dari situs, makam atau petilasan pemimpin legendaries di masing-masing daerah. (*)