25 radar bogor

Derita Muslim di India, Siapakah yang Akan Menolong?

Muslim India
Ilustrasi Muslim India
Muslim India
Ilustrasi Muslim India

Oleh: Mariyam Sundari (Yogyakarta)

MINORITAS muslim India tak henti-hentinya mendapat tekanan dari kelompok Hindu radikal. Disinyalir kelompok ini makin berani melakukan kezaliman karena didukung penuh oleh partai berkuasa, Partai Bharatiya Janata (BJP).

Baca Juga : Sering Di-Bully, Atlet India Ini Cetak Sejarah dan Raih Emas Pertama untuk Negaranya

Sejak partai Hindu BJP berkuasa pada 2014, nasib kaum muslim di India memang kian menderita. Partai yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi ini secara sistematis melakukan peminggiran terhadap kaum muslim di berbagai bidang kehidupan. Tak heran jika era pemerintahan BJP ini dianggap sebagai era paling buruk bagi umat Islam sejak India ‘merdeka’ tahun 1947.

Partai ini memang dikenal kerap menggunakan politik etnik dan kasta untuk meraih dukungan dari mayoritas rakyat India. Mereka pun tak sungkan-sungkan menggunakan isu agama untuk mengukuhkan kekuasaannya. Mereka menggunakan segala kekuatan untuk mendukung kebijakan politiknya, termasuk jejaring media massa.

Sepanjang mereka berkuasa, sudah banyak umat Islam yang ditangkap, dibunuh, dan dipenjara. Salah satunya karena alasan suka mengonsumsi daging sapi yang disucikan dan tak mau taat pada program pembatasan kelahiran.

Umat Islam pun kerap mendapat perlakuan diskriminatif dan perundangan sebagai warga negara, terutama pada kasus-kasus hukum yang melibatkan dua entitas agama.

Kondisi bertambah parah pada 2019 ketika pemerintah meresmikan proyek pembangunan Kuil Shri Rama di bekas reruntuhan Masjid Babri di Ayodhya, Uttar Pradesh, India.

Pada tahun yang sama pemerintah mencabut hak otonomi warga Kashmir dan membagi wilayahnya menjadi dua berdasarkan agama penduduknya. Kashmir bagi muslim, dan Jammu bagi Hindu. Dua peristiwa inilah yang justru makin memicu konflik dan kekerasan di sana.

Warisan Masa Silam

Diakui atau tidak, benih konflik agama di India sebetulnya sudah berurat akar sejak sangat lama. Yakni dimulai dari era futuhat Islam yang dilakukan kekuasaan Khilafah Umayyah pada abad ke-8.

Namun sebetulnya, pada masa-masa berikutnya, kehadiran kekuasaan politik Islam di India mampu diterima sebagai kebaikan buat warganya.

Hal ini sejalan dengan kedudukan Islam sebagai ajaran yang akidahnya sesuai dengan fitrah, memuaskan akal dan menentramkan jiwa, serta syariatnya yang praktis dan solutif bagi problem kehidupan manusia.

Penerapan syariat Islam oleh negara, bahkan bisa dirasakan kebaikannya oleh penduduk asli India yang sebelumnya hidup dengan sistem kasta. Tak heran jika kaum pribumi India akhirnya berbondong-bondong masuk ke dalam agama Islam secara sukarela dan bahkan menjadi pembelanya. Maka kita lihat selanjutnya, peradaban Islam cemerlang pun mampu tegak selama berabad-abad di India karena ditopang oleh rakyatnya.

Pada masa kolonialisme Inggris inilah berbagai konflik justru masif bermunculan atas nama agama. Tercatat pada fase awal keruntuhan khilafah atau sekitar tahun 1923 – 1928, terjadi lebih dari 30 konflik berlatar agama. Pada konflik-konflik itu, ratusan bahkan ribuan nyawa melayang sia-sia.

Begitupun pada masa-masa berikutnya. Pemerintahan Inggris Raya bahkan memilah wilayah Anak Benua India dan sekitarnya menjadi beberapa negara bangsa berdasarkan mayoritas agama.

Muncullah negara India, Pakistan, Srilanka, Bangladesh, Burma atau Myanmar, Kashmir, dan sebagainya. Akibatnya benih konflik pun makin terbuka, baik di internal maupun antarnegara. Sementara bagi negara-negara penjajah, kondisi seperti ini tentu menguntungkan mereka.

Butuh Kepemimpinan Islam

Bisa dibayangkan, ke depan warga muslim India akan tetap hidup dalam bayang-bayang ketakutan manakala mereka terus dipimpin dan dikuasai oleh sistem kepemimpinan kufur. Di bawah kepemimpinan seperti ini, semua potensi yang ada, baik berupa sumber daya alam maupun manusia, pasti tidak akan pernah cukup untuk mengeluarkan mereka dari lumpur kehinaan.

Oleh karena itu, usaha mengembalikan satu kepemimpinan Islam di dunia menjadi hal yang tidak bisa ditunda-tunda. Kepemimpinan inilah yang akan berfungsi sebagai pengurus dan pembela umat dimana pun mereka berada. Di bawah naungannya, seluruh potensi umat akan dikerahkan untuk kemaslahatan dan keselamatan mereka.

Umat yang memiliki kesadaran ideologi Islam dipastikan akan memiliki visi misi yang jelas dalam kehidupan. Mereka akan punya gambaran tentang kehidupan ideal yang semestinya diperjuangkan, serta paham peta jalan yang harus mereka tapaki untuk meraihnya.

Energi mereka akan cukup untuk menggagas perubahan ke arah Islam. Atau setidaknya untuk mendukung semua ikhtiar mewujudkan sistem Islam sehingga kemuliaan Islam benar-benar mewujud sebagaimana pernah dicatat oleh tinta emas sejarah peradaban sepanjang belasan abad.

Itu semua tentu bukan hanya tugas mereka yang teraniaya. Kita di sini pun termasuk yang diseru untuk berjuang demi mempercepat turunnya pertolongan. Karena berjuang menegakkan Islam bukan hanya urgen untuk menjawab persoalan faktual, tetapi sejatinya merupakan kewajiban bagi setiap orang yang mengaku beriman. Wallahualam. (*)