25 radar bogor

 PJJ Diperpanjang, Disdik Minta Orang Tua Siswa Lebih Bersabar Lagi

Siswa SMP mengikuti Pembelajaran Tatap Muka Terbatas sebelum varian Omicron melonjak.
BOGOR-RADAR BOGOR, Penghentian Pembelajaran Tatap Muka (PTM) diberlakukan di Kota Bogor setelah terjadinya lonjakan kasus Covid-19. Para pelajar yang duduk di kelas 1-3 SD terpaksa libur lebih lama dibandingkan kakak-kakak kelasnya yang sudah merasakan PTM Terbatas.
Semua sekolah kini harus kembali memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tak ada aktivitas di sekolah demi mencegah penyebaran wabah Covid-19 semakin meluas. Ditambah lagi, Kota Bogor kini telah merangkum kenaikan kasus yang sangat drastis. Dalam sehari, kenaikan telah mencapai di atas angka 200 kasus.
Padahal, Februari seharusnya menjadi ancang-ancang bagi para pelajar kelas 1-3 untuk merasakan kembali duduk di dalam ruang kelas. Itu lantaran mereka yang berusia 6-11 tahun juga telah digeber vaksinasi dosis pertama hingga kedua. Peluang itu diperkuat dengan vaksinasi lengkap untuk pendidik dan tenaga kependidikan di semua sekolah.
Sayangnya, harapan anak-anak usia 6-11 tahun untuk kembali bersekolah itu harus pupus. Mereka harus kembali menghadapi kelas-kelas daring dari rumahnya masing-masing. Orang tua pun terpaksa menyiapkan tenaga ekstra agar tidak ikut mengalami darting alias darah tinggi. Perasaan menggebu-gebu menanti bulan Februari harus musnah seketika dengan lonjakan Covid-19 varian Omicron yang semakin mengganas di Kota Bogor.
Salah satu orang tua, Vitry merasakan hal itu. Anaknya dari kelas 1 hingga naik kelas 2 SD belum pernah sama sekali belajar di sekolah. Bahkan, seragam barunya terpaksa menggantung lebih lama di lemari pakaian. Ia prihatin melihat pembelajaran anaknya yang harus lebih banyak secara online.
“Anak saya dari kelas 1 SD sampai kelas 2 belum pernah sama sekali belajar di sekolah. Pakai seragam cuma buat foto dan vaksin kemarin. Mirislah. Padahal anak-anak butuh pelajaran ekstra. Untung emaknya masih waras sudah mau 2 tahun ini mengajar daring,” keluhnya, kemarin.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Dissie. Anaknya belum sama sekali merasakan PTM. Namun, kini sudah harus kembali menjalani PJJ. “Kalah sama temannya di kabupaten (Bogor) yang sudah PTM dari bulan November. Mana kuota sudah gak disubsidi,” imbuhnya.
Kasi Kurikulum SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Sri Mulyani pun mengakui, berbagai keluhan dari orang tua memang tak bisa dihindari. Ia memakluminya karena memang mereka sudah menunggu sangat lama agar bisa kembali menyekolahkan anak-anaknya. Akan tetapi, poin  keselamatan dan kesehatan anak-anak jauh lebih penting saat melihat lonjakan kasus Covid-19 yanh ada saat ini.
“Memang harapan kita kemarin bahwa Februari ini sudah bisa PTM. Namun, ternyata hal seperti ini (lonjalan kasus Covid-19) tidak pernah ada yang tahu,” ungkapnya kepada Radar Bogor, Senin (7/2).
Ia pun meminta agar orang tua sedikit bersabar lagi. Semuanya sedang berjibaku agar mencegah penyebaran wabah Covid-19 tidak semakin meluas. Penutupan sekolah menjadi opsi karena melihat klaster yang sebelumnya telah terjadi di Kota Bogor.
“Jadi, orang tua termasuk ibu-ibu harus bersabar dulu untuk kesehatan kita semua. Daripada nanti ambyar semua. Kita sudah berhati-hati, kemudian karena dorongan orang tua, tidak sabar, tahu-tahu meledak. Kita tidak mau seperti itu, karena Omicron ini kan penularannya cepat banget,” pungkasnya. (mam)