25 radar bogor

Basmi Hama Tikus, Endang S Thohari Usulkan Burung Hantu dan Beberapa Cara Lainnya Untuk Petani di Sragen

Basmi Hama Tikus, Endang S Thohari Usulkan Burung Hantu dan Beberapa Cara Lainnya Untuk Petani di Sragen
Basmi Hama Tikus, Endang S Thohari Usulkan Burung Hantu dan Beberapa Cara Lainnya Untuk Petani di Sragen

RADAR BOGOR, Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi Partai Gerindra Dapil Jabar III, meliputi Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur, Hj. Endang S Thohari meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk lebih komprehensif dalam melakukan pendampingan petani Sragen dalam menghadapi permasalahan serangan hama tikus.

Hal itu disampaikan Hj. Endang dalam Kunjungan Kerja Komisi IV DPR RI Masa Sidang III TS 2021-2022 ke Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (5/2/2022).

Baca juga: Endang S Thohari, Sampaikan Beberapa Pertanyaan pada RDP dengan Eselon I Kementan

Dalam paparannya, Hj. Endang mengatakan, bahwa hingga saat ini, banyak petani gagal panen disebabkan karena serangan tikus. Populasi tikus, khususnya di wilayah Kabupaten Sragen terbilang sangat banyak.

Mengatasi itu, Hj. Endang meminta pemerintah untuk dapat memfasilitasi dan mengupayakan salah satu solusi aman dan ramah lingkungan bagi petani.

“Saya meminta agar petani bisa menggunakan burung hantu atau Tyto Alba, dilengkapi dengan rumah burung hantu (pagupon),” kata Hj. Endang.

Hj. Endang juga mendorong peran aktif pemerintah daerah, Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Kabupaten Sragen, diperkuat dengan peran
serta Babinkamtibmas untuk melakukan sosialisasi dan penyuluhan penggunaan
burung hantu kepada para petani.

Selama ini, penggunaan burung hantu jenis Tyto Alba atau Serak Jawa dinilai sangat efektif membasmi hama tikus.

Hj. Endang membeberkan, burung ini bisa mengkonsumsi tikus 2-3 ekor tikus per malam, sehingga sebulan bisa mencapai 60-90 ekor tikus.

“Jadi sangat efektif untuk membantu petani membasmi tikus di persawahan,” tegas Hj. Endang.

Hj. Endang juga meminta Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan agar memfasilitasi upaya pengendalian hama tikus berupa teknologi terbaru Perinsa, pemanasan dengan menggunakan Gas Elpiji.

Hj. Endang juga tetap mengusulkan agar diterapkan penanggulangan hama tikus dengan teknologi lama, seperti TBS/LTBS, Gropyokan, Pengumpanan dan Pengemposan.

Teknik lainnya, masih kata Hj. Endang, adalah pengendalian secara elektrik, yaitu dapat dilakukan dengan
membangun teknologi pengusir tikus menggunakan suara ultrasonik, dan cahaya yang dapat digunakan untuk menyinari lahan secara periodik.

Namun, kata Hj. Endang, pemilihan kombinasi teknologi pengendalian disesuaikan dengan kondisi
agroekosistem budidaya padi di lokasi sasaran pengendalian dan stadia tumbuh tanaman padi.

“Juga, kegiatan pengendalian tikus harus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman, sebelum tikus memasuki masa reproduksi,” tandas Hj. Endang.